Pengertian Sedimen dan Sumber Sedimen
Pengertian Sedimen
Sedimen
adalah hasil proses erosi, baik berupa erosi permukaan, erosi parit, atau jenis
erosi tanah lainnya. Sedimen umumnya mengendap dibagian bawah kaki bukit, di
daerah genangan banjir, di saluran air, sungai, dan waduk. Hasil sedimen (sediment yield) adalah besarnya sedimen yang berasal dari erosi yang terjadi
di daerah tangkapan air yang diukur pada periode waktu dan tempat tertentu
(Asdak, 2007).
Sedimentasi
adalah suatu proses pengendapan material yang ditransport oleh media air,
angin, es, atau gletser di suatu cekungan.
Delta yang terdapat di mulut-mulut sungai adalah salah satu contoh hasil
dan proses pengendapan material-material yang diangkut oleh air sungai, sedangkan
bukit pasir (sand dunes) yang terdapat di gurun dan di tepi pantai adalah
pengendapan dari material-material yang diangkut oleh angin (Adlien, 2011).
Abrasi pantai
merupakan salah satu bencana yang sangat merugikan bagi kehidupan masyarakat khususnya
yang berada di pesisir pantai. Abrasi pantai merupakan fenomena alam sehubungan
dengan perubahan kenaikan permukaan air laut, iklim dan juga ekosistem yang
sebagian besar dipengaruhi oleh aktivitas manusia yang merusak dan
mengakibatkan banyak permasalahan yang ada di wilayah pesisir pantai (Desmond
Ofosu Anim, 2013).
Jenis
dan Sumber Sedimen
Jenis – Jenis
Sedimen
Sedimen dapat
dibagi menjadi 2 yaitu Sedimen Terigen Pelagis dan Sedimen Biogenik pelagis
(Widada, 2002)
a.
Sedimen
biogenik pelagis
Dengan menggunakan mikroskop terlihat
bahwa sedimen biogenik terdiri atas berbagai struktur halus dan kompleks.
Kebanyakan sedimen itu berupa sisa-sisa fitoplankton dan zooplankton laut.
Karena umur organisme plankton hannya satu atau dua minggu, terjadi suatu
bentuk ‘hujan’ sisa-sisa organisme plankton yang perlahan, tetapi kontinu
di dalam kolam air untuk membentuk lapisan sedimen. Pembentukan sedimen ini
tergantung pada beberapa faktor lokal seperti kimia air dan kedalaman serta
jumlah produksi primer di permukaan air laut. Jadi,
keberadan mikrofil
dalam sedimen laut dapat digunakan untuk menentukan kedalaman air dan
produktifitas permukaan laut pada zaman dulu.
b.
Sedimen
Terigen Pelagis
Hampir semua sedimen Terigen di
lingkungan pelagis terdiri atas materi-materi yang berukuran sangat kecil. Ada
dua cara materi tersebut sampai ke lingkungan pelagis. Pertama dengan bantuan
arus turbiditas dan aliran grafitasi. Kedua melalui gerakan es yaitu materi
glasial yang dibawa oleh bongkahan es ke laut lepas dan mencair. Bongkahan es
besar yang mengapung, bongkahan es kecil dan pasir dapat ditemukan pada sedimen
pelagis yang berjarak beberapa ratus kilometer dari daerah gletser atau tempat
asalnya.
Sumber Sedimen
Sedimen yang di
jumpai di dasar lautan dapat berasal dari beberapa sumber yang menurut Kennet
(1992) dibedakan menjadi empat yaitu :
a.
Lithougenus sedimen yaitu
sedimen yang berasal dari erosi pantai dan material hasil erosi daerah up land.
Material ini dapat sampai ke dasar laut melalui proses mekanik, yaitu
tertransport oleh arus sungai dan atau arus laut dan akan terendapkan jika
energi tertransforkan telah melemah.
b.
Biogeneuos sedimen yaitu
sedimen yang bersumber dari sisa-sisa organisme yang hidup seperti cangkang dan
rangka biota laut serta bahan-bahan organik yang mengalami dekomposisi.
c.
Hidreogenous sedimen yaitu
sedimen yang terbentuk karena adanya reaksi kimia di dalam air laut dan
membentuk partikel yang tidak larut dalam air laut sehingga akan tenggelam ke
dasar laut, sebagai contoh dan sedimen jenis ini adalah magnetit, phosphorit
dan glaukonit.
d. Cosmogerous sedimen yaitu sedimen yang bersal dari
berbagai sumber dan masuk ke laut melalui jalur media udara/angin. Sedimen
jenis ini dapat bersumber dari luar angkasa, aktifitas gunung api atau berbagai
partikel darat yang terbawa angin. Material yang bersal dari luar angkasa
merupakan sisa-sisa meteorik yang meledak di atmosfir dan jatuh di laut.
Sedimen yang bersal dari letusan gunung berapi dapat berukuran halus berupa
debu volkanin, atau berupa fragmen-fragmen aglomerat. Sedangkan sedimen yang
bersal dari partikel di darat dan terbawa angin banyak terjadi pada daerah
kering dimana proses eolian dominan namun demikian dapat juga terjadi pada
daerah sub tropis saat musim kering dan angin bertiup kuat. Dalam hal ini
umumnya sedimen tidak dalam jumlah yang dominan dibandingkan sumber-sumber yang
lain (Anonim 2013).
Berdasarkan Ukuran Butir
Analisis
ukuran butir sedimen sesuai ayakan ASTM (American
Society for Testing and Materials) menggunakan metode sieve net untuk
ukuran sedimen kerikil dan pasir, dan metode pipet untuk ukuran lempung dan
lanau (Faturahman dan Wahyu 1992). Prosedur analisis fisik sedimen di atas
dianalisis dengan menggunakan software
GRADISTAT versi 11.0 (Blot 2000) dengan keluaran berupa parameter statistik
sedimen meliputi ukuran partikel
sedimen, sorting, skewness, kurtosis dan persentase jenis sedimen. Persentase
sedimen berdasarkan Segitiga Shepard dari pengelompokan klasifikasi menurut
Skala Wenworth seperti disajikan pada Gambar 2.3, yakni percampuran kerikil, pasir dan lumpur.
Transport Sedimen
Transpor sedimen pantai adalah gerakan sedimen pantai yang disebabkan oleh gelombang dan
arus pembangkitnya. Transpor
sedimen sepanjang pantai terdiri dari dua komponen utama yaitu, transpor
sedimen dengn bentuk mata gergaji di garis pantai dan transpor sedimen
sepanjang pantai di surf zone.Analisis
imbangan sedimen dapat memperkirakan daerah pantai yang mengalami erosi atau
akresi (sedimentasi). Sedimen yang masuk di daerah pantai yang ditinjau
meliputi suplai sedimen dari sungai, material yang berasal dari erosi tebing,
angkutan sedimen sepanjang pantai dan tegak lurus pantai (onshore transport). sedimen yang keluar adalah angkutan sedimen
sepanjang pantai dan tegak lurus pantai (offshore
transport) dan penambangan pasir (Triatmodjo, 1999).
Transpor sedimen pantai banyak menimbulkan fenomena perubahan dasar
perairan seperti pendangkalan muara sungai erosi pantai perubahan garis pantai
dan sebagainya (Yuwono 1994 dalam http://wordpress.com). Fenomena ini
biasanya merupakan permasalahan terutama pada daerah pelabuhan sehingga
prediksinya sangat diperlukan dalam perencanaan ataupun penentuan metode
penanggulangan.
Pasir di laut biasa digerakkan oleh
arus (yang dibangkitkan pasut, angin, gelombang atau secara umum terjadi oleh
kombinasi antara arus dan gelombang. Pasir ditransportasikan oleh proses dasar
“entrainment”, transportasi, dan
deposisi. Entrainment terjadi sebagai
hasil dari tegangan geser yang terjadi di dasar perairan oleh arus dan
gelombang dengan turbulen diffuse yang kemungkinan mengangkat partikel naik ke
dalam kondisi suspense. Transportasi terjadi
oleh adanya rolling (partikel
menggelinding), sliding (partikel
tergelincir) dan hopping (partikel
meloncat-loncat) sepanjang dasar perairan sebagai respon dari tegangan geser
yang bekerja dan dasar yang miring dan gaya yang berat partikel. Transport
semacam ini dinamakan transport secara bedload yang dominan terjadi pada
kondisi arus/gelombang lemah atau terjadi pada partikel yang berukuran besar
(Ukkas, dkk 2009).
Budget Sedimen
Konsep coastal cell (sediment budget) digunakan untuk mengetahui perubahan garis pantai
sebagai akibat transpor sedimen dengan membagi garis pantai dalam bagian-bagian
(profil) berdasarkan morfologi pantai. Interaksi antara energi (terutama
gelombang) yang menyebabkan arus menyusur pantai dengan sedimen di daerah dekat
pantai menyebabkan sedimen tersebut bergerak/terangkut dan diendapkan pada
batas-batas tertentu. Analisis budget
sedimen pantai didasarkan pada hukum kontinuitas (kekekalan massa sedimen)
sehingga diketahui daerah pantai yang mengalami erosi atau akresi (sedimentasi)
dari aktifitas energi yang bekerja.
Besarnya budget
sedimen bulanan dan pengukuran lapangan dapat ditentukan dari perhitungan
besarnya laju transpor dari masing-masing profil berdasarkan volume dan arah
pergerakan prediksi netto sediment transport bulanan dan pengukuran
lapangan yang diperoleh dari perhitungan di atas. Budget sedimen adalah selisih antara sedimen yang masuk dengan yang
keluar pada suatu profil pantai. Apabila nilai budget sedimennya nol maka pantai pada profil tersebut dalam
kondisi seimbang, jika nilainya positif pantai mengalami akresi dan sebaliknya
untuk nilai budget negatif pantai mengalami
erosi.
Hasil analisis
budget sedimen pada setiap sel/segmen
tersebut untuk setiap bulannya sebagai dasar input kedalaman (perubahan
kedalaman dengan penambahan dan pengurangan berdasarkan hasil budget) untuk prediksi pada bulan
berikutnya. Berdasarkan hasil analisis tersebut (bulan Januari 1991 – Maret
2005) selanjutnya dibandingkan dengan hasil profil kedalaman dari pengukuran
lapangan Maret – April 2005.
Konsep
sederhana dari konservasi massa yang diaplikasikan untuk proses transpor
sedimen pantai, secara umum melalui tiga tahapan yaitu: (1) teraduknya material
kohesif dari dasar laut hingga tersuspensi atau lepasnya material non-kohesif
dari dasar laut, (2) perpindahan material secara horizontal dan (3) pengendapan
kembali partiket atau material sedimen tersebut. Ketiga tahapan tersebut sangat
bergantung kepada gerakan fluida dan karakteristik sedimen yang terangkut.
Proses perubahan sedimen pada suatu daerah dapat terjadi oleh karena berbagai
sebab seperti yang ditunjukkan pada Gambar 6. Panah hitam menunjukkan
pengurangan sedimen (outflow),
sementara panah putih menunjukkan penambahan sedimen (inflow) pada daerah kontrol. L
menunjukkan laju angkutan sedimen sejajar garis pantai, O adalah laju angkutan sedimen tegak-lurus garis pantai, B adalah tingkat angkutan sedimen akibat
angin, R merupakan angkutan sedimen
yang dibawa oleh aliran sungai dan Rc
adalah angkutan sedimen yang dihasilkan dari erosi pantai berbatu. Apabila
jumlah inflow < outflow, pantai akan tererosi dan sebaliknya jika inflow
> outflow maka pantai akan terakresi (Horikawa 1988).
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sedimentasi
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses sedimentasi adalah sebagai berikut:
1.
Kecepatan Aliran Sungai
Kecepatan alian maksimal pada tengah alur sungai, bila sungai membelok maka
kecepatan maksimal ada pada daerah cut of slope (terjadi erosi). Pengendapan
terjadi bila kecepatan sungai menurun atau bahkan hilang.
2.
Gradien / kemiringan lereng sungai
Bila air mengalir dari sungai yang kemiringan lerengnya
curam kedataran yang lebih rendah maka keceapatan air berkurang dan tiba-tiba
hilang sehingga menyebabkan pengendapan pada dasar sungai.
3.
Bentuk alur sungai Aliran air akan mengerus bagian
tepi dan dasar sungai.
Semakin besar gesekan
yang terjadi maka air akan mengalir lebih lambat. Sungai yang dalam, sempit dan
permukaan dasar tidak kasar, aliran airnya deras. Sungai yang lebar, dangkal
dan permukaan dasarnya tidak kasar, atau sempit dalam tetapi permukaan dasarnya
kasar, aliran airnya lambat.
Komentar
Posting Komentar