Pengertian Oseanografi Fisika dan Parameter Oseanografi Fisika


Pengertian Oseanografi Fisika        

            Oseanografi Fisika merupakan ilmu yang mempelajari hubungan antara sifat-sifat yang terjadi dalam lautan sendiri dan yang terjadi antara lautan dengan atmosfir dan daratan. Hal ini termasuk kejadian-kejadian pokok seperti terjadinya tenaga pembangkit pasang surut dan gelombang, iklim dan sistem arus-arus yang terdapat di lautan dunia. 
Angin
Angin yaitu udara yang bergerak yang diakibatkan oleh rotasi bumi dan juga karena adanya perbedaan tekanan udara (tekanan tinggi ke tekanan rendah) di sekitarnya. Angin merupakan udara yang bergerak dari tekanan tinggi ke tekanan rendah atau dari suhu udara yang rendah ke suhu udara yang tinggi.
Angin yang bertiup di atas permukaan laut merupakan pembangkit utama gelombang. Bentuk gelombang yang dihasilkan di sini cendrung tidak tertentu yang tergantung kepada bermacam-macam sifat seperti tinggi, periode di daerah mana mereka di bentuk. Pembangkitan gelombang oleh angin dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut:
1.      Kekuatan (kecepatan) angin. Umumnya makin kencang angin yang bertiup makin besar gelombang yang terbentuk dan gelombang ini mempunyai kecepatan yang tinggi dan panjang gelombang yang besar.
2.      Durasi/lamanya angin bertiup. Tinggi, kecepatan dan panjang gelombang seluruhnya cendrung untuk meningkat sesuai dengan meningkatnya waktu pada saat angin pembangkit gelombang mulai bergerak bertiup.
3.      Jarak angin sedang bertiup (fetch). Fetch adalah daerah dimana kecepatan dan arah angin adalah konstant. Panjang fetch membatasi waktu yang diperlukan gelombang untuk terbentuk karena pengaruh angin, jadi mempengaruhi waktu untuk mentransfer energi angin ke gelombang. Fetch ini berpengaruh pada periode dan tinggi gelombang yang dibangkitkan.Gelombang dengan periode panjang akan terjadi jika fetch besar (Mahatma Lanuru, 2011).
Sugianto (2013) menyatakan secara klimatologis arah angin diamati dari  8 penjuru yang mempunyai jangka derajat sebagai berikut:
a.       Arah utara (337,7º - 22,5º)
b.      Arah timur laut (22,5º - 67,5º)
c.       Arah timur (67,5º - 112,5º)
d.      Arah tenggara (112,5º -  157,5º)
e.       Arah selatan (157,5º - 202,5º)
f.        Arah barat daya (202,5º - 247,5º)
g.      Arah barat (247,5º - 292,5º)
h.      Arah barat laut (292,5º - 337,5º)
Pengukuran angin diukur menggunakan anemometer. Hasil pengukuran yaitu berupa kecepatan angin dan dinyatakan dalam knot. Satu knot adalah panjang satu menit garis bujur melalui khatulistiwa yang ditempuh dalam satu jam atau satu knot = 1,852 km/jam. Data angin yang didapat biasanya diolah dan disajikan dalam bentuk tabel atau diagram yang disebut diagram mawar angin (windrose). Dengan mawar angin tersebut maka karakteristik angin dapat dibaca dengan cepat (Triatmodjo, 1999).
Angin secara umum diklasifikasikan menjadi 2 yaitu angin lokal dan angin musim, Angin lokal 3 macam yaitu :
1.        Angin darat dan angin laut Angin ini terjadi di daerah pantai
Angin laut terjadi pada siang hari daratan lebih cepat menerima panas dibandingkan dengan lautan. Angin bertiup dari laut ke darat. Sebaliknya, angin darat terjadu pada malam hari daratan lebih cepat melepaskan panas dibandingkan dengan lautan. Daratan bertekanan maksimum dan lautan bertekanan minimum. Angin bertiup dari darat ke laut.
2.        Angin lembah dan angin gunung
Pada siang hari udara yang seolah-olah terkurung pada dasar lembah lebih cepat panas dibandingkan dengan udara di puncak gunung yang lebih terbuka (bebas), maka udara mengalir dari lembah ke puncak gunung menjadi angin lembah. Sebaliknya pada malam hari udara mengalir dari gunung ke lembah menjadi angin gunung.
3.        Angin Jatuh yang sifatnya kering dan panas
Angin Fohn atau Angin jatuh ialah angin jatuh bersifatnya kering dan panas terdapat di lereng pegunungan Alpine. Sejenis angin ini banyak terdapat di Indonesia dengan nama angin Bahorok (Deli), angin Kumbang (Cirebon), angin Gending di Pasuruan (Jawa Timur), dan Angin Brubu di Sulawesi Selatan). Angin musim ada 5 macam yaitu :
1.        Angin Passat
Angin passat adalah angin bertiup tetap sepanjang tahun dari daerah subtropik menuju ke daerah ekuator (khatulistiwa). Terdiri dari Angin Passat Timur Laut bertiup di belahan bumi Utara dan Angin Passat Tenggara bertiup di belahan bumi Selatan. Di sekitar khatulistiwa, kedua angin passat ini bertemu. Karena temperatur di daerah tropis selalu tinggi, maka massa udara tersebut dipaksa naik secara vertikal (konveksi). Daerah pertemuan kedua angin passat tersebut dinamakan Daerah Konvergensi Antar Tropik (DKAT). DKAT ditandai dengan temperatur yang selalu tinggi. Akibat kenaikan massa udara ini, wilayah DKAT terbebas dari adanya angin topan. Akibatnya daerah ini dinamakan daerah doldrum (wilayah tenang).
2.        Angin Anti Passat
Udara di atas daerah ekuator yang mengalir ke daerah kutub dan turun di daerah maksimum subtropik merupakan angin Anti Passat. Di belahan bumi Utara disebut Angin Anti Passat Barat Daya dan di belahan bumi Selatan disebut Angin Anti Passat Barat Laut. Pada daerah sekitar lintang 20o – 30o LU dan LS, angin anti passat kembali turun secara vertikal sebagai angin yang kering. Angin kering ini menyerap uap air di udara dan permukaan daratan. Akibatnya, terbentuk gurun di muka bumi, misalnya gurun di Saudi Arabia, Gurun Sahara (Afrika), dan gurun di Australia. Di daerah Subtropik (30o – 40o LU/LS) terdapat daerah “teduh subtropik” yang udaranya tenang, turun dari atas, dan tidak ada angin. Sedangkan di daerah ekuator antara 10o LU – 10o LS terdapat juga daerah tenang yang disebut daerah “teduh ekuator” atau “daerah doldrum”
3.        Angin Barat
Sebagian udara yang berasal dari daerah maksimum subtropis Utara dan Selatan mengalir ke daerah sedang Utara dan daerah sedang Selatan sebagai angin Barat. Pengaruh angin Barat di belahan bumi Utara tidak begitu terasa karena hambatan dari benua. Di belahan bumi Selatan pengaruh angin Barat ini sangat besar, tertama pada daerah lintang 60o LS. Di sini bertiup angin Barat yang sangat kencang yang oleh pelaut-pelaut disebut roaring forties.
4.        Angin Timur
Di daerah Kutub Utara dan Kutub Selatan bumi terdapat daerah dengan tekanan udara maksimum. Dari daerah ini mengalirlah angin ke daerah minimum subpolar (60o LU/LS). Angin ini disebut angin Timur. Angin timur ini bersifat dingin karena berasal dari daerah kutub.
5.        Angin Muson
Angin monsun di Indonesia ada 2 macam  yaitu:
1.        Angin Monsun Asia
Angin ini berhubungan dengan angin baratan yaitu angin yang berasal dari daratan asia menuju wilayah Indonesia, dengan membawa uap air lebih banyak dari biasanya, sehingga sebagian wilayah Indonesia bagian Selatan Katulistiwa sering banyak hujan atau bertepatan dengan musim hujan di Indonesia. Ketika matahari berada di sebelah Utara Katulistiwa, maka daerah di Belahan Bumi Utara mempunyai suhu udara yang panas dengan tekanan udara cenderung rendah. Sehingga arah pergerakan angin dari Belahan Bumi Utara (daratan Asia) menuju Belahan Bumi Selatan (daratan Australia) dan angin tersebut biasanya berasal dari arah barat menuju timur. Kondisi ini biasa dikenal orang sebagai angin barat.
2.        Angin Monsum Australia
Angin ini berhubungan dengan angin timur yaitu angin yang berasal dari daratan Australia. Ketika matahari berada di Belahan Bumi Selatan, maka Belahan Bumi Selatan mempunyai suhu yang panas dan tekanan udara yang tinggi maka pergerakan angin dari Belahan Bumi Selatan (daratan Australia) menuju Belahan Bumi Utara (daratan Asia). (Salmin. 2005). Seperti pada gambar yang disajikan:




Pasang Surut
Pasang surut adalah gerakan naik turunnya muka laut ecara berirama yang disebabkan oleh gaya tarik bulan dan matahari. Matahari mempunyai massa 27 juta kali lebih besar dari massa bulan, tetapi jaraknya pun sangat jauh dari bumi (rata-rata 149,6 juta km). Sedangkan bulan sebagai satelit kecil jaraknya sangat dekat ke bumi (rata-rata 381.160 km). Dalam mekanika alam semesta, jarak lebih menentukan daripada massanya. Oleh karena itu, bulan mempunyai peranan yang lebih besar daripada matahari dalam menentukan pasang surut (Nontji, 1993).
Pasang surut merupakan salah satu gejala laut yang besar pengaruhnya terhadap kehidupan biota laut, khususnya diwilayah pantai. Proses terjadinya saat akan memendek secara perlahan – lahan (paras air sedang naik), dan pada saat yang lain akan memanjang kembali. Tinggi rendahnya paras laut ini diukur dari suatu paras panutan yang telah ditentukan sendiri, yang dinamakan datum. Datum ini biasanya ditentukan pada tingkat air rendah pada pasut bulan penuh atau purnama biasa. Jadi kalau air rendah yang terjadi pada pasut purnama luar biasa maka paras laut akan terletak di bawah datum (Romimahtarto, 2009).
Perkataan pasang surut (pasut) pada umumnya dikaitkan dengan proses naik turunnya paras laut (sea level) secara berkala yang ditimbulkan oleh adanya gaya tarik dari benda-benda angkasa, terutama matahari dan bulan, terhadap massa air di bumi. Proses pasut dapat dilihat secara nyata di daerah pantai, mempengaruhi irama kegiatan manusia yang hidup di daerah pantai, seperti pelayaran, dan penangkapan/budidaya sumberdaya hayati perairan (Pariwono, 1989).
Menurut Mahlan (1984) Pasang surut dikenal sebagai gerakan osilasi permukaan air laut secara berkala dan  turun naik pada interval yang berbeda-beda. Perbedaan pasang-surut dipengaruhi oleh gaya gravitasi bulan dan matahari, pada saat bulan purnama air pasang akan lebih tinggi bila dibandingkan saat air pasang ketika matahari bersinar tegak di siang hari. Hal tersebut disebabkan oleh gaya gravitasi bulan lebih kuat daripada gravitasi matahari dikarenakan jarak bulan ke bumi lebih dekat bila dibandingkan dengan jarak matahari ke bumi. Faktor lain yang dapat menyebabkan perberdaan ketinggian pasang surut air laut yaitu gaya sentrifugal dari proses rotasi bumi dan beberapa faktor lokal, seperti adanya rensonasi lokal akibat morfologi teluk, pantai dan estuari.
Pasang surut sendiri terjadi ketika gelombang yang terbentuk di tengah laut, akibat gravitasi bulan dan matahari, terinferensi ketika ia mencapai daerah pantai. Hal tersebut menyebabkan terjadinya kenaikan dramatis  dari air laut atau yang disebut dengan air pasang. (Gambar 1)
Gerakan pasang surut menggambarkan pemanasan bumi. Pasang di akibatkan oleh gaya gravitasi antara dua benda langit yakni bulan dan matahari. Dasarnya gaya berat bulan jauh lebih lemah dari pada bumi, karena bulan lebih kecil dari bumi dan karena letak bulan sangat jauh dari bumi namun gaya tarik bulan masih cukup kuat untuk mengguncang semua samudera selama perjalanannya mengitari bumi. Pada belahan bumi yang mengahadap bulan terbentuk suatu gumpalan air dan pada belahan lainnya terbentuk pula gumpalan air tersebut (Dahuri, 2003).
Pasang surut yang terjadi di bumi ada tiga jenis yaitu: pasang surut atmosfer (atmospheric tide), pasang surut laut (oceanic tide) dan pasang surut bumi padat (tide of the solid earth).Pasang surut laut merupakan hasil dari gaya tarik gravitasi dan efek sentrifugal karena jarak bulan lebih dekat daripada jarak matahari ke bumi.Daerah pesisir mengalami dua kali pasang dan dua kali surut selama periode 24 jam.(Priyana,1994).
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pasang surut berdasarkan  teori kesetimbangan adalah rotasi bumi pada sumbunya, revolusi bulan terhadap matahari, revolusi bumi terhadap matahari. Berdasarkan teori dinamis adalah kedalaman dan luas perairan, pengaruh rotasi bumi (gaya coriolis), dan gesekan dasar. Selain itu juga terdapat beberapa faktor lokal yang dapat mempengaruhi pasut disuatu perairan seperti, topografi dasar laut, lebar selat, bentuk teluk, dan sebagainya, sehingga berbagai lokasi memiliki ciri pasang surut yang berlainan (Diposaptono 2007).
Tipe pasang surut ditentukan oleh frekuensi air pasang dengan surut setiap harinya. Suatu perairan mengalami satu kali pasang dan satu kali surut dalam satu hari, kawasan tersebut dikatakan bertipe pasang surut harian tunggal (diurnal tides), namun jika terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari, maka  tipe pasang surutnya disebut tipe harian ganda (semi diurnal tides). Tipe pasang surut lainnya merupakan peralihan antara tipe tunggal dan ganda disebut dengan tipe campuran (mixed tides) dan tipe pasang surut ini digolongkan menjadi dua bagian yaitu tipe campuran dominasi ganda dan tipe campuran dominasi tunggal. Selain dengan melihat data pasang surut yang diplot dalam bentuk grafik, tipe pasang surut juga dapat ditentukan berdasarkan bilangan formzahl (F). Karena sifat pasang surut yang periodik, maka ia dapat diramalkan. Untuk meramalkan pasang surut, diperlukan data amplitudo dan beda fase dari masing-masing komponen pembangkit pasang surut. Komponen-komponen utama pasang surut terdiri dari komponen tengah harian dan harian. Bulan berputar mengelilingi bumi sekali dalam 24 jam 51 menit, dengan demikian tiap siklus pasang surut mengalami kemunduran 51 menit setiap harinya (Musrifin, 2011).
Sifat khas dari naik turunnya permukaan air ini terjadi dua kali setiap minggu sehingga terjadi 2 periode pasang rendah. Benntuk pasang semacam ini dinamakan semidiurnal tide. Tinggi pasang semakin lama semakin naik sejak terjadi di hari pertama yang kemudian akan mencapai tinggi maksimum pada hari keenam dan ketujuh. Kemudian akan turun lagi pada ketinggian minimum di hari yang keempat belas. Pasang yang mempunyai tinggi maksimum dikenal sebagai spring tide, sedangkan yang mempunyai tinggi minimum dikenal sebagai neep tide.  Biasanya terjadi dua siklus lengkap setiap bulan yang berhubungan dengan fase bulan. Spring tide terjadi pada waktu  bulan baru dan bulan penuh. Sedangkan neep tide terjadi pada waktu perempatan bulan pertama dan perempaatan bulan ketiga (Hutabarat, 2008).
Menurut Ramdhan (2011), yang menyatakan beberapa tipe-tipe pasut antar lain, yaitu:
1.        Pasang surut harian tunggal (Diurnal Tide). Merupakan pasut yang hanya terjadi satu kali pasang dan satu kali surut dalam satu hari, ini terdapat di Selat Karimata.
2.        Pasang surut harian ganda (Semi Diurnal Tide). Merupakan pasut yang terjadi dua kali pasang dan dua kali surut yang tingginya hampir sama dalam satu hari, ini terdapat di Selat Malaka hingga Laut Andaman.
3.        (Mixed Tide, Prevailing Diurnal). Merupakan pasut yang tiap harinya terjadi satu kali pasang dan satu kali surut tetapi terkadang dengan dua kali pasang dan dua kali surut yang sangat berbeda dalam tinggi dan waktu, ini terdapat di Pantai Selatan Kalimantan dan Pantai Utara Jawa Barat.
4.        Pasang surut campuran condong harian ganda (Mixed Tide, Prevailing Semi Diurnal) merupakan pasut yang terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari tetapi terkadang terjadi satu kali pasang dan satu kali. Surut dengan memiliki tinggi dan waktu yang berbeda, ini terdapat di  Pantai Selatan Jawa dan Indonesia Bagian Timur.

Gelombang
Gelombang adalah gerakan dari setiap partikel air laut berupa gerak longitudinal, dan orbital secara bersamaan disebabkan oleh transmisi energy serta waktu (momentum) dalam artian impuls vibrasi melalui berbagai ragam bentuk matari, dalam hal ini berbentuk partikel air laut. Secara teoritis mediumnya sendiri tetap tidak bergerak mengikuti arah energi yang melaluinya. Energi dimaksud bisa berupa tiupan angin, gerak rotasi bumi atau gerak lapisan sedimen bawah laut, gempa tektonik, dan lain-lain. Dengan adanya gelombang, maka sangat mempermudah terjadinya proses kelarutan gas oksigen untuk kepentingan kehidupan di laut. Selain itu gelombang juga merupakan salah satu faktor dalam proses perubahan sifat bahan pencemar menjadi kurang bersifat toksik (weathered pollutant) walaupun memerlukan waktu beberapa saat. Pengukuran gelombang juga dapat dipakai untuk memprediksi kedalaman laut terutama pada perairan dangkal, bila peralatan ukur tidak tersedia (Wibisono, 2011).
Menurut Hutabarat dan Evans (1985), gelombang laut dipengaruhi oleh:
1.        Kecepatan angin. Jika kecepatan angin makin besar, gelombang yang terbentuk juga akan semakin besar dan memiliki kecepatan yang tinggi.
2.        Waktu dimana angin sedang bertiup. Kecepatan dan panjang gelombang cenderung untuk meningkat sesuai dengan meningkatnya waktu pada saat angin mulai bertiup
3.        Jarak tanpa rintangan tanpa angin sedang bertiup. Gelombang yang terbentuk didanau dimana fetch nya kemungkinan lebih besar, seiring mempunyai panjang gelombang sampai beberapa ratus kedepan.
Menurut Irfani (2008), gelombang dapat dibedakan menjadi dua, yaitu gelombang laut dalam dan gelombang laut dangkal. Gelombang di laut dalam dapat dibedakan menjadi beberapa macam tergantung pada gaya pembangkitnya. Jenis-jenis gelombang tersebut adalah sebagai berikut:
1.        Gelombang angin yaitu gelombang yang dibangkitkan oleh tiupan angin di permukaan laut.
2.        Gelombang pasang surut yaitu gelombang yang dibangkitkan oleh gaya tarik benda-benda langit terutama matahari dan bulan terhadap bumi.
3.        Gelombang tsunami yaitu gelombang yang terjadi karena letusan gunung berapi atau gempa di laut.
4.        Gelombang laut dangkal adalah gelombang yang apabila suatu deretan gelombang bergerak menuju pantai (laut dangkal), maka gelombang tersebut akan mengalami deformasi atau perubahan bentuk gelombang yang disebabkan oleh proses refraksi, difraksi, refleksi dan gelombang pecah.
Berikut ini merupakan gambar dari klasifikasi gelombang pecah :

Ukuran  besar  kecilnya  gelombang  umumnya  ditentukan  berdasarkan  tinggi  gelombang.  Tinggi  gelombang  ini  bisa  hanya  beberapa  millimeter  saja  tetapi  juga bisa sampai puluhan meter. Apabila kita mengamati perambatan gelombang di laut,  seolah    olah  tampak  air  laut  itu  bergerak  maju  beserta  dengan  gelombangnya. Tetapi  kenyataan  sebernarnya  tidaklah  demikian.  Pada  perambatan  gelombang, yang  bergerak  maju  sebenarnya  adalah  bentuknya  saja,    partikel  airnya  sendiri hampir tidak bergerak maju (Nontji, 2007).

Arus
Arus merupakan gerakan air yang sangat luas yang terjadi pada seluruh lautan di dunia. Arus-arus ini mempunyai arti yang sangat penting dalam menentukan arah pelayaran bagi kapal-kapal. Gerakan air dipermukaan laut terutama disebabkan oleh adanya angin yang bertiup di atasnya (Hutabarat,1985).
Arus permukaan laut umumnya digerakkan oleh stress angin yang bekerja pada permukaan laut. Angin  cenderung mendorong lapisan air dipermukaan laut dalam gerakan angin. Arus laut juga dapat terjadi akibat adanya perbedaan tekanan antara tempat yang satu dengan yang lain. Perbedaan tekanan ini terjadi sebagai hasil adanya variasi densitas air laut dan slope permukaan laut. Gaya akibat perbedaan tekanan di sebut gaya gradient tekanan (Azis, 2006).
Arus di laut di pengaruhi oleh banyak faktor yang mempengaruhi timbulnya arus yakni tiupan angin musim. Selain itu juga faktor suhu permukaan laut yang selalu berubah-ubah. Indonesia misalnya di kenal mempunyai dua musim yakni musim barat dan musim timur dimana siklus perubahan tiap musim di tandai dengan adanya perubahan tekanan udara sehingga menimbulkan arah tiupan angin yang berbeda pula (Wibisono, 2005).
Arus laut permukaan merupakan pencerminan langsung dari pola angin yang bertiup pada waktu itu. Jadi arus permukaan ini digerakkan oleh angin. Air dilapisan bawahnya ikut terbawa, karena adanya gaya coriolis (coriolis force), yakni gaya yang diakibatkan oleh perputaran bumi, maka arus dipermukaan laut berbelok kekanan dari arah angina dan arus di lapisan bawahnya akan berbelok lebih kekanan lagi dari arah arus permukaan. Ini terjadi di Belahan Bumi Utara. Di Belahan Bumi Selatan terjadi hal sebaliknya (Romimahtarto, 2009).
Secara umum sirkulasi laut dunia dapat dibedakan menjadi dua, yakni arus permukaan (surface circulation) dan arus laut dalam (deep sea circulation). Kelompok pertama terutama disebabkan oleh angin permukaan (wind-driven current), sedangkan kelompok kedua terutama disebabkan oleh adanya perbedaan suhu dan salinitas (thermohaline circulation).
Kedalaman
Dilihat dari kedalaman lautnya, perairan Indonesia pada garis besarnya dapat di bagi dua yakni perairan dangkal berupa paparan dan perairan laut dalam. Paparan  (shelf) adalah zona di laut terhitung mulai dari garis surut terendah hingga pada kedalaman sekitar 120 - 200 m yang kemudian biasanya disusul dengan lereng yang lebih curam ke arah dalam. Ada dua paparan yang luas di Indonesia yakni Paparan Sunda di sebelah barat dan Paparan Arafura-Sahul di sebelah timur.
Indonesia mempunyai topografi dasar laut yang kompleks, hal ini di sebabkan karena di kawasan Indonesia berbenturan atau bergesekan empat lempeng litosfer yakni lempeng-lempeng Eurasia, Filipina, Pasifik dan Samudra Hindia-Australia (Nontji, 2007).
Berdasarkan kedalamannya laut dibedakan menjadi 4 wilayah (zona) yaitu:
a.         Zona Lithoral, adalah wilayah pantai atau pesisir atau shore. Di wilayah ini pada saat air pasang tergenang air dan pada saat air laut surut berubah menjadi daratan. Oleh karena itu wilayah ini sering juga disebut wilayah pasang-surut.
b.        Zona Neritic (wilayah laut dangkal), yaitu dari batas wilayah pasang surut hingga kedalaman 150 m. Pada zona ini masih dapat ditembus oleh sinar matahari sehingga pada wilayah ini paling banyak terdapat berbagai jenis kehidupan baik hewan maupun tumbuh-tumbuhan. Contohnya laut Jawa, laut Natuna, selat Malaka dan laut-laut di sekitar kepulauan Riau.
c.         Zona Bathyal (wilayah laut dalam), adalah wilayah laut yang memiliki kedalaman antara 150 m hingga 1800 m. Wilayah ini tidak dapat tertembus sinar matahari, oleh karena itu kehidupan organismenya tidak sebanyak yang terdapat di wilayah Neritic.
d.        Zone Abyssal (wilayah laut sangat dalam), yaitu wilayah laut yang memiliki kedalaman di atas 1800 m. Di wilayah ini suhunya sangat dingin dan tidak ada tumbuh-tumbuhan. Jenis hewan yang dapat hidup di wilayah ini sangat terbatas.

Kelerengan
Kemiringan pantai ditentukan dengan cara mengukur perbedaan ketinggian pada dua titik horizontal yang jarak antara kedua titik telah diketahui. Kemiringan pantai sangat berperan dalam drainase air terutama dalam usaha budidaya pantai. Kemiringan yang sangat besar sangat tidak baik buat budidaya. Sebaliknya, pantai yang datar cukup menyulitkan dalam proses pengeringan kolam tambak. Pantai yang landai menyebabkan jangkauan pasang surut mencapai ratusan meter, sedangkan pantai yang terjal menyebabkan jangkauan pasang surut hanya mampu mencapai beberapa puluh meter saja. Tipe kemiringan pantai ada 3, yaitu: datar (± 5%), landai (± 10%) dan curam (± 20%) (Brotowijoyo,1995).

Suhu
Suhu air merupakan faktor yang banyak mendapatkan perhatian dalam pengkajian-pengkajian. Data suhu air dapat dimanfaatkan bukan saja hanya untuk mempelajari gejala-gejala fisika dalam laut tetapi juga dalam kaitannya dengan kehidupan hewan atau tumbuhan, bahkan dapat juaga dimanfaatkan untuk mengkaji metodologi (Notji, 1989).
Suhu di lautan adalah salah satu faktor yang amat penting bagi kehidupan organisme di lautan karena suhu mempengaruhi baik aktifitas metabolisme maupun perkembangan dari organisme-organisme tersebut. baik lautan maupun daratan keduannya dipanasi oleh sinar matahari melalui suatu proses yang dinamakan isolahan akan tetapi pengaruh pemanasan ini sama untuk daerah-dearah yang terletak pada lintang yang berbeda (Hutabarat, 1985).
Secara keseluruhan, sebagian besar air samudra itu dingin. Kurang dari 10% volume air laut di muka bumi suhunya lebih dari 10˚ C dan lebih dari 75% suhunya di bawah 4˚ C . Alasan utama dari perbandingan ini adalah karena sinar matahari hanya mampu menembus laut sampai beberapa ratus meter saja. Sedangkan pengaruh penyinaran matahari musiman hanya mencapai kira – kira 100 m. akibatnya di samudra terdapat lapisan atas yang relatif hangat dihubungkan dengan lapisan transisi mendadak ke air dingin yang merupakan kolom air samudra sisanya. Daerah (lapisan) dengan penurunan suhu cepat ke bawah ini disebut termoklin (Romimohtarto,2009).

Kecerahan
Kecerahan adalah ukuran transparasi perairan yang diamati secara visual dan diamati dengan secchi disk. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecerahan air laut, antara lain adanya bahan yang melayang-layang diperairan dekat pantai, tinggiya nilai kekeruhan diperairan dekat pantai menyebabkan terhalangnya penetrasi sehingga tidak masuk keperairan yang dalam, dan juga besarnya sinar matahari yang masuk keperairan. Adapun klasifikasi perairan laut dibedakan menjadi dua lapisan yaitu lapisan trophosphere yang dipengaruhi oleh faktor luar dan lapisan stratosphere yang merupakan lapisan bawah atau air dasar (Sabrina dan Delila, 2001).
Kecerahan adalah sebagaian cahaya yang diteruskan ke dalam air dan dinyatakan dengan persen, dari beberapa panjang gelombang di daerah spektrum yang terlihat cahaya yang melalui lapisan sekitar satu meter, jatuh agak lurus pada permukaan air. Kemampuan cahaya matahari untuk menembus sampai dasar perairan dipengaruhi oleh kekeruhan (turbidity) air. Kekeruhan dipengaruhi oleh : (M. Ghufran H. Kordik K, 2007).
1.        Benda-benda halus yang disuspensikan.
2.        Jasad-jasad renik (plankton).
3.        Warna air.
Penyinaran cahaya matahari akan berkurang secara cepat sesuai dengan makin tingginya kedalaman lautan. Pada perairan yang dalam dan jernih proses fotosintesa hanya terdapat sampai kedalaman sekitar 200 meter saja. Adanya bahan-bahan yang melayang-layang dan tingginya nilai kekeruhan di perairan dekat pantai penetrasi cahaya akan berkurang di tempat ini. Akibatnya penyebaran tanaman hijau di sini hanya dibatasi sampai pada kedalaman antara 15 dan 40 meter (Hutabarat, 1985).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengertian Metode Storet dan Metode IP (Indeks Pencemaran)

Pengertian Gelombang Dan Transformasi Gelombang

Penertian Arus Dan Sirkulasi Laut Dunia