Contoh Laporan Geologi
ANALISIS GEOMORFOLOGI DI
PERAIRAN DESA BUNATI KECAMATAN ANGSANA KABUPATEN TANAH BUMBU PROVINSI
KALIMANTAN SELATAN
LAPORAN PRAKTEK GEOLOGI LAUT
MUHAMAD ZAINUDIN
G1F115006
PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2018
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ i
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... v
BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1.
Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2.
Tujuan dan Kegunaan ..................................................................... 2
1.3.
Ruang Lingkup Praktek .................................................................. 2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 3
2.1.
Pengertian Geologi..........................................................................
3
2.2.
Manfaat mempelajari Geologi Laut.................................................
4
2.3.
Struktur Geologi dan Geomorfologi Pantai.....................................
4
2.4.
Kemiringan Pantai .......................................................................... 9
2.5.
Jenis-jenis Batuan ........................................................................... 10
BAB III. METODE KERJA ........................................................................... 15
3.1.
Waktu dan Tempat
.......................................................................... 15
3.2.
Alat dan Bahan ............................................................................... 15
3.3. Prosedur Perolehan Data
Kerja (Geomorfologi Pantai, Pengambilan/Identifikasi Jenis Batuan, Pengamatan
Singkapan Pengukuran Kelerengan Pantai dan Kedalaman, Pengambilan Substrat
Dasar Laut) ................................................. 16
3.4. Analisis Data (Kelerengan Pantai dan Pembuatan
Peta)................. 16
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 19
4.1. Struktur Geologi dan
Geomorfologi Pantai.....................................
19
4.2. Proses Geomorfologi Pantai ........................................................... 21
4.3. Jenis-jenis batuan dan
Struktur batuan yang tersingkap ................. 23
4.4. Kelerengan Pantai............................................................................
26
4.5. Peta Geomorfologi Pantai dan
Substrat dasar pantai dan laut.........
27
BAB V. PENUTUP ......................................................................................... 29
5.1.
Kesimpulan ..................................................................................... 29
5.2.
Saran ............................................................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Alat dan bahan ................................................................................................. 15
Data-data jenis batuan ..................................................................................... 22
DAFTAR GAMBAR
Macam-macam Kekar (Joint)........................................................................... 5
Macam-macam Sesar (Fault) .......................................................................... 6
Sketsa Sistem Pelipatan....................................................................................
6
Sketsa Jenis-jenis Sistem Pelipatan..................................................................
7
Siklus Geomorfologi........................................................................................
8
Kemiringan
(slope) dan kontur gradient..........................................................
10
Siklus Batuan...................................................................................................
11
Batuan Beku .................................................................................................... 11
Batuan
Sedimen................................................................................................ 12
Batuan
Metamort.............................................................................................. 13
Strike Dip pada bidang.....................................................................................
14
Peta Lokasi Praktik Lapang di
Desa Bunati .................................................... 16
Geomorfologi Pantai Bunati............................................................................
21
Gisik (Beach) di Pantai Bunati ........................................................................ 22
Lidah Pasir di Pantai Bunati ............................................................................ 23
Batu Bara ......................................................................................................... 24
Batu Lempung ................................................................................................. 25
Profil Pantai Bagian Barat................................................................................ 26
Profil Pantai Bagian Timur ............................................................................. 26
Peta Sebaran Substrat Dasar
Laut di Daerah Bunati ....................................... 27
Strike dan Dip .................................................................................................. 28
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Geologi
merupakan suatu cabang ilmu mengenai pembentukan muka bumi Dilihat dari unsur pembentukannya.
Pembentukan permukaan bumi secara umum dihasilkan oleh proses pengangkatan dan penimbunan
dan proses ini terlihat dari bentukan lahan yang Nampak dipermukaan bumi. Penelitian
geologi kali ini lebih ditekankan pada pengenalan batuan sebagai bagian dari proses
pembentukan muka bumi. Selain itu, morfologi dari daerah penelitian seperti bentuk
pantai dan daerah sekitarnya merupakan proses alam yang terjadi baik secara eksternal
maupun internal dilihat dari agen pembentukannya.
Geomorfologi pantai di daerah Desa Bunati berbentuk pantai
landai (datar). Pembentukan pantai merupakan hasil erosi gelombang air laut dan
berada pada zona muka air laut, sedangkan garis pantai mundur ke arah darat
sebagai akibat erosi gelombang laut. Bentuk permukaan lahan pesisir Desa
Bunati, secara geomorfologi akibat proses marin, kebanyakan hasil dari bentukan
gelombang air laut. Hal ini ditandai dengan kondisi pesisir bunati bagian timur
mengalami abrasi pantai dan pesisir bagian barat terdapat gisik dari hasil
kerja gelombang. Singkapan singkapan batuan yang berada disepanjang pantai
dikenal sebagai muka daratan (headlands)
ter-erosi, menghasilkan pasir yang kemudian diangkut disepanjang garis pantai
dan diendapkan diwilayah pantai membentuk bentuk bentuk bentang alam tertentu.
Wilayah Provinsi Kalimantan Selatan memiliki luas kurang
lebih 3.753.051 ha, dan memiliki garis pantai yang mempunyai karakteristik yang
berbeda-beda disetiap daerah. Pada daerah pesisir pantai bagian selatan
Kalimantan Selatan terutama dibagian Pesisir Pantai Bunati di Desa Bunati Kabupaten
Tanah Bumbu Kalimantan Selatan memiliki tanah singkapannya terdiri dari jenis
batuan dan gugusan formasi batubara yang terlihat menjorok kepermukaan. Kondisi
pantai bunati terdiri dari hamparan pasir, muara sungai, tanjung yang terdapat
singkapan batuan serta aktivitas terminal khusus perairan pantai bunati
merupakan arus pelayaran kapal pengangkut batubara (atau yang disebut dengan
pelayaran kapal tongkang) yang tidak menutup kemungkinan dapat mempengaruhi
jenis batuan yang terdapat di wilayah pantai bunati. Bentukan lahan di Desa Bunati
diperkirakan berasal dari proses marine dan fluvial.
1.2
Tujuan
dan Kegunaan
Adapun tujuan dan kegunaan praktek
lapang yang dilaksanakan di Pantai Bunati Kecamatan
Angasana adalah sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi struktur geologi dan geomorfologi pantai.
2. Mengetahui
proses geomorfologi pantai di lokasi tersebut.
3. Mengidentifikasi
secara visual jenis-jenis
batuan dan struktur batuan yang tersingkap di sepanjang
panati lokasi praktek.
4. Menganalisa kelerengan pantai.
5. Mememtakan geomorfolgi pantai dan substrat dasar pantai
dan laut.
1.3 Ruang
Lingkup
Ruang lingkup penelitian di perairan Pantai Bunati adalah
sebagai berikut:
1.3.1 Ruang Lingkup Wilayah
Ruang lingkup penelitian kali ini adalah mencakup
lokasi pesisir dan laut
Desa Bunati Kecamatan Angsana Kabupaten Tanah Bumbu, Jarak
sejauh 4 km sepanjang pantai dan 2 km tegak lurus pantai. Dimana disekitar
tempat tersebut terdapat beberapa jenis batuan yang akan di identifikasi oleh
peneliti. Struktur dan singkapan batuan yang ada dipantai bunati, yaitu batuan
sedimen yang terbagi menjadi 2 jenis batuan, yaitu batu bara dan batu kerikil.
1.3.1. Ruang Lingkup
Materi
Penelitian kali ini adalah mencakup lokasi
perairan pesisir dan laut Desa Bunati Kecamatan Angsana Kabupaten Tanah Bumbu meliputi materi pengenalan jenis batuan dan pengamatan
struktur batuan tersingkap, Geomorfologi pantai, serta singkapan batuan.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1. Pengertian Geologi
Geologi adalah suatu bidang Ilmu
Pengetahuan Kebumian yang mempelajari segala sesuatu mengenai planet Bumi
beserta isinya yang pernah ada, merupakan kelompok ilmu yang membahas tentang
sifat-sifat dan bahan-bahan yang membentuk bumi, struktur, dan proses-proses yang
bekerja baik didalam maupun diatas permukaan
bumi, kedudukannya di Alam Semesta serta sejarah perkembangannya
sejak bumi ini lahir di alam semesta hingga sekarang. Geologi dapat
digolongkan sebagai suatu ilmu pengetahuan yang komplek, mempunyai pembahasan
materi yang beraneka ragam namun juga merupakan suatu bidang ilmu pengetahuan yang menarik untuk dipelajari.
Ilmu ini mempelajari dari benda-benda sekecil atom hingga ukuran benua,
samudra, cekungan dan rangkaian pegunungan (Noor, 2010).
Geologi
laut ialah cabang yang mempelajari tentang geologi dasar lautan. Hal-hal yang
dipelajari misalnya tentang bentuk dasar lautan, proses-proses yang
mempengaruhi pembentukannya, endapan-endapan yang terkandung diatas maupun
dibawah dasar laut dan banyak hal-hal lainnya.
Geologi Fisik atau Physical Geology, adalah
suatu studi yang mengkhususkan mempelajari sifat-sifat fisik dari bumi, seperti
susunan dan komposisi dari pada bahan-bahan yang membentuk bumi, selaput udara
yang mengitari bumi, khususnya bagian yang melekat dan berinteraksi dengan
bumi, kemudian selaput air atau hidrosfer, serta proses-proses yang bekerja di
atas permukaan bumi yang dipicu oleh energi Matahari dan tarikan gaya berat
bumi. Proses-proses yang dimaksud itu, dapat dijabarkan sebagai pelapukan,
pengikisan, pemindahan dan pengendapan. Disisi lain, Geologi
Dinamis adalah bagian dari Ilmu Geologi yang mempelajari dan membahas
tentang sifat-sifat dinamika bumi. Sisi ini berhubungan dengan
perubahan-perubahan pada bagian bumi yang diakibatkan oleh gaya-gaya yang
dipicu oleh energi yang bersumber dari dalam bumi, seperti kegiatan magma yang
menghasilkan vulkanisme, gerak-gerak litosfer akibat adanya arus
konveksi, gempa bumi dan gerak-gerak pembentukan cekungan pengendapan dan
pegunungan (Noor, 2012).
2.2.Manfaat Mempelajari Geologi Laut
Cakupan
dari ilmu geologi sangat luas seperti yang tersebut dalam definisinya, yaitu
mempelajari bumi seutuhnya. Sehingga untuk memudahkan dalam mempelajari bumi,
maka ilmu geologi dapat dipecah menjadi beberapa cabang ilmu geologi semakin
bertambah seiring dengan kemajuan ilmu dan teknologi.
Berdasarkan uraian diatas, dapat diketahui
beberapa kepentingan dalam mempelajari ilmu geologi. Di bawah ini beberapa
kepentingan tersebut :
1. Ilmu geologi dapat membantu untuk
mengetahui dan memahami awal terjadi dan struktur dari bumi sebagai planet
khususnya daratan dan lautan yang menyusun kerak bumi.
2. Ilmu geologi dapat membantu
menjelaskan karakteritik dan babbling alam yang sangat bervariasi dan bagaimana
bentang dan yang sangat berbeda ini dapat terbentuk dan dimanfaatkan oleh
manusia.
3. Pengetahuan geologi sangat membantu
untuk mengetahui dimana mineral dan batuan berharga dapat dijumpai.
4. Keberadaan material bangunan sangat
tergantung pada kondisi geologi suatu daerah. Pengetahuan geologi sangat
membantu para ahli bangunan untuk mendapatkan material bahan bangunan.
5. Ilmu geologi sangat penting dalam
hubungannya dengan sumber daya air, karena keberadaan air sangat tergantung
juga pada jenis atau macam batuannya.
6.
Pengetahuan geologi sangat membantu untuk memprediksikan atau meramalkan kemungkinan-kemungkinan
terjadinya bencana alam seperti longsoran, aktivitas gunung api dan sebagainya (Anonim, 2009).
2.3. Struktur Geologi dan
Geomorfologi Pantai
2.3.1 Struktur Geologi
Struktur Geologi merupakan studi mengenal unsur–unsur
struktur geologi, yaitu studi tentang perlipatan, rekahan, sesar, dan
sebagainya, yang terdapat didalam suatu satua tektonik. Tektonik sendiri
dianggap suatu studi yang mencakup masalah bentuk, pola evolusi dari satuan
tektonik dalam ukuran yang lebih besar seperti: cekungan sedimentasi, rangkaian
pegunungan, paparan dan sebagainya. Geologi struktur dalam hal ini sudah pasti
erat hubungannya dengan studi tentang struktur sekunder, yaitu suatu struktur
yang terbentuk setelah terjadi pengendapan batuan.
Macam–macam struktur sekunder :
a) Kekar (joint) : yaitu
rekahan–rekahan dalam batuan yang terjadi karena tekanan atau tarikan yang
disebabkan oleh gaya yang bekerja dalam kerak bumi. Kekar
kadang-kadang dapat membentuk retakan yang dalam dan lebar di dalam batuan.
Kekar biasanya disebabkan oleh ketidakmampuan batu untuk menahan tekanan yang
terlalu besar. Akibatnya, batuan mengalami keretakan di titik terlemahnya. (Gambar 2.1).
Gambar
2.1 Macam-macam Kekar (Joint)
b) Sesar (fault) : adalah
rekahan–rekahan dalam kulit bumi, yang telah mengalami pergeseran Sesar (patahan) adalah fraktur planar atau diskontinuitas dalam volume batuan, di mana telah ada perpindahan signifikan
sebagai akibat dari gerakan massa batuan. Sesar-Sesar berukuran besar di kerak
bumi merupakan hasil dari aksi gaya lempeng tektonik , dengan
yang terbesar membentuk batas-batas antara lempeng, seperti zona subduksi atau sesar transform.(Gambar
2.2)
c) Lipatan (fold) : yaitu
penekukan pada batuan, baik dalam batuan sedimen atau metamorf. Lipatan
adalah deformasi lapisan batuan yang terjadi akibat dari gaya tegasan sehingga
batuan bergerak dari kedudukan semula membentuk lengkungan. Berdasarkan bentuk
lengkungannya lipatan dapat dibagi dua, yaitu Lipatan Sinklin adalah bentuk
lipatan yang cekung ke arah atas, sedangkan lipatan antiklin adalah lipatan
yang cembung ke arah atas. (Gambar 2.3).
d) Bidang Pelapisan (unconformity)
: yaitu suatu bidang erosi yang memisahkan antara batuan yang lebih muda dari
yang lebih tua. Ketidak selarasan berhubungan dengan
sedimentasi antara satu lapisan batuan dengan batuan lain. Dalam proses
sedimentasi, jika sedimentasi normal maka alur perlapisan batuan akan terlihat
normal dan tidak ada perbedaan yang mencolok tiap lapisan. Akan tetapi kadangkala
terdapat kasus dimana sedimentasi hilang pada satu waktu sehingga terjadi
ketidak selarasan (unconformity) antara lapisan atas dan
bawah. Berikut adalah beberapa macam ketidakselarasan dalam perlapisan batuan
1. Non-conformity
Adalah fenomena adanya lapisan
batuan beku/metamorf yang dibawah lapisan sedimen.
2. Angular unconformity
Adalah fenomena dimana beberapa
lapisan sedimen memiliki perbedaan sudut yang tajam dengan lapisan di atasnya
(ketidakselarasan menyudut).
2.3.2 Geomorfologi Pantai
3. Pada dasarnya geomorfologi
mempelajari bentuk bentang alam atau bentuk lahan. Perkembangan teknologi
penginderaan jauh baik pesawat maupun dari satelit yang menghasilkan citra atau
foto udara, dapat mempermudah untuk melihat dan menginterpretasikan kenampakan
geomorfologi (Noor, 2011).
4. Worcester (1939) mendefinisikan
geomorfologi sebagai diskripsi dan tafsiran dari bentuk roman muka bumi. Definisi Worcester ini lebih luas dari
sekedar ilmu pengetahuan tentang bentangalam (the science of landforms), sebab termasuk pembahasan tentang
kejadian bumi secara umum, seperti pembentukan cekungan lautan (ocean basin) dan paparan benua (continental platform), serta
bentuk-bentuk struktur yang lebih kecil dari yang disebut diatas, seperti
plain, plateau, mountain dan sebagainya.
5. Sehubungan dengan stadia
geomorfologi yang dikenal juga sebagai Siklus Geomorfik (Geomorphic cycle) (Gambar 2.5) yang pada mulanya diajukan Davis
dengan istilah Geomorphic cycle.
Siklus dapat diartikan sebagai suatu peristiwa yang mempunyai gejala yang
berlangsung secara terus menerus (kontinyu), dimana gejala yang pertama sama
dengan gejala yang terakhir. Siklus geomorfologi dapat diartikan sebagai
rangkaian gejala geomorfologi yang sifatnya menerus. Misalnya, suatu
bentangalam dikatakan telah mengalami satu siklus geomorfologi apabila telah
melalui tahapan perkembangan mulai tahap muda, dewasa dan tua.
Stadium tua dapat kembali menjadi muda apabila terjadi
peremajaan (rejuvenation) atas suatu
bentang alam. Dengan kembali ke stadia muda, maka siklus geomorfologi yang
kedua mulai berlangsung. Untuk ini dipakai formula n + 1 cycle, dimana n adalah jumlah siklus yang mendahului dari satu
siklus yang terakhir. Istilah lain yang sering dipakai untuk hal yang sama
dengan siklus geomorfologi adalah siklus
erosi (cycle of erosion). Dengan
adanya kemungkinan terjadi beberapa siklus geomorfologi, maka dikenal pula
istilah : the first cycle of erosion, the
second cycle of erosion, the third cycle of erosion, etc. Misalnya suatu
plateau yang mencapai tinmaturely
dissected plateau in the second cycle of erosion.
Wilayah pantai merupakan daerah yang sangat dinamis karena
wilayah tersebut merupakan daerah pertemuan antara darat dan laut. Oleh karena itu, morfologi dan
bentang alam wilayah pantai yang terbentuk merupakan hasil dari
hempasan gelombang air laut dan aktivitas manusia. Geomorfologi pantai dapat berupa dataran aluvial, bangunan
pantai, estuari, lagoon, delta, hutan mangrove dan bangunan pantai (Noor,
2010).
Geomorfologi
yang merupakan salah satu parameter dari kerentanan pantai terhadap kenaikan
muka laut berpengaruh terhadap tingkat erosi relatif pada suatu bagian pantai. Menurut Gornitz (1991) pantai yang
sangat rentan terhadap kenaikan muka laut adalah pantai dengan geomorfologi
berupa penghalang pantai, pantai berpasir, pantai berlumpur (mudflats), dan delta. Sedangkan pantai dengan bentuk
geomorfologi berupa tebing tinggi sangat tidak rentan terhadap kenaikan muka
laut.
2.4. Kemiringan Pantai
Pengukuran kemiringan pantai dilakukan dengan menggunakan waterpass dan kompas geologi. Pengambilan data dengan waterpass ditambah dengan peralatan lain seperti meteran, dan juga satu buah kayu range sepanjang 2 meter. Langkah pertama, kayu range yang berukuran 2 meter diletakkan secara horizontal diatas pasir dan diletakkan tepat pada batas pantai teratas. Kemudian waterpass diletakkan diatas kayu range berukuran 2 metar, lalu kayu tersebut dipastikan horizontal sampai air pada alat waterpass tepat berada ditengah. Setelah dipastikan horizontal, hitung ketinggian kayu range tersebut dengan meteran. Sehingga dapat diketahui kemiringan pantai tersebut dengan cara menghitung sudut yang dibentuk antara garis horizontal dan vertikal yang didapatkan. Pengukuran ini dilakukan dari batas pantai teratas sampai pantai yang tepat menyentuh air.
Penggunaan kompas geologi dalam penentuan kemiringan pantai lebih sederhana lagi, cukup dengan meletakkan kompas dipantai, kemudian putar alat pengaturannya sampai air pada kompas sebagai penanda horizontal tepat berada ditengah. Nilai kemiringan pantai dapat diperoleh langsung dengan melihat nilai yang tertera pada kompas geologit ersebut (Anonim,2011)
Kemiringan
(slope) adalah sudut miring antara
dua titik yang terukur. Persamaan yang digunakan untuk mencari kemiringan
adalah :
Dimana m = kemiringan (slope), Dd=
beda kedalaman/tinggi
antar dua titik, s = jarak antar dua titik.
Pada gambar diatas (Gambar 2.6)
kedalaman d1,
d2, dan d3 harus
dipilih untuk menggambarkan garis kontur kedalaman, dengan demikian kita dapat menginterpolasi secara
linear kedalaman
titik-titik detail yang diukur. Kemiringan
m adalah sudut antara garis
pantai nol (MSL) dengan di (Baharuddin, 2016).
2.5. Jenis
Batuan
Berdasarkan kejadiannya atau cara terbentuknya
atau genesanya menjadi 3 kelompok utama:
1. Batuan
beku, batuan yang terbentuk dari pembekuan magma
2. Batuan
sedimen, batuan yang terbentuk dari hasil rombakkan batuan yang telah ada
sebelumnya
3.
Batuan metamorf, batuan
yang terbentuk akibat adanya pengaruh tekanan, panas atau keduanya yang sangat
tinggi (Nurdin
2009).
Batuan
umumnya diklasifikasikan berdasarkan komposisi mineral dan kimia, dengan
tekstur partikel unsur dan oleh proses yang mereka. Ciriciri ini
mengklasifikasikan batuan menjadi beku, sedimen, dan metamorf. Mereka lebih
diklasifikasikan berdasarkan ukuran partikel yang membentuk mereka.
Transformasi dari satu jenis batuan yang lain digambarkan oleh model geologi (Pettijohn 1987).
Pengkelasan ini dibuat
dengan berdasarkan:
1.
Kandungan mineral yaitu
jenis-jenis mineral yang terdapat di dalam batu ini.
2.
Tekstur batu, yaitu ukuran
dan bentuk hablur-hablur mineral di dalam batu
3.
Struktur batu, yaitu
susunan hablur mineral di dalam batu.
4.
Proses pembentukan.
2.5.1. Batuan Beku
Batuan
beku merupakan batuan yang terbentuk dari hasil pendinginan dan kristalisasi
magma di dalam maupun di permukaan bumi (Gambar 2.8). Secara umum, mineral-mineral
penyusun batuan beku dapat digambarkan oleh bowen reaction series (Nurdin
2009).
Gambar 2.8 Batuan Beku
Berdasarkan
tempat terbentuknya, batuan beku dapat dibagi menjadi 2, yaitu batuan plutonis
dan batuan vulkanis :
a. Batuan beku plutonis
Batuan
beku plutonis adalah batuan yang proses terbentuknya jauh di dalam bumi (15 - 50km). Batuan ini terbentuk dari
pendinginan yang berjalan sangat lambat. Oleh karena itu, batuan ini
mempunyai kristal yang sempurna (holokristalin).
Ciri-ciri batuan plutonis:
-
Pada umumnya berbutir kasar
-
Jarang memperlihatkan struktur vesikuler (lubang gas)
b. Batuan beku vulkanis
Merupakan batuan yang terbentuk di
permukaan bumi. Ciri-ciri batuan vulkanis:
-
Berbutir halus dan sering terdapat kaca
-
Memperlihatkan struktur vesikuler (Nurdin 2009).
2.5.2. Batuan Sedimen
Batuan
sedimen adalah batuan yang terbentuk dari hasil pengendapan (sedimentasi),
hasil erosi atau batuan yang terjadi dari akumulasi mineral dari hasil
perombakan batuan yang sudah ada sebelumnya atau hasil aktifitas kimia maupun
organisme yang diendapkan lapis demi lapis pada permukaan bumi yang kemudian
mengalami pembatuan (litifikasi) dan diagenesa (Nurdin 2009).
Gambar 2.9 Batuan Sedimen
Proses
pembentukan sedimen menjadi batuan sedimen disebut diagenesis. Adapun
proses-proses yang terjadi dalam diaganesis, antara lain:
a) Kompaksi, yaitu pembentukan akibat
beban akumulasi sedimen atau material lain yang menyebabkan hubungan antar
butir lebih lekat, air dalam pori-pori antar butir keluar menjadi kompak atau
padat, volumenya berubah, dan porositasnya menjadi berkurang.
b) Sementasi, yaitu proses keluarnya
air pori-pori yang mengendapkanmaterial terlarut (CaCO3, SiO2,
Fe2O3, oxida atau mineral batubara)menyemen
butiran-butiran sedimen mengakibatkan porositas sedimen menjadi lebih kecil
dari material semula.
c) Rekristalisasi, dimana
mineral-mineral kurang stabil (aragonit) saatsedimen terakumulasi mengkristal
kembali menjadi stabil (kalsit).
d) Pelarutan, terjadi karena ada
tekanan yang berasal dari sedimen yang adadi atasnya sehingga menimbulkan panas
dan akhirnya terjadi pelarutan.
e) Autijenesis, pembentukan mineral
baru.
f) Penggantian (replacement).
g) Bioturbasi, yaitu penghancuran
lapisan sedimen, bisa menjadi Batu Baradan mempunyai porositas yang tinggi.
2.5.3. Batuan Metamorf
Batuan
metamorf merupakan batuan yang telah mengalami perubahan akibattekanan dan atau
suhu yang tinggi (T>2000°C dan P>300Mpa) yang terjadisecara isokimia yang
menghasilkan batuan dengan mineralogi yang berbeda.
Gambar 2.10 Batuan Metamort
Proses
pembentukkan batuan metamorf disebut metamorfisme. Metamorfisme sendiri dapat
dibagi menjadi 4, diantaranya:
-
Metamorfisme kataklastik (jarang terjadi), deformasi mekanik
pada metamofisme. batuan regas menghasilkan hancuran tidak terjadi rekstalisasi
bila berlanjut fragmen menjadi lonjong biasanya terjadi akibat sesar yang akan
menghasilkan breksiasi atau milonitisasi.
-
Metamorfisme Kontak, akibat kenaikan suhu (intrusi magma),
terjadirekristalisasi kimia disekitar intrusi, metamorfisme aureol
-
Metamorfisme beban (burial), akibat tertimbun sangat
dalam, suhu 3000°C,kelompok mineral zeolit.
-
Metamorfisme regional, pada kerak benua, sangat luas yang
merupakan rangkaian seri fasies dynamo-termal.
2.6 Strike
dan Dip
Strike dan Dip mengacu kepada orientasi atau geometri
fitur-fitur geologi. Garis strike perlapisan, patahan, atau fitur planar
lainnya, adalah garis yang merepresentasikan perpotongan fitur tersebut di
bidang horizontal (Gambar 2.11). Dalam peta geologi, strike dan dip digambarkan dengan garis pendek yang dipotong oleh garis yang
lebih pendek tegak lurus dengan garis pertama.
Cara lain untuk merepresentasikan Strike dan Dip adalah
dengan Dip dan Dip Direction. Dip Direction adalah azimut dari arah
dip yang diproyeksikan ke bidang horizontral (seperti trend dari fitur linear
dalam pengukuran trend dan plunge), yang dimana arahnya tegak lurus
(90°) dari arah strike. Seperti contoh, sebuah dipping 30° ke selatan, akan
memiliki strike timur-barat (dan akan ditulis 090°/30° S menggunakan strike dan dip), tapi akan ditulis sebagai 30/180 menggunakan metode dip dan dip direction.
Strike dan dip ditentukan di lapangan dengan kompas
dan klinometer atau kombinasi keduanya, seperti kompas Brunton. Kompas-Klinometer
yang mengukur dip dan dip direction dalam satu langkah (Gambar 2.11) sering disebut kompas Stratum atau Klar. Aplikasi-aplikasi di
ponsel pintar juga tersedia, yang menggunakan akselerometer internal untuk
memperoleh pengukuran orientasi. Dikombinasikan dengan GPS, ponsel pintar bisa
membaca dan merekam dan lalu mengunggahnya ke peta.
Setiap fitur planar bisa diukur oleh strike dan dip, termasuk
Perlapisan sedimen, patahan dan kekar, Cuesta,
dike dan sill batuan beku, foliasi metamorf, dan fitur planar lainnya di
muka bumi. Fitur linear diukur menggunakan metode yang sama, dimana plunge adalah sudut dip dan trend analog dengan nilai dip direction. Apparent dip atau dip semu adalah nama dari setiap
dip yang diukur di bidang vertikal yang tidak tegak lurus dengan garis strike. True dip atau dip asli bisa diukur dari
apparent dip menggunakan trigonometri bila diketahui nilai strike. Penampang
geologi menggunakan apparent dip ketika mereka digambarkan dalam suatu sudut
yang tidak tegak lurus trike (Wikipedia, 2016).
BAB III
METODOLOGI
3.1.
Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan pada hari Kamis Tanggal 16 April s.d 18 April 2018. Tempat Penelitian Geologi Laut ini adalah
di Desa Bunati, Kabupaten Tanah Bumbu,
Propinsi Kalimantan Selatan.
3.2. Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada penelitian kali ini ialah :
Tabel 3.1.
Alat dan bahan
No
|
Nama
|
Fungsi
|
1.
|
Palu Geologi
|
Membantu mengambil sampel batuan
|
2.
|
Kantong sampel
|
Memasuukkan sampel batuan
|
3.
|
Alat tulis
|
Mencatat hasil pengamatan
|
4.
|
Kamera
|
Mendokumentasikan
|
5.
|
Theodolit
|
Membantu pengukuran kontur tanah
|
6.
|
Waterpass
|
Mengukur kemiringan suatu lokasi
|
7.
|
Rambu ukur
|
Alat pendukung pengambilan data menggunalan theodolite dan waterpass
|
8.
|
GPS
|
Menentukan titik koordinat
|
3.3. Prosedur Perolehan Data
Prosedur yang dilakukan pada saat pengambilan data di
lapangan yaitu:
1.
Pengamatan
Geomorfologi dan Bentuk Pantai
a.
Mengamati
jenis dan tipe pantai dengan memetakan titik GCP pada setiap tipe pantai di
sepanjang pantai (dokumentasikan setiap perubahan).
b.
Mengidentifikasi
bentuk geomorfologi pantai apakah terdapat gisik pasir, lidah pasir, gumuk.
Setiap lokasi dilakukan GCP dan didokumentasikan.
c.
Mengidentifikasi
bentuk dan geomorfologi pantai
2.
Pengambilan
data batuan dan sedimen dasar laut
a.
Mengamati
dan mendokumentasikan jenis batuan yang terdapat di sepanjang pantai lokasi
praktek.
b.
Mengidentifikasi
sampel batuan yang diperoleh di lapangan
c.
Mengklasifikasikan
berdasarkan jenis batuannya
d.
Melakukan
pengambilan sampel substrat dasar laut dengan menggunakan Grab Sampler dan
catat setiap posisinya dengan GPS. Identifikasi setiap sampel sedimen dengan
metode megaskopis dan jenis sedimennya.
3.
Pengukuran
kelandaian pantai
a.
Melakukan
pengukuran kelandaian pantai dengan menggunakan theodolit dan waterpass.
Setiap titik alat dan detail dilakukan pencatat posisi GPS.
b.
Melakukan
pengukuran kedalaman perairan dengan membuat lajur perum
4.
Strike dan Dip
Dalam penelitian lapisan dan
struktur geologi kita harus mengetahui kedudukan batuan di permukaan bumi
dengan mengukur arah penyebarannya dan juga kemiringan batuan. Dalam ilmu
Geologi, kedua elemen tersebut dinamakan Strike dan Dip.
Strike atau Jurus adalah arah garis yang
dibentuk dari perpotongan bidang planar dengan bidang horizontal ditinjau dari
arah utara, sedangkan Dip adalah derajat yang dibentuk
antara bidang planar dan bidang horizontal yang arahnya tegak lurus dari
garis strike. Bidang planar ialah bidang yang relatif lurus,
contohnya ialah bidang perlapisan, bidang kekar, bidang sesar, dan lain-lain.
Langkah-langkah dalam mengukur strike dan dip adalah:
1.
Mencari arah jurus pada bidang (strike)
-
Kenali dulu arah utara pada kompas,
agar kita tidak terbalik menentukan arah.
-
Tempelkan sisi kompas yang bertanda
"E" (sisi kompas bagian timur) pada bidang yang akan kita ukur.
-
Posisikan kompas secara horizontal
dengan memanfaatkan gelembung udara pada bull eyes berada di tengah.
-
Catat derajat yang di bentuk oleh
jarum magnet yang mengarah ke utara. Itulah angka Strike. Buat
garis lurus searah strike untuk menentukan dip.
2.
Mencari kemiringan bidang (dip)
-
Pada garis lurus yang dibentuk strike,
tempelkan sisi kompas yang bertanda "W" (sisi kompas bagian barat)
secara tegak lurus.
-
Putar tuas klinometer agar gelembung
udara di dalam nya berada di tengah.
-
Catat angka yang tertera pada jarum
klinometer. Itulah angka Dip.
4.4. Analisis Data (Kelerengan
Pantai dan Pembuatan Peta)
Berdasarkan hasil pengukuran
kelerengan pantai di Desa Bunati menunjukkan perairan tersebut memiliki bentuk
pantai yang landai (datar).Kelerengan perairan Bunati dipengaruhi oleh hidrooseanografi baik dari
darat melalui aliran sungai maupun dari laut. Proses ini mengakibatkan profil
kelerengan di perairan Bunati tidak beraturan, di mana banyak terdapat sand dune
(gumuk pasir) yang tidak beraturan akibat pengaruh gelombang dan arus pasang
surut baik dari sungai maupun dari laut.
Berdasarkan
peta kontur substrat dasar pantai dan laut Desa Bunati memiliki substrat yang
berbeda-beda. Pada bagian timur didominasi oleh substrat lumpur berpasir. Pada
bagian barat jenis substratnya didominasi oleh pasir berlumpur dan pasir, pada
daerah ini memiliki kecerahan yang tinggi dibandingkan daerah lain karena di
daerah ini sedimentasinya cukup rendah.
HASIL DAN
PEMBAHASAN
4.1. Struktur Geologi dan Geomorfologi Pantai
4.1.1. Struktur Geologi Bunati
Struktur Geologi Wilayah pesisir Desa Bunati dominan formasi geologinya merupakan daerah Alluvium (Qa) (yakni terdiri dari kerikil, pasir, lanau, lempung dan lumpur). Pada daerah yang jauh dari pantai tersusun dari formasi geologi lainnya seperti Formasi Dahor (TQd).
Formasi Dahor
terbentuk dengan diawali gerakan tektonik yang menyebabkan batuantua Pra Tersier dan Tersier terangkat membentu kpegunungan Meratus. Sejalan dengan pelipatan dan pensesaran batuan tua tersebut kemudian di ikuti pengendapan batuan Formasi Dahor. Formasi Dahor diperkiran berumur Plio Plistosen diendapkan dalam lingkungan paralis. Singkapan batu bara terletak 300 m selatan jalan Pelaihari–Batulicin terdiri atas perselingan batu bara dengan lempung. Batu bara berwarna hitam, hitam kecoklatan, sedang lunak, mudah pecah, getas, tebal lapisan, 0,1 m – 14 m.
Singkapan sedimen perselingan tipis, lapisan sejajar, antara batu pasir halus dan lempung, struktur sedimen silang siur pada batu pasir halus menunjukkan lingkungan pengendapan dataran banjir. Endapan batu bara yang sangat rapuh dari jenis lignit dan banyak dijumpai polen mangrove rhizophora, mengindikasikan lingkungan rawa. Jadi Formasi Dahor dapat dikatagorikan sebagai endapan alufial dan rawa.
Bentuk profil kedalaman (batimetri) di wilayah Tanah Bumbu terdiri dari dua bentuk yakni dibagian barat (perairan Selat Laut) dan bagian selatan yang berhadapan dengan Laut Jawa. Pada perairan Selat Laut, menunjukkan di daerah Pesisir Kabupaten Tanah Bumbu lebih curam terutama dari Pulau Suwangi sampai kemuara Selat Laut, jika dibandingkan dengan kedalaman di pesisir Pulau Laut (Kabupaten Kotabaru), akan tetapi diperairan ini banyak terbentuk delta sebagai akibat sedimentasi. Kedalaman diperairan Selat Laut maksimal 11 m.
Profil kedalaman dibagian
selatan lebih beragam, dimana
pada kedalaman 5 m berkisar pada jarak 1 – 5 km dan kedalaman 10 m pada jarak 6 – 16 km. Pengaruh gelombang sangat berpengaruh didaerah ini terutama pada musim timur (angin dominan dari arah tenggara). Berdasarkan hasil analisis kedalaman pantai Bunati yang berhadapan dengan laut jawa, desa Bunati memiliki bentuk pantai yang landai (datar). Nilai kedalaman minimum berkisar <1, 5 m (nilai 0 dianggap sebagai daratan). Kedalaman maksimal mencapai 7,5 m. Kedalaman diperairan Bunati dipengaruhi oleh hidro oseanografi baik dari darat melalui aliran sungai maupun dari laut. Akibat proses ini, sehingga profil kedalaman diperairan ini tidak beraturan, dimana banyak terdapat sanddune (gumuk pasir) yang tidak beraturan sebagai akibat pengaruh gelombang dan arus pasut baik dari sungai mau pun laut. Bentuk relief desa Bunati menunjukkan bahwa adanya sedimentasi didaerah muara sungai sehingga daerah tersebut lebih dangkal. Sedimentasi adalah masuknya muatan sedimen kedalam suatu lingkungan perairan tertentu melalui media air dan diendapkan didalam lingkungan tersebut.
4.1.2. Geomorfologi Pantai Bunati
Geomorfologi
Pantai di Desa Bunati berbentuk pantai landai (datar). Pembentukan pantai ini
merupakan hasil erosi gelombang air laut yang berada pada zona muka air laut,
sedangkan garis pantai mundur ke arah darat sebagai akibat erosi gelombang
laut. Bentuk pantai Desa Bunati berdasarkan materi penyusunnya termasuk Pantai
berpasir. Singkapan-singkapan batuan yang berada di
sepanjang pantai menghasilkan pasir yang kemudian diangkut ke sepanjang garis
pantai dan diendapkan di wilayah pantai membentuk bentang alam tertentu.
Bentukan lahan yang
terbentuk di desa Bunati berasal dari bentukan lahan asal fluvial dan bentukan
asal marine. Bentuk lahan asal proses fluvial terbentuk akibat aktivitas aliran
sungai yang berupa pengikisan, pengangkutan dan pengendapan (sedimentasi)
membentuk bentukan-bentukan deposisional yang berupa bentangan dataran aluvial
dan bentukan lain dengan struktur horisontal, tersusun oleh material sedimen
berbutir halus.
Bentukan lahan yang berasal dari
proses fluvial pada daerah Bunati yang ditemukan adalah delta. Delta yang
terbentuk dipengaruhi oleh debit air sungai dan arus laut yang yang sama-sama
kuat sehinga endapan sedimen berada di muara sungai, topografi delta pada desa
Bunati berbentuk datar.
4.2. Proses
Geomorfologi Pantai Bunati
Morfologi
pantai di daerah Desa Bunati berbentuk pantai landai (datar). Pembentukan
pantai merupakan hasil erosi gelombang air laut dan berada pada zona muka air
laut, sedangkan garis pantai mundur ke arah darat sebagai akibat erosi
gelombang laut (Gambar 4.2).
Bentuk pantai Desa Bunati berdasarkan
materi penyusunnya termasuk Pantai berpasir. Pantai tipe ini terbentuk oleh
proses di laut akibat erosi gelombang, pengendapan sedimen, dan material
organik. Material penyusun terdiri atas pasir bercampur batu yang berasal dari
daratan yang terbawa aliran sungai dan berasal dari daratan di belakang pantai
tersebut. Di samping berasal dari daratan, material penyusun pantai ini juga
dapat berasal dari berbagai jenis biota laut yang ada di daerah pantai itu
sendiri.
Bentukan lahan
yang terbentuk di desa Bunati berasal bentukan lahan asal fluvial dan bentukan
asal marine. Bentuklahan asal proses fluvial
terbentuk akibat aktivitas aliran sungai yang berupa pengikisan, pengangkutan
dan pengendapan (sedimentasi) membentuk bentukan-bentukan deposisional yang
berupa bentangan dataran aluvial dan bentukan lain dengan struktur horisontal,
tersusun oleh material sedimen berbutir halus.
Bentukan lahan yang berasal dari proses
fluvial pada daerah Bunati yang ditemukan adalah delta. Delta yang terbentuk
dipengaruhi oleh debit air sungai dan arus laut yang yang sama-sama kuat sehinga
endapan sedimen berada di muara sungai. Tofografi delta pada desa Bunati
berbentuk datar. Bentukan
asal marine adalah bentuk lahan yang terbentuk dari proses laut oleh tenaga
gelombang, arus dan pasang surut. Bentukan lahan marine yang terdapat di lokasi
praktek yaitu gisik (beach) dan lidah
pasir (sand spit). Gisik yang
terbentuk pada lokasi praktik disebabkan oleh arus dan gelombang (Gambar 4.3).
Arus di desa Bunati
merupakan arus sepanjang pantai. Angkutan sedimen pada desa Bunati dipengaruhi
oleh arus dan gelombang pecah. Transport sedimen bergerak sejajar garis pantai
dan mengendap pada daerah pecahnya gelombang (surf zone). Material gisik pada pantai bunati berupa pasir halus.
Sebagaimana terlihat pada Gambar 4.4.
Lidah pasir yang terbentuk
di lokasi praktik disebabkan oleh gelombang yang datang sejajar membentuk sudut sehingga
arus sejajar pantai mengarah ke muara sungai. Debit sungai lebih kecil dari
arus sejajar pantai lebih besar sehingga sedimen tertumpuk pada daerah muara
sungai yang menjorok kearah laut. Pada bagian ujung lidah pasir suplai sedimen
lebih sedikit, yang berada di dekat sungai lebih banyak.
4.3.Jenis-Jenis Batuan Di
Pantai Desa Bunati
Adapun
data jenis batuan yang diperoleh dari praktek lapang Geologi Laut di Pantai Bunati adalah sebagai berikut.
Tabel 4.3.
Data–data jenis batuan
No
|
Kelompok
batuan
|
Jenis
batuan
|
Keterangan
|
1.
|
Batuan
sedimen
|
Batu
bara (Palogen)
|
Wilayah
garis pantai dan pada
daerah tanjung Teraban di Pantai Bunati
|
2.
|
Batuan sedimen
|
Batu Lempung
|
Wilayah garis pantai di Pantai Bunati
|
Berdasarkan tabel di atas jenis batuan yang ditemukan di Pantai Bunati termasuk
kedalam kelompok batuan sedimen dengan jensis batu lempung, dan batu bara
(palogen). Berikut deskripsi dan pembahasan kedua batuan tersebut.
1. Batu
Bara
Batubara termasuk dalam
batuan sedimen non klastik, batuan sedimen non-klastik adalah batuan sedimen
yang terbentuk dari proses kimiawi dan proses organik. Batu bara terbentuk dari
proses organik sehingga termasuk batuan
sedimen organik berasal dari sisa tumbuhan yang terubah. Serpihan daun
dan batang tumbuhan yang tebal dalam suatu cekungan (biasanya dikaitkan dengan
lingkungan daratan), apabila mengalami
tekanan yang tinggi akan termampatkan, dan akhirnya berubah menjadi bahan
hidrokarbon batubara (Gambar 4.5).
Klasifikasi batu bara
berdasarkan tingkat pembatubaraan biasanya dimaksudkan untuk menentukan tujuan
pemanfaatannya. Misalnya, batu bara bintuminus banyak digunakan untuk bahan
bakar pembangkit listrik, pada industri baja atau genteng serta industri semen (batu
bara termal atau steam coal). Adapun batu bara antrasit digunakan untuk
proses sintering bijih mineral, proses pembuatan elektroda listrik, pembakaran
batu gamping, dan untuk pembuatan briket tanpa asap (Raharjo 2006).
Batu bara yang tebal, biasanya berwarna hitam
mengkilat dan terkadang cokelat tua. Jenis batu bara yang memiliki kandungan karbonan tinggi,
seringkali dengan alur materi yang terang dan kusam, dan memilki zat yang mudah
menguap sebesar 15-50%. Batubara bituminus adalah batubara peringkat menengah
(antara sub-bituminus dan antrasit) yang terbentuk dari tekanan dan panas
tambahan di lapisan lignit. Kandungan kelembapan biasanya kurang dari 20%.
nilai panas dari batubara bituminous berada di antara
5,500 sampai 7,000 kcal/kg (Anonim, 2014).
1.
Batu Lempung
Batuan Lempung
atau tanah liat adalah kata umum untuk partikel mineral
berkerangka dasar silikat yang berdiameter kurang
dari 4 mikrometer. Lempung mengandung leburan silika dan/atau aluminium yang
halus. Unsur–unsur ini, silikon, oksigen, dan aluminum adalah
unsur yang paling banyak menyusun kerak bumi. Lempung terbentuk dari proses
pelapukan batuan silika oleh asam karbonat dan sebagian dihasilkan dari aktivitas
panas bumi (Anonim, 2009).
Batu lempung termasuk dalam
batuan sedimen klastik, batuan sedimen klastik terbentuk atas dasar jenis
batuan atas dasar ukuran butirnya. Batu lempung adalah batuan sedimen klastik
yang ukuran butirnya ukuran lempung (Gambar 4.6).
Lempung membentuk gumpalan keras saat kering
dan lengket apabila basah terkena air. Sifat ini ditentukan oleh jenis mineral
lempung yang mendominasinya. Mineral lempung digolongkan berdasarkan susunan
lapisan oksida silikon dan oksida aluminium yang membentuk kristalnya. Golongan
1:1 memiliki lapisan satu oksida silikon dan satu oksida aluminium, sementara
golongan 2:1 memiliki dua lapis golongan oksida silikon dan satu lapis oksida
aluminium. Mineral lempung golongan 2:1 memiliki sifat elastis yang kuat,
menyusut saat kering dan membesar saat basah. Karena perilaku inilah beberapa
jenis tanah dapat membentuk kerutan-kerutan atau "pecah-pecah" bila
kering.
4.4.Kelerengan Pantai
Berdasarkan hasil pengukuran kelerengan
pantai di Desa Bunati menunjukkan perairan tersebut memiliki bentuk pantai yang
landai (datar).Kelerengan perairan Bunati dipengaruhi oleh hidrooseanografi baik dari
darat melalui aliran sungai maupun dari laut. Proses ini mengakibatkan profil
kelerengan di perairan Bunati tidak beraturan, di mana banyak terdapat sand dune
(gumuk pasir) yang tidak beraturan akibat pengaruh gelombang dan arus pasang
surut baik dari sungai maupun dari laut.
Berdasarkan gambar 4.7 pengambilan garis profil dasar perairan berada di sebalah barat Desa
Bunati secara tegak lurus pantai ke arah laut, menunjukkan bentuk yang landai.
Dari hasil penarikan garis profil ke arah laut, kedalaman perairan tersebut
mencapai 4,99 m dengan jarak dari pantai sepanjang 5500 m.
Pada gambar 4.8 pengambilan garis
profil dasar perairan berada di sebalah Timur, lebih dekat dengan sungai. Pada
penarikan garis ini hasil yang diperoleh tidak jauh berbeda dengan gambar 4.7 Pada gambar ini
dapat dilihat bentuk dasar perairannya landai, dan pada kedalaman 5 m dengan
jarak 2500 m dari garis pantai bentuk dasar perairannya terlihat datar.
4.5. Peta Geomorfologi Pantai
dan Substrat Dasar Pantai dan Laut
Berdasarkan peta kontur substrat dasar pantai dan laut
Desa Bunati memiliki substrat yang berbeda-beda. Pada bagian timur didominasi
oleh substrat lumpur berpasir. Pada bagian barat dengan kedalaman 3 - 4 m jenis
substratnya meliputi batu karang, lumpur berpasir, pecahan karang, pasir
berlumpur dan substrat pasir berlumpur dengan pecahan gastropoda. Pada bagian
barat dengan kedalaman 5 - 6 m jenis substratnya meliputi pasir berlumpur,
pasir dan lumpur. Pada bagian barat dengan kedalaman 5 - 7 m jenis substratnya
didominasi oleh pasir berlumpur dan pasir, pada daerah ini memiliki kecerahan
yang tinggi dibandingkan daerah lain karena di daerah ini sedimentasinya cukup
rendah. Pada bagian barat dengan kedalaman 7 - 9 m jenis substratnya
meliputi lumpur berpasir, pasir berlumpur dan pasir lumpur berbatu. Pada bagian
barat dengan kedalaman 6 - 8 m jenis substratnya lumpur berpasir, pasir dan
pasir berlumpur. Pada bagian barat dengan kedalaman 7 – 10 m jenis substratnya
didominasi oleh pecahan karang dan pasir berlumpur.
4.6. Strike dan Dip di lokasi praktek
Adapun hasil pengamatan strike dan dip
yang diperoleh dari praktek lapang Geologi Laut di Pantai Bunati adalah arahnya
255o dan N 83o E/3o, pengambilan data pukul 16:30, diukur
dengan menggunakan kompas geologi. Strike atau Jurus adalah
arah garis yang dibentuk dari perpotongan bidang planar dengan bidang
horizontal ditinjau dari arah utara. Sedangkan Dip adalah derajat yang
dibentuk antara bidang planar dan bidang horizontal yang arahnya tegak lurus
dari garis strike. Bidang planar ialah bidang yang relatif lurus, contohnya
ialah bidang perlapisan, bidang kekar, bidang sesar. Strike Dip pada
batuan umumnya muncul pada batuan hasil pengendapan (sedimen). tetapi juga
dapat ditemukan pada batuan metamorf yang berstruktur foliasi (gambar 4.10).
BAB V PENUTUP
5.1.
Kesimpulan
1.
Struktur Geologi Wilayah pesisir Desa Bunati dominan formasi geologinya merupakan daerah Alluvium (Qa) (yakni terdiri dari kerikil, pasir, lanau, lempung dan lumpur). Pada daerah yang jauh dari pantai tersusun dari formasi geologi lainnya seperti Formasi Dahor (TQd). Geomorfologi Pantai di Desa Bunati berbentuk pantai landai
(datar). Pembentukan pantai ini merupakan hasil erosi gelombang air laut yang
berada pada zona muka air laut, sedangkan garis pantai mundur ke arah darat
sebagai akibat erosi gelombang laut. Bentuk pantai Desa Bunati berdasarkan
materi penyusunnya termasuk Pantai berpasir.
2. Bentang alam yang terbentuk di Desa Bunati merupakan hasil
proses hasil perubahan gelombang air laut. Singkapan-singkapan batuan yang
berada disepanjang pantai dikenal sebagai muka daratan (headlands) ter-erosi, menghasilkan pasir yang kemudian diangkut di
sepanjang garis pantai dan diendapkan di wilayah pantai membentuk bentuk-bentuk
bentangalam tertentu. Daerah singkapan
batuan terdapat pada daerah barat desa Bunati yaitu tanjung Teraban.
3.
Jenis-jenis batuan yang terdapat di sepanjang garis pantai
Bunati termasuk dalam jenis batuan sedimen yang terdiri dari batu bara dan batu
lempung. Struktur singkapan batuan yang terdapat di pantai Bunati adalah
formasi dahor dan formasi alluvium.
4.
kelerengan
pantai di Desa Bunati menunjukkan perairan tersebut memiliki bentuk pantai yang
landai (datar).Kelerengan perairan Bunati dipengaruhi oleh
hidrooseanografi baik dari darat melalui aliran sungai maupun dari laut. Proses
ini mengakibatkan profil kelerengan di perairan Bunati tidak beraturan, di mana
banyak terdapat sand dune (gumuk pasir) yang tidak beraturan
akibat pengaruh gelombang dan arus pasang surut baik dari sungai maupun dari
laut.
5.
peta
kontur substrat dasar pantai dan laut Desa Bunati memiliki substrat yang
berbeda-beda. Pada bagian timur didominasi oleh substrat lumpur berpasir. Pada
bagian barat dengan kedalaman 3 - 4 m jenis substratnya meliputi batu karang,
lumpur berpasir, pecahan karang, pasir berlumpur dan substrat pasir berlumpur
dengan pecahan gastropoda.
5.2. Saran
Pada praktik lapang selanjutnya agar lebih
memperhatikan jenis batuan yang ada di lokasi praktik dan mendokumentasikannya.
Sebelum turun kelapangan agar lebih mempersiapkan diri dan mengetahui apa saja
yang harus dilakukan untuk mata kuliah geologi itu sendiri. Selain itu yang
paling utama para praktikan dapat benar benar memahami tujuan dari pelaksanaan praktek
selain harus memahami cara–cara pengambilan data dan penggunaan alat.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim,
2009. Batuan Apung. http://www.tekmira.esdm.go.id/data /Batuapung/ulasan.asp?xdir=Batuapung&commId=3&comm=Batu%20apung%20(pumice).
Di akses pada 11 Juli 2016
Anonim,
2014. Batubara Bituminus. http://www.adaro.com/id/glossary/batubara-bituminus/.
Di akses pada 11 Juli 2016
Baharuddin.
2016. Bahan Ajar PSDHL. Banjarbaru. Ilmu Kelautan Universitas Lambung Mangkurat
Herlambang, Sudarno. 2004. Dasar-dasar Gomorfologi. Fakultas
Matematika dan llmu Pengetahuan Alam. Universitas Negeri Malang. Malang.
Nurdin, Ade Akhyar. 2009. Tugas Mata Kuliah Mikropaleontologi Dasar-Dasar Mikropaleontologi
(Batuan, Stratigrafi, Sedimentologi). Fakultas Sains dan Teknik Universitas
Jenderal Soedirman. Purbalingga.
Nurlina.
2016. Materi Kuliah Geologi laut.
Program Studi Ilmu Kelautan, Univeritas Lambung Mangkurat. Banjarbaru.
Noor, Djauhari. 2012.
Pengantar Geologi. Bogor: Pakuan University Press
Modul
praktek lapang Geologi Laut 2016
Program Studi Ilmu Kelautan, Univeritas Lambung Mangkurat. Banjarbaru.
Noor,
Djauhari, 2010. Pengantar Geologi. Bogor.
Raharjo,
2006 . Klasifikasi Batu Bara. http://www.chem-is-try.org. (diakses
pada tanggal 25 Mei 2011).
Siswati.
Utomo, Radityo. 2012. Tugas Mata Kuliah.
Geomorfologi Umum. Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri Malang. Malang.
Komentar
Posting Komentar