Pemijahan dan Penanganan Larva Ikan Betok (Anabas testudineus Bloch)
Pemijahan dan Penanganan Larva Ikan Betok (Anabas
testudineus Bloch) pada Media Air Gambut
Ikan betok (Anabas testudineus Bloch) adalah
ikan air tawar yang hidup di perairan rawa, sungai, danau dan genangan air
lainnya. Dalam Upaya produksi benih, sering dijumpai beberapa kendala-kendala
antaranya, masih tingginya tingkat kematian larva ikan terhadap perubahan
lingkungan, hama dan penyakit, serta kegagalan larva dalam mengambil pakan
alami yang tersedia.
Penelitian menggunakan metode eksperimen. Perlakuan
dosis kelenjar hipofisa yaitu A = 1 ml/kg, B = ½ ml/kg, C = ¼ ml/kg, dan D =
tanpa pemberian ekstrak kelenjar hipofisa. Parameter pengamatan meliputi waktu
percumbuan, waktu mulai pemijahan, Perkembangan sebaran frekwensi diameter
telur awal dan akhir ikan betok. Waktu mulai percumbuan ikan betok yang
diberikan suntikan ekstrak kelenjar hipofisa berkisar antara 3.30 – 4.40 jam setelah
percampuran induk.
Pemberian ekstrak
kelenjar hipofisa dosis rendah ¼ ml/kg (perlakuan C) dapat mempercepat waktu
mulai pemijahan, karena ikan dalam kondisi normal untuk mengatur hormon
reproduksi dalam tubuh (hormone steroid) sebagai faktor perangsang kematangan
gonad (maturation promating factor).
Setelah diberi ekstrak
kelenjar hipofisa terjadi peningkatan diameter telur akhir pada perlakuan A
(0.70 mm) = 125 butir (62.50%), perlakuan B (0.70 mm) = 125 butir (62.50%),
perlakuan C (0.70 mm) = 135 butir (67.50%). Sedangkan ikan betok tanpa
pemberian ekstrak kelenjar hipofisa (perlakuan D) diameter telur akhir masih
ada yang berukuran 0.50 mm = 4 butir (2.00%), 0.60 mm = 87 butir (43.50%) dan 0.70
mm = 109 butir (54.50%).
Pematangan gonad akhir
dipengaruhi luteinizing hormone (LH) yang terdapat dalam tubuh ikan.
Pemberian ekstrak kelenjar hipofisa dosis tinggi (≥½ ml/kg) dapat menyebabkan ikan stres berakibat peningkatan
anti dopamin sebagai
penghambat gonadotropin releasing hormone (GnRH).
Proses kerja ekstrak kelenjar hipofisa dalam tubuh memberikan rangsangan
terhadap hipotalamus-hipofisisgonad untuk mengontrol dan memperpanjang pengaturan
hormon dalam tubuh ikan.
Pertumbuhan
relatif larva ikan betok yang diberikan pakan alami 60 liter hasil penyaringan
selama pemeliharaan 1 bulan dapat meningkatkan pertumbuhan relatif, sedangkan
pemberian pakan alami ≥40 liter hasil
penyaringan terjadi penurunan pertumbuhan relatif, hal ini disebabkan pakan alami
yang diberikan jumlahnya terbatas untuk mempercepat pertumbuban larva ikan betok.
Kesimpulan :
Setelah pemberian ekstrak
kelenjar hipofisa terjadi peningkatan diameter telur akhir pada perlakuan A
(0.70 mm) = 125 butir, perlakuan B (0.70 mm) = 125 butir, perlakuan C (0.70 mm)
= 135 butir. Sedangkan ikan betok tanpa pemberian
ekstrak kelenjar hipofisa (perlakuan D) diameter telur
akhir masih ada yang berukuran 0.50 mm = 4 butir, 0.60 mm = 87 butir dan 0.70
mm = 109 butir. Pertumbuhan relatif larva ikan betok yang diberikan pakan alami
selama pemeliharaan 1 bulan berkisar 6982.61%–11208.00%.
Komentar
Posting Komentar