Pengertian Oseanografi Kimia dan Parameter Oseanografi Kimia
Pengertian Oseanografi Kimia
Oseanografi kimia melihat berbagai proses aksi dan reaksi antar unsur, molekul atau campuran dalam sistem samudera yang menyebabkan perubahan zat secara reversible atau ireversibel.
Parameter Oseanografi Kimia
Oseanografi kimia melihat berbagai proses aksi dan reaksi antar unsur, molekul atau campuran dalam sistem samudera yang menyebabkan perubahan zat secara reversible atau ireversibel.
Parameter Oseanografi Kimia
Suhu
Suhu permukaan laut perairan
Indonesia umumnya berkisar antara 25 – 30 oC dan mengalami penurunan
satu atau dua derajat dengan bertambahnya kedalaman hingga 80 db, sedangkan
salinitas permukaan laut berkisar antara 31,2 – 34,5 ‰. Suhu dilaut adalah
salah satu faktor yang amat penting bagi kehidupan organisme dilautan, karena
suhu mempengaruhi baik aktifitas metabolisme maupun perkembangbiakan dari suatu
organisme. Pada saat perubahan musim pancaroba, suhu air seringkali merupakan
faktor utama penyebab kematian organisme. Pada kondisi ini suhu yang
berubah-ubah nafsu makan organisme laut akan menurun, sedangkan pergerakan
sehari-hari memerlukan energi (Fardiaz, 1992).
Suhu adalah ukuran energi molekul.
Suhu bervariasi secara horizontal sesuai dengan arah garis lintang, dan juga
secara vertikal sesuai dengan kedalaman. Suhu merupakan salah satu faktor yang
sangat penting dalam mengatur proses
kehidupan dan penyebaran organisme. Proses kehidupan yang vital, dan secara
kolektif disebut metabolisme yang berfungsi didalam kisaran suhu yang sempit
(Nybakken, 1988).
Suhu di lautan adalah salah satu
faktor yang amat penting bagi kehidupan organisme dilautan, karena suhu
mempengaruhi aktivitas metabolisme maupun perkembangan dari organisme. Oleh
karena itu tidak mengherankan jika banyak dijumpai bermacam macam jenis hewan
yang terdapat diberbagai tempat di dunia (Hutabarat dan Evans, 2000).
Sejak sinar matahari yang diserap
oleh lapisan permukaan laut, maka lapisan ini cenderung untuk relatif panas
sampai kedalaman 200 m. pada lapisan kedalaman antara 200 - 1000 m suhu turun
secara mendadak yang membentuk sebuah kurva dengan lereng yang tajam yang
dikenal sebagai termokline dimana air pada kedalaman ini hanya berkisar 2 ºC
(Hutabarat dan Evans, 2000).
Kecerahan
Kecerahan air merupakan ukuran
kejernihan suatu perairan, semakin tinggi suatu kecerahan perairan semakin
dalam cahaya menembus ke dalam air. Kecerahan air menentukan ketebalan lapisan
produktif. Berkurangnya kecerahan air akan mengurangi kemampuan fotosintesis
tumbuhan air, selain itu dapat pula mempengaruhi kegiatan fisiologi biota air,
dalam hal ini bahan-bahan ke dalam suatu perairan terutama yang berupa suspensi
dapat mengurangi kecerahan air (KLH dan LON-LIPI, 1983 dalam Mansyur, 2000).
Kecerahan air merupakan ukuran
kejernihan suatu perairan, semakin tinggi suatu kecerahan perairan semakin
dalam cahaya menembus ke dalam air. Kecerahan air menentukan ketebalan lapisan
produktif. Berkurangnya kecerahan air akan mengurangi kemampuan fotosintesis
tumbuhan air, selain itu dapat pula mempengaruhi kegiatan fisiologi biota air,
dalam hal ini bahan-bahan ke dalam suatu perairan terutama yang berupa suspensi
dapat mengurangi kecerahan air (Effendi, 2000).
Kecerahan air tergantung pada warna
dan kekeruhan. Kecerahan merupakan ukuran transparansi perairan, yang
ditentukan secara visual dengan menggunakan secchi
disk yang dikembangkan oleh Profesor Secchi
pada abad ke-19. Nilai kecerahan dinyatakan dalam satuan meter. Nilai
ini sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca, waktu pengukuran, padatan
tersuspensi dan kekeruhan serta ketelitian orang yang melakukan pengukuran.
Tingkat kecerahan air dinyatakan dalam suatu nilai yang dikenal dengan
kecerahan secchi disk (Effendi, 2000).
Salinitas
Salinitas adalah konsentrasi seluruh
larutan garam yang diperoleh dari dalam air laut. Salinitas sangat berpengaruh
pada tekanan osmotik air. Semakin tinggi salinitasnya maka akan semakin tinggi
pula tekanan osmotiknya. Biota yang hidup di dalam air harus mampu menyesuaikan
terhadap tekanan osmotiknya yang ada di lingkungannya. Pada umunya salinitas
air laut normal berkisar antara 32‰ - 35‰
(Ghufran, 2005).
Menurut Dharma
(2010), salinitas adalah
tingkat keasinan atau kadar garam terlarut dalam air.
Salinitas juga dapat
mengacu pada kandungan garam
dalam tanah. Kandungan
garam pada sebagian besar danau, sungai dan
saluran air alami
sangat kecil sehingga
air di tempat ini dikategorikan
sebagai air tawar. Kandungan garam sebenarnya pada air ini. Secara definisi, kurang dari 0,05%. Jika
lebih dari itu, air dikategorikan sebagai air payau atau
menjadi saline bila konsentrasinya 3 sampai
5%. Lebih dari 5%, ia disebut brine.
Faktor – faktor yang mempengaruhi
salinitas:
1. Penguapan, makin besar tingkat penguapan air
laut di suatu wilayah, maka salinitasnya
tinggi dan sebaliknya pada daerah yang rendah tingkat penguapan air lautnya, maka daerah itu rendah kadar garamnya.
2. Curah
hujan, makin besar/banyak
curah hujan di
suatu wilayah laut maka salinitas
air laut itu akan rendah dan sebaliknya makin sedikit/kecil curah hujan yang
turun salinitas akan tinggi.
Oksigen Terlarut (DO) dan BOD5
Dilapisan
permukaan laut konsentrasi gas oksigen sangat bervariasi dan sangat dipengaruhi oleh suhu. Makin tinggi
suhu makin berkurang tingkat kelarutan oksigen. Tapi anehnya semakin dalam pada
beberapa ratus meter di bawah permukaan air laut, walaupun suhu makin menurun
ternyata kadar oksigennya jua semakin berkurang sehingga bisa ditemukan lapisan
air laut dengan kadar
oksigen minimum. Di
laut oksigen terlarut (dissolved oxygen)
berasal dari dua sumber yakni
dari atmosfer dan dari
hasil proses fotosintesis
fitoplankton dan berjenis tanaman lain. Keberadaan oksigen
dalam air laut sangat diperlukan baik secara
langsung maupun tidak
langsung dalam pemanfaatan
bagi kebanyakan organisme untuk kehidupan, antara lain pada proses
respirasi di mana oksigen
diperlukan untuk pembakaran
(metabolisme) bahan organik
sehingga terbentuk energi yang diikuti dengan pembentukan CO2 dan H2O
(Wibisono, 2005).
Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen = DO) dibutuhkan oleh
semua jasad hidup untuk pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang
kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan pembiakan. Disamping itu,
oksigen juga dibutuhkan
untuk oksidasi bahan-bahan organik dan
anorganik dalam proses
aerobik. Sumber utama
oksigen dalam suatu perairan
berasal sari suatu proses difusi dari
udara bebas dan hasil
fotosintesis organisme yang
hidup dalam perairan
tersebut. Kecepatan difusi oksigen
dari udara, tergantung
dari beberapa faktor seperti kekeruhan
air, suhu, salinitas,
pergerakan massa air
dan udara seperti arus, gelombang
dan pasang surut (Salmin, 2005).
Pada lapisan permukaan laut,
konsentrasi gas oksigen sangat bervariasi dan sangat dipengaruhi oleh suhu. Konsentrasi
oksigen mengalami konsentrasi tinggi pada saat berada pada lapisan epipelagik. Di
laut oksigen terlarut berasal dari dua sumber yaitu: dari atmosfer dan dari
hasil fotosintesis fitoplankton dan berbagai macam tanaman laut. Sedangkan yang
dimaksud dengan kebutuhan oksigen biologis (Biological
Oxygen Demand/BOD) yakni suatu angka yan menggambarkan kebutuhan oksigen oleh
mikroorganisme ( jasad renik )
untuk
melakukan kegiatan metabolisme (Wibisono, 2005).
Logam Berat
Logam berat adalah unsur logam yang
mempunyai massa jenis lebih besar dari 5 g/cm3, antara lain Cd, Hg,
Pb, Zn dan Ni. Logam berat Cd, Hg dan Pb dinamakan sebagai logam non esensial
dan pada tingkat tertentu menjadi logam beracun bagi makhluk hidup (Subowo dkk,
1999).
Logam berat ialah unsur logam dengan
berat molekul tinggi. Dalam kadar rendah logam berat pada umumnya sudah beracun
bagi tumbuhan dan hewan, termasuk manusia. Termasuk logam berat yang sering
mencemari habitat ialah Hg, Cr, Cd, As dan
Pb (Am.geol. Inst., 1976).
Tingginya kandungan logam berat di
suatu perairan dapat menyebabkan
kontaminasi, akumulasi bahkan pencemaran terhadap lingkungan seperti
biota, sedimen, air dan sebagainya (Lu,1995). Berdasarkan kegunaannya, logam berat
dapat dibedakan atas dua golongan, yaitu (Laws, 1981):
1) Golongan
yang dalam konsentrasi tertentu berfungsi sebagai mikronutrien yang bermanfaat
bagi kehidupan organisme perairan, seperti Zn, Fe, Cu, Co.
2) Golongan
yang sama sekali belum diketahui manfaatnya bagi organisme perairan seperti Hg,
Pb dan Cd.
Menurut Hutagalung (1984) bahwa senyawa logam berat
banyak digunakan untuk kegiatan industri sebagai bahan baku, katalisator,
biosida maupun sebagai additive.
Limbah yang mengandung logam berat ini akan terbawa oleh sungai dan karenanya
limbah industri merupakan sumber pencemar logam berat yang potensial bagi
pencemaran laut. Dalam perairan, logam-logam ditemukan dalam bentuk (Hamidah,
1980):
1) Terlarut,
yaitu ion logam bebas air dan logam yang membentuk kompleks dengan senyawa
organik dan anorganik.
2) Tidak
terlarut, terdiri dari partikel yang berbentuk koloid dan senyawa kompleks
metal yang terabsorbsi pada zat tersuspensi.
Logam berat diketahui dapat mengumpul
di dalam tubuh organisme dan tetap tinggal dalam tubuh dalam jangka waktu lama
sebagai racun yang terakumulasi (Fardiaz,1992; Palar, 1994). Kondisi perairan
yang terkontaminasi oleh berbagai macam logam akan berpengaruh nyata terhadap
ekosistem perairan baik perairan darat maupun perairan laut.
Nitrat dan Fosfat (Nutrien)
Menurut
Effendi (2003), nitrat (NO3) adalah bentuk utama nitrogen di perairan
alami dan merupakan
nutrient utama bagi
pertumbuhan tanaman dan algae.
Nitrat sangat mudah
larut dalam air
dan bersifat stabil. Senyawa
ini dihasilkan dari
proses oksidasi sempurna
senyawa nitrogen di perairan. Nitrifikasi yang merupakan proses oksidasi
ammonia menjadi nitrit dan nitrat adalah proses yang penting. Dalam siklus nitrat ditunjukan dalam persamaan berikut
(a). Sedangkan oksidasi nitrit menjadi nitrat ditujukan dalam
persamaan (b). 2NH3 + 3O2 nitromonas 2NO2– + 2H+
+ 2H2O (a) 2NO2-- + O2 nitrobakter 2NO3-- (b) Nitrat
menyebabkan kualitas air
menurun, menurunkan oksigen terlarut, penurunan
populasi ikan, bau
busuk, rasa tidak
enak. Nitrat adalah ancaman
bagi kesehatan manusia
terutama untuk bayi, menyebabkan kondisi
yang dikenal sebagai
methemoglobinemia, yang
juga disebut sindrom
bayi biru. Air
tanah yang digunakan
untuk membuat susu bayi yang mengandung nitrat, saat nitrat masuk
kedalam tubuh bayi nitrat dikonversikan dalam usus menjadi nitrit, yang
kemudian berikatan dengan hemoglobin dan membentuk methemoglobin, sehingga
mengurangi daya angkut oksigen oleh darah (Tresna, 2000).
Phospat mengandung
phosfor dan oksigen,
dan semua itu terdapat
pada semua makhluk
hidup. Penambahan phospat
di perairan merupakan variasi
alam secara biologis.
Penambahan phospat justru membuat penambahan alga di perairan
(Firmansyah, 2006).
Menurut Haekal (2008), phospat
adalah senyawa phosphor yang anionnya mempunyai
atom phosphor yang dilingkupi oleh empat atom oksigen yang terletak pada
sudut-sudut tetrahedron. Asam phospat atau yang
sering disebut asam
orthophospat dengan rumus
kimia H3PO4
adalah asam berbasa tiga deret garam, yaitu orthophospat primer, misal NaH2PO4; orthophospat
sekunder, misal Na2HPO4; dan
orthophospat tersier, misal Na3PO4.
Di alam, fosfor terdapat dalam dua
bentuk, yaitu senyawa fosfat organik (pada tumbuhan dan hewan) dan senyawa
fosfat anorganik (pada air dan tanah). Fosfat organik dari hewan dan
tumbuhan yang mati diuraikan oleh dekomposer
(pengurai) menjadi fosfat anorganik. Fosfat anorganik yang terlarut di
air tanah atau air laut akan terkikis
dan mengendap di sedimen laut. Oleh karena itu, fosfat banyak terdapat di batu karang dan fosil
(Titha, 2011).
pH
Derajat keasaman
(pH) mempunyai pengaruh
yang besar terhadap tumbuh-tumbuhan dan hewan-hewan air,
sehingga sering dipergunakan sebagai
petunjuk untuk menyatakan baik buruknya keadaan air sebagai
lingkungan hidup, walaupun baik buruknya
suatu perairan masih tergantung pula pada faktor-faktor yang lain. Untuk
menciptakan suasana yang bagus dalam suatu perairan, pH air harus sudah agak
mantap atau tidak terlalu bergoncang, karena ikan hanya tahan terhadap
penggoncangan pH antara 5 sampai 8. Jika keadaan ini terpenuhi, ikan-ikan dapat
hidup normal. Walaupun penggoncangan pH suatu perairan kecil tetapi kalau penggoncangan terjadi dalam waktu yang
sangat singkat (mendadak), ikan tetap
tidak dapat hidup normal, bahkan kadang-kadang ikan akan mati (Sriharti, 1992).
Derajat keasaman menunjukan aktifitas ion hidrogen dalam larutan tersebut dan
dinyatakan sebagai konsentrasi ion hidrogen (mol/l) pada suhu tertentu atau pH = -log (H+). Konsentrasi pH mempengaruhi
tingkat kesuburan perairan karena mempengaruhi kehidupan jazad renik. Perairan yang
asam cenderung menyebabkan kematian pada ikan. Hal ini disebabkan
konsentrasi oksigen akan rendah
sehingga, aktifitas pernapasan tinggi dan selera makan berkurang (Kangkan,
2006).
TDS (Total
Dissolved Solid)
TDS (Total Dissolve Solid) yaitu ukuran zat terlarut (baik itu zat
organik maupun anorganik) yang terdapat pada sebuah larutan. Umumnya
berdasarkan definisi di atas seharusnya zat yang terlarut dalam air (larutan)
harus dapat melewati saringan yang berdiameter 2 mikrometer (2×10-6
meter). Aplikasi yang umum digunakan adalah untuk mengukur kualitas cairan
biasanya untuk pengairan, pemeliharaan aquarium, kolam renang, proses kimia dan
pembuatan air mineral. Setidaknya, kita dapat mengetahui air minum mana yang
baik dikonsumsi tubuh, ataupun air murni untuk keperluan kimia misalnya pembuatan
kosmetika, obat-obatan dan makanan (Misnani, 2010).
Total padatan terlarut merupakan
bahan-bahan terlarut dalam air yang tidak tersaring dengan kertas saring millipore dengan ukuran pori 0,45 μm.
Padatan ini terdiri dari senyawa-senyawa anorganik dan organik yang terlarut
dalam air, mineral dan garam-garamnya. Penyebab utama terjadinya TDS adalah
bahan anorganik berupa ion-ion yang umum dijumpai di perairan. Sebagai contoh
air buangan sering mengandung molekul sabun, deterjen dan surfaktan yang larut
air, misalnya pada air buangan rumah tangga dan industri pencucian.
Banyak zat terlarut yang tidak
diinginkan dalam air. Mineral, gas, zat organik yang terlarut mungkin
menghasilkan warna, rasa dan bau yang secara estetis tidak menyenangkan.
Beberapa zat kimia mungkin bersifat racun dan beberapa zat organik terlarut
bersifat karsinogen. Cukup sering, dua atau lebih zat terlarut khususnya zat
terlarut dan anggota golongan halogen akan bergabung membentuk senyawa yang
bersifat lebih dapat diterima daripada bentuk tunggalnya (Misnani, 2010).
TSS (Total
Suspendes Solid)
Uji TSS (Total suspended Solid) merupakan suatu cara untuk menguji kadar
total padatan terlarut dalam suatu bahan makanan. Bahan makanan yang dicuci terlalu
lama akan menyebabkan hilangnya kandungan gizi dalam jumlah banyak, selainitu pemanasan
yang terlalu lama juga dapat menyebabkan hilangnya kandungan gizi dalam bahan
makanan tersebut. Larutan adalah campuran homogen yang terdiri dari dua atau
lebih zat. Zat yang jumlahnya lebih sedikit di dalam larutan disebut (zat)
terlarut atau solute, sedangkan zat
yang jumlahnya lebih banyak dari pada zat-zat lain dalam larutan disebut
pelarut atau solven.
Zat Padat Tersuspensi dapat
bersifat organis dan inorganis. Zat Padat Tersuspensi dapat diklasifikasikan
sekali lagi menjadi antara lain zat padat terapung yang selalu bersifat organis
dan zat padat terendap yang dapat bersifat organis dan inorganis. Jumlah
padatan tersuspensi dapat dihitung menggunakan Gravimetri, padatan tersuspensi
akan mengurangi penetrasi sinar matahari ke dalam air sehingga akan
mempengaruhi regenerasi oksigen serta fotosintesis (Misnani, 2010).
Material tersuspensi mempunyai efek
yang kurang baik terhadap kualitas badan air karena dapat menyebabkan
menurunkan kejernihan air dan dapat mempengaruhi kemampuan ikan untuk melihat
dan menangkap makanan serta menghalangi sinar matahari masuk ke dalam air.
Endapan tersuspensi dapat juga menyumbat insang ikan, mencegah telur
berkembang. Ketika suspended solid
tenang di dasar badan air, dapat menyembunyikan telur dan terjadi pendangkalan
pada badan air sehingga memerlukan pengerukan yang memerlukan biaya operasional
tinggi. Kandungan TSS dalam badan air sering menunjukan konsentrasi yang lebih
tinggi pada bakteri, nutrien, pestisida, logam didalam air (Margareth, 2009).
Komentar
Posting Komentar