Pengertian Geologi dan Jenis Batuan
Geologi adalah suatu
bidang Ilmu Pengetahuan Kebumian yang mempelajari segala sesuatu mengenai
planet Bumi beserta isinya yang pernah ada, merupakan kelompok ilmu yang
membahas tentang sifat-sifat dan bahan-bahan yang membentuk bumi, struktur,
proses-proses yang bekerja baik didalam maupun diatas permukaan bumi, kedudukannya di Alam Semesta serta
sejarah perkembangannya sejak bumi ini
lahir di alam semesta hingga sekarang.
Geologi dapat digolongkan sebagai suatu ilmu pengetahuan yang komplek,
mempunyai pembahasan materi yang beraneka ragam namun juga merupakan suatu
bidangilmupengetahuanyangmenarik untuk dipelajari. Ilmu ini mempelajari dari
benda-benda sekecil atom hingga ukuran benua, samudra, cekungan dan rangkaian
pegunungan (Noor, 2010).
Menurut Holmes dalam Saragih (2012) menyatakan bahwa
geologi merupakan ilmu pengetahuan yang menguraikan tentang evolusi bumi secara
menyeluruh beserta penghuninya. Sejak awal pembentukannya hingga sekarang, yang
dapat dikenal dari batuan. Secara umum geologi adalah ilmu yang mempelajari
planet bumi termasuk komposisi keterbentukkannya dan sejarahnya.
Geologi sebagai pengetahuan alam: ilmu yang
mempelajari sesuatu tentang benda-benda yang terdapat di alam. Geologi juga
mempelajari segala gejala yang ada dibumi, akan tetapi tidak semua gejala
geologi dapat dilakukan prosesnya dalam laboratorium seperti fisika, kimia dan
lainnya. Proses-proses geologi berlaku di alam itu sendiri. Proses geologi
biasanya memerlukan waktu yang sangat lama (sampai berjuta-juta tahun) sehingga
pengetahuan geologi tidak semata-semata eksak. Geologi sebagai pengetahuan
sejarah : ilmu yang mempelajari proses yang terjadi di alam membutuhkan waktu
yang lama sehingga untuk mempelajarinya berdasarkan sejarah, misalnya proses
pembentukan bumi itu sendiri sampai berjuta-juta tahun Geologi sebagai ilmu
pengetahuan : ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang berkenan dengan
gejala-gejala yang ada di bumi baik asal, proses, hasil, misalnya mempelajari
bahan-bahan alam yang berguna.
Geologi Fisik atau Physical Geology,
adalah suatu studi yang mengkhususkan mempelajari sifat-sifat fisik dari bumi,
seperti susunan dan komposisi dari pada bahan-bahan yang membentuk bumi,
selaput udara yang mengitari bumi, khususnya bagian yang melekat dan
berinteraksi dengan bumi, kemudian selaput air atau hidrosfir, serta
proses-proses yang bekerja diatas permukaan bumi yang dipicu oleh energi
Matahari dan tarikan gaya berat bumi. Proses-proses yang dimaksud itu, dapat
dijabarkan sebagai pelapukan, pengikisan, pemindahan dan pengendapan.
Geologi Dinamis adalah bagian dari Ilmu
Geologi yang mempelajari dan membahas tentang sifat-sifat dinamika bumi. Sisi
ini berhubungan dengan perubahan-perubahan pada bagian bumi yang diakibatkan
oleh gaya-gaya yang dipicu oleh energi yang bersumber dari dalam bumi, seperti
kegiatan magma yang menghasilkan vulkanisma, gerak-gerak litosfir akibat adanya
arus konveksi, gempabumi dan gerak-gerak pembentukan cekungan pengendapan dan
pegunungan.
Geologi
laut ialah cabang yang mempelajari tentang geologi dasar lautan. Hal-hal yang
dipelajari misalnya tentang bentuk dasar lautan, proses-proses yang
mempengaruhi pembentukannya, endapan-endapan yang terkandung diatas maupun
dibawah dasar laut dan banyak hal-hal lainnya.
Geomorfologi
(Geomorphology) berasal bahasa
Yunani, yang terdiri dari tiga kata yaitu: Geos
(erath/bumi), morphos (shape/bentuk),
logos (knowledge atau ilmu pengetahuan). Berdasarkan dari kata-kata tersebut,
maka pengertian geomorfologi merupakan pengetahuan tentang bentuk-bentuk
permukaan bumi
Pada dasarnya, morfologi mempelajari
bentuk-bentuk bentang alam, bagaimana bentang alam tersebut terbentuk secara
konstruksional dan bagaimana bentang alam tersebut dipengaruhi oleh pengaruh
dari luar berupa gaya eksogen seperti pelapukan, sedimentasi, air, angin, dan
es sebagai agent yang mengubah batuan/tanah membentuk bentang alam yang
destruksional dan menghasilkan bentuk-bentuk alam darat tertentu (landform).
Pada kenyataannya bentuk daratan dari bumi ini tidak rata tetapi berlekuk-lekuk
yang menyerupai sebuah cekungan. Hal ini dikarenakan oleh tenaga yang berasal
dari dalam bumi itu sendiri dan tenaga yang berasal dari luar bumi. Dalam kamus
geografi, tenaga yang berasal dari dalam bumi sering disebut dengan tenaga
endogen, sedangkan yang berasal dari luar bumi disebut tenaga eksogen.
Bagi ahli-ahli geologi
yang mengkaji kandungan dan perkembangan bumi secara fisika, pengetahuan
tentang batuan sangatlah penting. Begitu juga bagi ahli-ahli Geografi. Mereka
perlu mempunyai pengetahuan tentang jenis
batuan-batuan yang biasa terdapat dan juga hubungannya dengan rupa bumi.
Di bumi ini terdapat
banyak sekali macam-macam dan jenis batuan. Di Indonesia. Pengetahuan tentang
bumi sampai saat ini telah memberikan kesimpulan bahwa dimasa lampau, bumi
pernah mengalami keadaan cair pijar dimana pada bagian terluar telah membeku
atau mengkristal menjadi kerak bumi. Sementara dibagian lain yang lebih dalam,
proses pemadatannya lebih lambat dan akan terus mencari keseimbangan dalam
bentuk penerobosan-penerobosan magma dengan diiringi gejala yang bersifat
tektonik. Oleh karena kondisi pembentukannya yang beraneka ragam, mengakibatkan
kerak bumi terdiri dari bermacam-macam batuan berdasarkan sifat dan
komposisinya.
Manfaat
Mempelajari Geologi Laut
Cakupan dari
ilmu geologi sangat luas seperti yang tersebut dalam definisinya, yaitu
mempelajari bumi seutuhnya. Sehingga untuk memudahkan dalam mempelajari bumi,
maka ilmu geologi dapat dipecah menjadi beberapa cabang ilmu geologi semakin
bertambah seiring dengan kemajuan ilmu dan teknologi.
Dari apa
yang telah diuraikan diatas, dapat diketahui beberapa kepentingan dalam
mempelajari ilmu geologi. Di bawah ini beberapa kepentingan tersebut :
1. Ilmu geologi dapat membantu untuk
mengetahui dan memahami awal terjadi dan struktur dari bumi sebagai planet
khususnya daratan dan lautan yang menyusun kerak bumi.
2. Ilmu geologi dapat membantu
menjelaskan karakteritik dan babbling alam yang sangat bervariasi dan bagaimana
bentang dan yang sangat berbeda ini dapat terbentuk dan dimanfaatkan oleh
manusia.
3. Pengetahuan geologi sangat membantu
untuk mengetahui dimana mineral dan batuan berharga dapat dijumpai.
4. Keberadaan material bangunan sangat
tergantung pada kondisi geologi suatu daerah. Pengetahuan geologi sangat
membantu para ahli bangunan untuk mendapatkan material bahan bangunan.
5. Ilmu geologi sangat penting dalam
hubungannya dengan sumber daya air, karena keberadaan air sangat tergantung
juga pada jenis atau macam batuannya.
6. Pengetahuan geologi sangat membantu
untuk memprediksikan atau meramalkan kemungkinan-kemungkinan terjadinya bencana
alam seperti longsoran, aktivitas gunung api dan sebagainya (Waluyo, 2004).
Struktur Geologi dan
Geomorfologi Pantai
Dahuri, R., dkk (1996) menyatakan bahwa dalam batasan
geologi bentuk pesisir terdiri dari bentuk pantai berundak yang terjadi di
wilayah pengangkatan aktif dan prosesnya sampai saat ini masih terus berjalan.
Bentuk pantai pantai terjal selain dikontrol oleh adanya struktur geologi
seperti adanya pensesaran/patahan juga keberadaan batuan dasarnya yang sangat
resisten terhadap abrasi gelombang laut, bentuk pantai landai selain dikontrol
oleh jenis batuan asalnya yang relatif lunak juga terletak di daerah yang
stabil dari kegiatan tektonik atau daerah tingkat pasca tektonik (post
tectonik stage) sehingga proses erosi pengangkutan pengendapan berjalan
tanpa gangguan kegiatan tektonik.
Pantai-pantai di gugusan kepulauan Indonesia menurut
teori yang dikemukakan oleh Johnson (1919) dan Inman dan Norrdstrom (1971) dalam
Suriamihardja (1996) menyatakan bahwa tipe-tipe pantai di Indonesia dapat
diklasifikasikan ke dalam :
1) Tipe pantai pegunungan yang
menghadap samudera.
2) Tipe pantai dangkalan
seputar tepi dangkalan Sunda dan Sahul.
3) Tipe pantai pulau atau
kepulauan yang terbentuk dari gugusan terumbu karang atau gunung api dan tidak
berinteraksi dengan pulau besar.
Pembagian tipe pantai menurut Escher (1976) dalam
Rochmanto (1991) ialah:
a. Pantai Landai
Pantai Datar, pantai ini ditandai dengan
kemiringan yang sangat kecil sekitar 1o sampai 20. pantai
ini ditandai dengan semakin majunya pantai sebagai akibat adanya sedimentasi
bahan yang dibawah oleh sungai.
Pantai Bergumuk Pasir, gumuk pasir terjadi karena
sedimentasi oleh angin yang mentransportasi pasir.
Pantai Estuaria, pantai ini ditandai adanya
bentuk yang menyerupai corong dari sungai yang bermuara di daerah tersebut.
Bentuk seperti ini disebabkan adanya erosi yang lateral yang intensif pada
muara sungai tersebut.
b. Pantai Curam.
Pantai Konkordan, merupakan pantai yang
berdinding curam dimana tebing yang curam ini sejajar dengan poros pegunungan
yang terdapat di pantai tersebut. Di sini umumnya garis pantai lurus.
Pantai Diskordan, merupakan pantai yang
curam dimana pada pantai ini terdapat pegunungan yang porosnya tegak lurus
garis pantai. Kenampakan pantai ini banyak mengandang teluk dan tanjung.
Berdasarkan atas genesanya
oleh Johnson (1919) dalam Sastroprawiro, S dan Yudo W. (1996) dibagi
menjadi 4 (empat ) tipe pantai, yaitu:
1. Pantai Sub Mergence, merupakan pantai yang
terbentuk karena muka air laut menggenangi daerah dataran yang tenggelam. Pada
mulanya daerah pantai adalah tak teratur, banyak teluk dan lembah-lembah
tenggelam, dasar laut juga tak teratur menggambarkan lembah-lembah dan
bukit-bukit lama.
2. Pantai Emergence, merupakan pantai yang
terbentuk karena muka air laut menggenangi daerah laut atau danau yang sebagian
terangkat. Pada mulanya garis pantai cenderung lurus dengan kontur lurus pula. Tanpa
ke tidak aturan yang berarti. Kedalaman laut mendalam secara teratur. Gelombang
besar dapat mengikis pantai,endapannya membentuk submarine bar sejajar dengan
garis pantai.
3. Pantai Netral, terbentuk secara tidak
tergantung kepada gejala naikan atau penurunan pantai. Pantai ini merupakan
hasil pengendapan aluvial, delta, daratan aluvial dan pantai “outwash plain”.
Pada umumnya mendalam pada ujungan delta (foreset Bets). Bentuk pantai
umumnya sederhana atau agak melengkung.
4. Pantai Campuran, terbentuk oleh adanya
proses pengangkatan dan penurunan.
2.3.1. Struktur Geologi
Geologi struktur adalah bagian dari ilmu geologi yang
mempelajari tentang bentuk (arsitektur) batuan sebagai hasil dari proses
deformasi. Adapun deformasi batuan adalah perubahan bentuk dan ukuran pada
batuan sebagai akibat dari gaya yang bekerja di dalam bumi. Secara umum
pengertian geologi struktur adalah ilmu yang mempelajari tentang bentuk
arsitektur batuan sebagai bagian dari kerak bumi serta menjelaskan proses
pembentukannya. Beberapa kalangan berpendapat bahwa geologi struktur lebih
ditekankan pada studi mengenai unsur-unsur struktur geologi, seperti perlipatan
(fold), rekahan (fracture), patahan (fault),
dan sebagainya yang merupakan bagian dari satuan tektonik (tectonic unit), sedangkan
tektonik dan geotektonik dianggap sebagai suatu studi dengan skala
yang lebih besar,
yang mempelajari obyek-obyek
geologi seperti cekungan sedimentasi, rangkaian pegunungan,
lantai samudera, dan sebagainya.
Proses yang menyebabkan batuan-batuan mengalami
deformasi adalah gaya yang bekerja pada batuan batuan tersebut. Teori “Tektonik
Lempeng” menyatakan bahwa
kulit bumi tersusun
dari lempeng-lempeng yang saling
bergerak satu dengan
lainnya. Pergerakan lempeng-lempeng tersebut dapat berupa
pergerakan yang saling mendekat (konvergen),
saling menjauh (divergen), dan atau saling berpapasan (transform). Pergerakan lempeng-lempeng inilah yang merupakan sumber
asal dari gaya yang bekerja pada batuan kerak bumi. Berbicara mengenai gaya yang
bekerja pada batuan, maka mau tidak mau akan berhubungan dengan ilmu mekanika
batuan, yaitu suatu ilmu yang mempelajari sifat-sifat fisik batuan yang terkena
oleh suatu gaya.
Sedangkan klasifikasi pantai
menurut Shepard (1948) dalam Sastroprawiro, S. dan Yudo W. (1996), yang
dikaitkan dari berbagai faktor yang berhubungan dengan pembentukannya dan
perbedaan bentuk-bentuk awal (intial) dan bentuk berikutnya (sequential)
terdiri atas :
a.
Pantai Primer, berstadium muda dan yang
dihasilkan oleh proses bukan asal laut (non marine agencies), seperti
pantai karena erosi dari daratan, pantai yang dibentuk oleh pengendapan asal
darat, pantai akibat aktivitas vulkanisme, dan pantai akibat adanya pengaruh
diastrophisma atau tektonik.
b. Pantai
Sekunder, mempunyai stadium dewasa dan dihasilkan oleh proses-proses laut,
seperti bentuk pantai karena erosi laut, dan pantai karena pengendapan laut.
Tipe pantai juga
dapat dibedakan menurut penyusun sedimen dasar, yakni pantai berpasir, pantai
berlumpur dan pantai berbatu.
2.3.2
Geomorfologi Pantai
Worcester (1939) mendefinisikan geomorfologi sebagai diskripsi dan tafsiran
dari bentuk roman muka bumi. Definisi Worcester ini lebih luas dari sekedar
ilmu pengetahuan tentang bentangalam (the
science of landforms), sebab termasuk pembahasan tentang kejadian bumi
secara umum, seperti pembentukan cekungan lautan (ocean basin) dan paparan benua (continental
platform), serta bentuk-bentuk
struktur yang lebih kecil dari yang disebut diatas, seperti plain, plateau,
mountain dan sebagainya
Pada hakekatnya geomorfologi
dapat didefinisikan sebagai
ilmu tentang roman muka
bumi beserta aspek-aspek yang mempengaruhinya.
Kata
Geomorfologi (Geomorphology)
berasal bahasa Yunani,
yang terdiri dari tiga kata yaitu: Geos (earth/bumi), morphos
(shape/bentuk),
logos (knowledge atau ilmu pengetahuan). Berdasarkan dari kata-kata tersebut, maka pengertian
geomorfologi merupakan pengetahuan
tentang bentuk-bentuk permukaan bumi.
Relief bumi yang dimaksudkan disini adalah mencakup pengertian yang sangat
luas, baik yang terdapat pada benua-benua ataupun yang terdapat didasar lautan.
Berdasarkan atas pengertian yang luas tersebut, maka relief bumi dapat dikelompokkan atas 3 golongan besar, yaitu :
a) Relief Orde
I (Relief of the first order)
Yang terdiri atas Paparan Benua (Continental
Platforms) dan Cekungan Lautan (Ocean Basin). Bentuk-bentuk dari orde
pertama ini mencakup dimensi yang sangat luas dimuka bumi.
b) Relief Orde
II (Relief of the second order)
Relief orde Kedua biasa disebut juga sebagai bentuk bentuk yang
membangun (Constructional forms), hal ini disebabkan relief orde kedua dibentuk oleh gaya
endogen sebagai gaya yang bersifat membangun. Kawasan benua-benua dan
Cekungan-cekungan laut merupakan tempat keberadaan atau
terbentuknya satuan-satuan dari
relief dari orde
kedua, seperti Dataran, Plateau, dan Pegunungan.
c) Relief Orde
III (Relief of the third order)
Relief order ketiga dikenal juga sebagai bentuk
bentuk yang bersifat menghancurkan (Destructional
forms), hal ini disebabkan karena relief ini dibentuk oleh proses proses
eksogen. Bentuk bentangalam yang berasal dari proses-proses eksogenik banyak
dijumpai pada relief orde ketiga dan jumlahnya tak terhitung banyaknya dimana
bentuk bentuk bentangalam ini memperindah dan menghiasi bentuk-bentuk
bentangalam konstruksional dari relief orde kedua
Jenis Batuan
Berdasarkan
kejadiannya atau cara terbentuknya atau genesanya menjadi 3 kelompok utama
yaitu Batuan beku merupakan batuan yang terbentuk dari hasil pendinginan dan
kristalisasi magma di dalam maupun di permukaan bumi. Secara umum,
mineral-mineral penyusun batuan beku dapat digambarkan oleh bowen reaction
series (Nurdin, 2009). Berdasarkan tempat terbentuknya, batuan beku dapat
dibagi menjadi 2, yaitu batuan plutonis dan batuan vulkanis. Batuan beku
plutonis adalah batuan yang proses terbentuknya jauh di dalam bumi (15 – 50
km). Batuan ini terbentuk dari pendinginan yangberjalan sangat lambat. Oleh karena
itu, batuan ini mempunyai kristal yang
sempurna (holokristalin). Batuan beku
vulkanis merupakan batuan yang terbentuk di permukaan bumi. Ciri-ciri batuan
vulkanis yaitu berbutir halus dan sering terdapat kaca dan memperlihatkan
struktur vesikuler.
a) Batuan sedimen
Batuan sedimen adalah batuan yang
terbentuk dari hasil pengendapan (sedimentasi), hasil erosi atau batuan yang
terjadi dari akumulasi mineral dari hasil perombakan batuan yang sudah ada
sebelumnya atau hasil aktifitas kimia maupun organisme yang diendapkan lapis
demi lapis pada permukaan bumiyang kemudian mengalami pembatuan (litifikasi)
dan diagenesa (Nurdin 2009).
Proses pembentukan sedimen menjadi
batuan sedimen disebut diagenesis. Adapun proses-proses yang terjadi dalam
diaganesis, antara lain:
· Kompaksi, yaitu pembentukan akibat
beban akumulasi sedimen atau material lain yang menyebabkan hubungan antar
butir lebih lekat, air dalam pori-pori antar butir keluar menjadi kompak atau
padat, volumenya berubah, dan porositasnya menjadi berkurang.
· Sementasi, yaitu proses keluarnya
air pori-pori yang mengendapkan material terlarut (CaCO3, SiO2, Fe2O3, oxida atau mineral Batu Bara) menyemen butiran-butiran sedimen
mengakibatkan porositas sedimenmenjadi lebih kecil dari material semula.
· Rekristalisasi, dimana
mineral-mineral kurang stabil (aragonit) saat sedimen terakumulasi mengkristal
kembali menjadi stabil (kalsit).
· Pelarutan, terjadi karena ada
tekanan yang berasal dari sedimen yang adadi atasnya sehingga menimbulkan panas
dan akhirnya terjadi pelarutan.
· Autijenesis, pembentukan mineral
baru.
· Penggantian (replacement).
· Bioturbasi, yaitu penghancuran
lapisan sedimen, bisa menjadi Batu Baradan mempunyai porositas yang tinggi.
b) Batuan metamorf
Batuan metamorf merupakan batuan
yang telah mengalami perubahan akibat tekanan dan atau suhu yang tinggi
(T>2000°C dan P>300 Mpa) yang terjadi secara isokimia yang menghasilkan
batuan dengan mineralogi yang berbeda.
Proses pembentukkan batuan metamorf
disebut metamorfisme. Metamorfisme sendiri dapat dibagi menjadi 4, diantaranya:
· Metamorfisme kataklastik (jarang
terjadi), deformasi mekanik pada metamofisme tersebut. Batuan regas menghasilkan hancuran
tidak terjadi rekstalisasi bila berlanjut fragmen menjadi lonjong biasanya
terjadi akibat sesar yang akan menghasilkan breksiasi atau milonitisasi.
· Metamorfisme Kontak, akibat kenaikan
suhu (intrusi magma), terjadirekristalisasi kimia disekitar intrusi,
metamorfisme aureol
· Metamorfisme beban (burial), akibat
tertimbun sangat dalam, suhu 3000°C, kelompok mineral zeolit.
· Metamorfisme regional, pada kerak
benua, sangat luas yang merupakan rangkaian seri fasies dynamo-termal (Nurdin, 2009).
Batuan umumnya diklasifikasikan
berdasarkan komposisi mineral dan kimia, dengan tekstur partikel unsur dan oleh
proses yang mereka. Ciri–ciri ini mengklasifikasikan batuan menjadi beku,
sedimen, dan metamorf, mereka lebih diklasifikasikan berdasarkan ukuran
partikel yang membentuk mereka, transformasi dari satu jenis batuan yang lain
digambarkan oleh model geologi (Nurlina, 2016).
Komentar
Posting Komentar