Contoh Laporan Usulan Valuasi Ekonomi Sumberdaya Hutan Mangrove
USULAN
PENELITIAN
VALUASI EKONOMI SUMBERDAYA HUTAN MANGROVE DI DESA SUNGAI
LOBAN KABUPATEN TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
(TUGAS
METODOLOGI PENELITIAN)
Oleh:
MUHAMAD ZAINUDIN
G1F115006
PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
UNIVERSITAS
LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2019
USULAN
PENELITIAN
VALUASI EKONOMI SUMBERDAYA HUTAN MANGROVE DI DESA SUNGAI
LOBAN KABUPATEN TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
(TUGAS
METODOLOGI PENELITIAN)
Oleh:
MUHAMAD ZAINUDIN
G1F115006
Diajukan sebagai salah satu
syarat untuk memenuhi tugas Metodologi Penelitian pada Program Studi Ilmu
Kelautan Fakultas Perikanan dan Kelautan Uiversitas Lambung Mangkurat
PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
UNIVERSITAS
LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2019
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Valuasi ekonomi adalah
upaya untuk memberi nilai kuantitatif terhadap barang (good) dan jasa (service)
yang dihasilkan oleh sumberdaya alam dan lingkungan, baik atas dasar nilai
pasar (market value) maupun nilai non
pasar (nonmarket value). Penilaian
ekonomi sumberdaya alam merupakan alat ekonomi dengan menggunakan teknik atau
metode tertentu untuk mengestimasi nilai uang dari barang dan jasa yang
diberikan oleh sumberdaya alam.
Sumberdaya alam mempunyai
peran penting dalam kelangsungan hidup manusia. Pengelolaan terhadap sumberdaya
alam harus sangat bijaksana. Karena diperlukan waktu yang cukup lama untuk bisa
memulihkan kembali apabila telah terjadi kerusakan/kepunahan. Pengelolaan
secara bijaksana yaitu pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya yang optimal dan
berwawasan lingkungan agar sumberdaya alam yang ada tetap lestari.
1.2.
Rumusan
Masalah
1. berapa
besar harga/nilai kuantitatif ekosistem hutan mangrove agar diketahui berapa
harga/nilai kuantitatif yang akan hilang
2. dan
akibat yang akan dialami oleh manusia jika ekosistem hutan mangrove tidak
dikelola dengan bijaksana.
1.3.
Tujuan Penelitian
1.4.
Manfaat
Penelitian
1.5. Ruang Lingkup
1.5.1
Ruang Lingkup Lokasi
Penelitian ini berlokasi
di Perairan Desa Sungai Loban Kecamatan Sungai Loban Kabupaten Tanah Bumbu Provinsi
Kalimantan Selatan.
1.5.2
Ruang Lingkup Materi
Batasan ruang lingkup materi
dari penelitian ini meliputi :
1. Nilai manfaat langsung hutan mangrove.
2. Nilai manfaat tidak langsung hutan mangrove.
3. Nilai manfaat pilihan hutan manrove.
4. Biaya yang dikeluarkan dari hutan mangrove.
BAB 2. TINJAUAN
PUSTAKA
2.1.
Ekosistem Mangrove
Kata mangrove merupakan kombinasi
antara kata mangue yang berarti tumbuhan dan grove yang berarti belukar atas
hutan kecil. Kata mangrove digunakan untuk menyebut jenis pohon-pohon atau semak-semak
yang tumbuh di antara batas air tinggi saat air pasang dan batas air terendah
di atas rata-rata permukaan air (Macnae, 1968 dikutip oleh arief, 2003).
Sedangkan menurt Nybakken (1992), hutan mangrove adalah sebutan umum untuk
menggambarkan suatu verietes komunitas pantai tropic yang didominasi oleh
beberapa spesies pohon-pohon yang khas atau semak-semak yang mempunyai
kemampuan tumbuh dalam perairan asin.
2.1.1.
Ciri-ciri
Ekosistem Mangrove
Ekosistem
mangrove atau hutan mangrove adalah ekosistem hutan yang ditumbuhi oleh
berbagai jenis tanaman mangrove. Daerah dalam hutan mangrove akan tergenang
saat pantai sedang pasang, dan akan bebas dari genangan saat laut surut.
Ciri-ciri ekosistem mangrove yang paling khas antara lain:
1. Jenis
tumbuhan yang hidup relative sangat terbatas.
2. Akar
pepohonan terbilang unik berbentuk layaknya jangkar yang melengkung.
3. Terdapat
biji atau propagule dengan sifat vivipara atau mampu melakukan proses
perkembangan pada kulit pohon.
4. Tanah
hutan mangrove tergenang secara berkala.
5. Ekosistem
mangrove juga mendapat aliran air tawar dari daratan.
6. Terlindung
dari gelombang besar serta arus pasang surut laut.
7. Air
di wilayah hutan mangrove berasa payau.
Sebagai
kesatuan ekosistem, mangrove dihuni oleh banyak organisme. Adapun organisme
yang dapat hidup dalam hutan mangrove adalah organisme yang adaptif terhadap
kadar mineral garam yang tinggi dari air laut. Mereka saling berinteraksi satu
sama lain untuk mencapai keseimbangan ekosistem yang terus berlanjut.
2.1.2.
Kondisi
Ekosistem Mangrove
Flora
mangrove terdiri atas pohon, epipit, liana, alga, bakteri dan fungi. Menurut
Hutching dan Saenger (1987) telah diketahui lebih dari 20 famili floramangrove
dunia yang terdiri dari 30 genus dan lebih kurang 80 spesies. Sedangkan jenis-jenis
tumbuhan yang ditemukan dihutan mangrove Indonesia adalah sekitar 89 jenis,
yang terdiri atas 35 jenis pohon, 5 jenis tema, 9 jenis perdu, 9 jenis liana,
29 jenis epifit dan 2 jenis parasit.
Hutan mangrove merupakan ekosistem
yang kompleks terdiri atas flora dan fauna daerah pantai, hidup sekaligus di
habitat daratan dan air laut, antara air pasang dan surut. Menurut Indriyanto
(2006), ekosistem merupakan suatu unit ekologi yang didalamnya terdapat
struktur dan fungsi, struktur yang dimaksudkan dalam definisi ini yakni yang
berhubungan dengan keanekaragaman spesies yang tinggi. Sedangkan fungsi yang
dimaksud yaitu yang berhubungan dengan siklus materi dan arus energi
komponen-komponen ekosistem.
Ekosistem mangrove adalah suatu
sistem di alam tempat berlangsungnya kehidupan yang mencerinkan hubungan timbal
balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya dan di antara makhluk hidup itu
sendiri, terdapat pada wilayah pesisir, terpengaruh pasang surut air laut, dan
didominasi oleh spesies pohon atau semak yang khas dan mampu tumbuh dalam
perariran asin/payau (Santoso, 2002).
2.1.3.
Zonasi
Mangrove
Menurut
Arief (2003) pembagian zonasi juga dapat dilakukan berdasarkan jenis vegetasi
yang mendominasi, dari arah laut kedataran berturut-turut sebagai berikut:
1. Zona
Avecenia, terletak pada lapisan paling luar dari hutan mangrove. Pada zona ini,
tanah berlumpur lembek dan berkadar garam tinggi. Jenis Avecennia ini banyak
ditemui berasosiasi dengan Sonneratia Spp karena tumbuh dibibir laut, jenis ini
memiliki perakaran yang sangat kuat yang dapat bertahan dari hempasan ombak
laut. Zona ini merupakan zona perintis atau pioneer, karena terjadinya
penimbunan sedimen tanah akibat cengkeraman perakaran tumbuhan jenis-jenis ini.
2.
Zona Rhizophora, terletak dibelakang zona Avicennia dan Sonneratia. Pada zona
ini, tanah berlumpur lembek dengan kadar garam lebih rendah. Perakaran tanaman
tetap terendam selama air laut pasang.
3.
Zona Bruguiera, terletak dibelakang zon Rhizophora. Pada zona ini tanah
berlumpur agak keras. Perakaran tanaman lebih peka serta hanya terendam pasang
naik dua kali sebulan.
4.
Zona Nypah, yaitu zona pembatas antara daratan dan lautan, namun zona ini
sebenarnya tidak harus ada, kecuali jika terdapat air tawar yang mengalir
(sungai) ke laut.
2.1.4.
Faktor-Faktor
Lingkungan yang Mempengaruhi Pertumbuhan Mangrove
a. Salinitas
Salinitas
merupakan berat garam dalam gram per kilogram air laut. Salinitas ditentukan
dengan mengukur klor yang takarannya adalah klorinitas. Salinitas dapat juga
diukur melalui konduktivitas air laut. Alat-alat elektronik canggih menggunakan
prinsip konduktivitas ini untuk menentukan salinitas. Salinitas optimum yang
dibutuhkan mangrove untuk tumbuh berkisar antara 10-30 ppt. kondisi salinitas
sangat mempengaruhi komposisi mangrove.
Berbagai jenis
mangrove mengatasi dengan cara berbeda-beda. Beberapa diantaranya selektif
mampu menghindari penyerapan garam dari media tumbuhnya, sementara beberapa
jenis yang lainnya mampu mengeluarkan garam dari kelenjar khusus pada daunnya.
b.
Fisiografi Pantai
Fisiografi
Pantai dapat mempengaruhi komposisi, distribusi spesies dan lebar hutan
mangrove. Pada pantai yang landau, komposisi ekosistem mangrove lebih beragam
jika dibandingkan dengan pantai yang terjal. Hal ini disebabkan karena pantai
landau menyediakan ruang yang lebih luas untuk tumbuhnya mangrove sehingga
distribusi spesies menjadi semakin luas dan lebar. Pada pantai yang terjal
komposisi, distribusi dan lebar hutan mangrove lebih kecil karena kontur yang terjal
menyulitkan pohon mangrove untuk tumbuh.
c. Gelombang Arus
Gelombang dan arus
dapat merubah struktur dan fungsi ekosistem mangrove. Pada lokasi-lokasi yang
memiliki gelombang dan arus yang cukup besar biasanya hutan mangrove mengalami
abrasi sehingga terjadi pengurangan luasan hutan. Gelombang dan arus juga
berpengaruh langsung terhadap distribusi spesies misalnya buah atau semai
Rhizophora terbawa gelombang dan arus sampai menemukan substrat yang sesuai
untuk menancap dan akhirnya tumbuh.
Gelombang dan arus
berpengaruh tidak langsung terhadap sedimentasi pantai dan pembentukan
padatan-padatan pasir dimuara sungai. Terjadinya sedimentasi dan
padatan-padatan ini merupakan substart yang baik untuk menunjang pertumbuhan
mangrove.
d.
Iklim
Mempengatuhi
perkembangan tumbuhan dan factor fisik (substrat dan air). Pengaruh iklim
terhadap pertumbuhan mangrove melalui cahaya, hujan, suhu, dan angina.
2.2.
Fungsi Ekologi dan Ekonomi Ekosistem Mangrove
2.2.1.
Fungsi Ekologis Hutan Mangrove
Fungsi dan manfaat
mangrove telah banyak diketahui, baik sebagai tempat pemijahan ikan di
perairan, pelindung daratan dari abrasi oleh ombak, pelindung daratan dari
tiupan angina, penyaring instrusi air laut ke daratan dan kandungan logam berat
yang berbahaya bagi kehidupan, tempat singgah migrasi burung, dan sebagai
habitat satwa liar serta manfaat langsung lainnya bagi manusia.
Hutan
mangrove mampu mengikat sedimen yang terlarut dari sungai dan memperkecil erosi
atau abrasi pantai. Mangrove juga memiliki fungsi ekologis sebagai habitat
berbagai jenis satwa liar, keanekaragaman fauna hutan mangrove cukup tinggi.
Secara garis besar dapat dibagi dua kelompok, yaitu fauna akuatik seperti ikan,
udang, kerrang, dan lainnya serta kelompok terrestrial seperti insekta,
reptelia, amphibia, mamalia, dan burung (Nirarita et al., 1996)
Mangrove
memproduksi nutrient yang dapat menyuburkan paerairan laut, mangrove membantu
dalam perputaran karbon, nitrogen dan sulfur, serta perairan mangrove kaya akan
nutrien baik nutrient organic maupun anorganik. Dengan rata-rata produksi
primer yang tinggi mangrove dapat menjaga keberlangsungan populasi ikan,
karang, dan lainnya. Mangrove menyediakan tempat perkembangbiakan dan
pembesaran bagi beberapa spesies hewan khususnya udang, sehingga bisa disebut
“tidak ada mangrove tidak ada udang”.
2.2.2.
Fungsi Ekonomi Hutan Mangrove
Secara
garis besar mangrove mempunyai beberapa keterkaitan dalam pemenuhan kebutuhan
manusia sebagai penyedia bahan pangan, papan, dan kesehatan serta lingkungan.
Secara ekonomi hutan mangrove yaitu:
1.
Penghasil kayu, misalnya kayu bakar, arang serta kayu untuk bahan bangunan dan
perabot rumah tangga.
2.
Penghasil bahan baku industry, misalnya pulp, kertas, testil, makanan,
obat-obatan, alcohol, penyamak kulit, kosmetik dan zat pewarna.
3.
Pengahasil bibit ikan, udang, kerrang, telur burung dan madu.
4.
Sebagai objek pariwisata, karakteristik hutannya yang berada di peralihan
antara darat dan laut memiliki keunikan dalam beberapa hal. Kegiatan wisata ini
disamping memberikan pendapatan langsung bagi pengelola melalui penjualan tiket
masuk dan parkir, juga mampu menumbuhkan perekonomian masyarakat di sekitarnya
dengan menyediakan lapangan kerja dan kesempatan berusaha, seperti membuka
warung makan dan menyewakan.
2.3.
Valuasi Ekononi Ekosistem Mangrove
Valuasi
ekonomi adalah suatu upaya untuk memberikan nilai kuantitatif terhadap barang
dan jasa yang dihasilkan oleh sumberdaya alam dan lingkungan terlepas dari
apakah nilai pasar tersedia atau tidak. Valuasi ekonomi merupakan suatu cara
yang digunakan untuk memberikan nilai kuantitatif terhadap barang dan jasa yang
dihasilkan sumberdaya alam dan lingkungan terlepas baik dari nilai pasar
(market value) atau non pasar (non market value). Tujuan dari studi valuasi
adalah untuk menentukan besarnya Total Economic Value (TEV) pemanfaatan
ssemberdaya alam dan lingkungan.
2.3.1.
Nilai Ekonomi Sumber Daya
Menurut
pradigma neoklasik, nilai ekonomi dapat dilihat dari sisi kepuasan konsumen dan
keuntungan perusahaan, dengan konsep dasar yang digunakan, yaitu surpus
konsumen dan surplus produsen. Sedangkan berdasarkan pandangan ekologikal
ekonomi, tujuan penilaian tidak semata terkait dengan maksimisasi kesejahteraan
individu melainkan juga terkait dengan tujuan ekologi dan keadilan distribusi.
Tujuan valuasi ekonomi pada dasarnya adalah membantu pengambilan keputusan
untuk menduga efisiensi ekonomi dari berbagai pemanfaatan yang mungkin
dilakukan terhadap ekosistem yang ada dikawasan pesisir dan laut.
2.3.2. Tipologi Nilai Ekonomi
Sumberdaya
Kerangka
nilai ekonomi yang digunakan dalam mengevaluasi ekonomi sumberdaya alam adalah Konsep
Nilai Ekonomi Total (TEV), Total Ekonomi Total (TEV) merupakan penjumlahan dari
nilai ekonomi berbasis pemanfaatan (use
value) dan nilai ekonomi berbasis non pemanfaatan (non use value).
Nilai
TEV merupakan jumlah dari Nilai Guna (Direct Use Value), yaitu nilai yang
diperoleh dari pemakaian langsung atau berkaitan dengan sumberdaya alam dan
lingkungan yang dikaji atau diteliti. Nilai ini terdiri dari nilai yang
berkaitan dengan kegiatan komersial, subsistensi, leisure dan aktivitas lain
yang bertautan dengan sumberdaya alam yang ditelaah. Sedangkan Nilai Guna Tak
Langsung (In Direct Use Value), berkaitan dengan perlindungan atau dukungan
terhadap kegiatan ekonomis dan harta benda yang diberikan oleh suatu sumberdaya
alam dan Nilai Pilihan (Opinion Use Value) niali guna dari sumberdaya alam dan
lingkungan di masa mendatang.
BAB 3. METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di
Desa Sungai Loban, Kabupaten Tanah Bumbu, Provinsi Kalimantan Selatan, yang
akan dilaksanakan pada bulan Oktober-Desember 2018.
Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian
3.2.
Alat dan Bahan
3.2.1. Alat
Adapun
alat yang digunakan pada penelitian kali
ini ialah :
Tabel 1. Alat
No
|
Nama
|
Fungsi
|
1.
|
Patok
|
Tempat
mengikat tali transek
|
2.
|
Transek
10x10 m
|
Untuk
mendata jenis mangrove anakan, semai, pohon
|
3.
|
Kamera
|
Mendokumentasikan
|
4.
|
Roll
Meter
|
Mengukur
Panjang dan luasan mangrove
|
5.
|
GPS
|
Menentukan
titik koordinat
|
6.
|
Laptop
|
Alat
pendukung membuat laporan dan hitungan hasil penelitian
|
3.2.1. Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada penelitian kali ini
ialah :
Tabel 2. Bahan
No
|
Nama
|
Fungsi
|
1.
|
Buku
Identifikasi Mangrove
|
Membantu
mengidentifikasi nama jenis mangrove di lokasi penelitian
|
3.
|
Alat
tulis
|
Mencatat
hasil pengamatan
|
3.3.
Metode Pengambilan Sampel
Metode pengambilan sampel
dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode Purposive Sampling.
Sampel petani yang akan di wawancarai adalah sebanyak 30 responden.
Konsep Pengukuran Variabel Variabel yang
akan diukur dalam penelitian ini adalah:
1. Nilai manfaat langsung yaitu nilai yang dihasilkan
dari pemanfaatan secara langsung hutan mangrove: potensi kayu (kayu bangunan
dan kayu bakar), pengrajin daun nipah, penangkapan ikan, udang dan kepiting
(Rp/tahun).
2. Nilai manfaat tidak langsung yaitu nilai yang
dihasilkan dari pemanfaatan secara tidak langsung hutan mangrove: pemecah ombak
(break water) (Rp/tahun)
3. Nilai manfaat pilihan yaitu nilai ekonomi yang
diperoleh dari potensi pemanfaatan langsung maupun tidak langsung dari sebuah
sumberdaya/ekosistem di masa datang: nilai Biodiversity (Rp/tahun).
4. Biaya yaitu biaya yang dikeluarkan oleh pemanfaat
hutan mangrove untuk mendapatkan komoditi dari hutan mangrove (Rp/tahun).
3.4.
Metode Pengumpulan Data
3.4.1.
Masyarakat
Masyarakat
yang dijadikan responden akan diwawancarai dengan kuisioner dengan pertanyaan beberapa
pemanfaat hutan mangrove, antara lain: nelayan, pencari kayu bakar, pengrajin
daun nipah, dan juga pada masyarakat yang berhubungan dengan mangrove secara
tidak langsung. Untuk mengetahui keadaan umum lokasi penelitian dan kondisi
hutan mangrove yang ada, juga dilakukan wawancara dengan aparat desa, dan petugas
kehutanan setempat.
3.4.2.
Vegetasi
Pengambilan
contoh untuk analisis vegetasi dilakukan dengan menggunakan transek garis (line
transec). Tahapan dalam mengambil data transek yaitu menarik meteran ke arah
laut dengan posisi awal yang telah diberi tanda (patok atau pengecatan pohon
dan menentukan blok (petak contoh/petak ukur) di sebelah kiri dan kanan garis
transek berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 10 x 10 m untuk pengamatan fase
pohon.
3.5.
Metode Pengolahan dan Analisis Data
3.5.1.
Analisis Volume Tegakan
Analisis volume tegakan
dilakukan untuk mengetahui besar dari volume kayu mangrove yang ada. Untuk
mendapatkan volume kayu, maka harus diketahui terlebih dahulu nilai dari tinggi
dan juga keliling lingkaran setinggi dada (1,3 m) pohon yang menjadi
sampel. Data yang diperoleh dimasukkan
dalam Tabel 1.
Tabel 3.
Perhitungan Volume Kayu Mangrove
No.
|
Jenis
Mangrove
|
Diameter
(cm)
|
Tinggi
(m)
|
Volome kayu
(m3)
|
1.
|
|
|
|
|
2.
|
|
|
|
|
3.
|
|
|
|
|
4.
|
|
|
|
|
Dalam
Santoso (2005) volume kayu mangrove ini didapat dengan menggunakan persamaan:
V = (Lbd x t) ...............................
1)
Dimana:
V = Volume
Lbd = luas bidang dasar
{[(diameter/100) x 0.5] 2} x 3.14
T= tinggi (m) Π = 3,14
Analisis
volume tegakan yang didapat ini akan menggambarkan kondisi dari hutan mangrove
pada tiap hektar. Selain itu juga dapat dijadikan perhitungan awal dari nilai
ekonomi potensi kayu mangrove.
Nilai tegakan dapat
diketahui dengan menghitung kubikasi kayu yang dihasilkan, dikalikan dengan
harga jual tiap m3 dikalikan dengan luasan kemudian dikurangi dengan biaya
operasional.
3.5.2
Indeks Nilai Penting
Kondisi ekologis hutan
mangrove dapat diketahui dengan menggunakan beberapa jenis perhitungan, yaitu
kerapatan jenis, frekuensi jenis, luas area penutupan, dan Indeks Nilai Penting
(INP) dari tiap jenis. Untuk mencari nilai INP digunakan tiga perhitungan,
yaitu nilai kerapatan tiap jenis, nilai frekuensi tiap jenis, dan nilai dari
penutupan tiap jenis.
Kerapatan jenis (Di)
adalah jumlah tegakan jenis i dalam suatu area. Persamaan untuk mencari
kerapatan jenis adalah:
Di = ni / A
............................. 1)
Dimana:
Di = Kerapatan jenis ke – i
ni = Jumlah total tegakan dari jenis ke -
i
A = Luas total area pengambilan
contoh
Setelah nilai dari
kerapatan jenis ini didapat, langkah selanjutnya adalah mencari nilai dari
kerapatan relatif jenis (RDi). Kerapatan relatif jenis adalah perbandingan
antara jumlah tegakan jenis i (ni) dan jumlah total tegakan seluruh jenis (∑n),
dengan persamaan:
RDi = (ni / ∑n) x 100
........................ 2)
Penutupan jenis (Ci)
adalah luas penutupan jenis i dalam suatu area. Persamaan dari penutupan jenis
adalah:
Ci = ∑BA / A .............................
3)
Dimana:
BA= π DBH2/A; (π = 3,14)
DBH = diameter batang pohon jenis ke –
i
DBH = CBH/π; CBH adalah lingkar pohon
setinggi dada
A = luas total area pengambilan
contoh
Setelah
nilai dari penutupan jenis ini didapat, langkah selanjutnya adalah mencari
nilai dari penutupan relatif jenis
(RCi). Nilai penutupan relatif jenis adalah perbandingan antara luas area
penutupan jenis i (Ci) dan luas total area penutupan untuk seluruh jenis (∑C),
dengan persamaan:
RCi = (Ci / ∑C) x 100 ....................
4)
Nilai yang terakhir yaitu nilai frekuensi
tiap jenis. Frekuensi jenis sendiri merupakan
peluang ditemukannya jenis i dalam
petak contoh / plot yang diamati:
Fi = Pi / ∑P ............................... 5)
Dimana, Fi adalah frekuensi jenis i, Pi
adalah jumlah petak contoh / plot dimana ditemukan jenis i. Sedangkan ∑P adalah
jumlah total petak contoh/ plot. Setelah nilainya didapat, selanjutnya adalah
menghitung nilai frekuensi relatif jenis yang merupakan perbandingan antara
frekuensi jenis i (Fi) dan jumlah frekuensi untuk seluruh jenis (∑F):
RFi = (Fi / ∑F) x 100)
........................ 6)
Indeks nilai penting adalah jumlah nilai
kerapatan jenis (RDi), frekuensi relatif jenis (RFi), dan penutupan relatif
jenis (RCi).
INP = RDi + RFi + RCi
........................ 7)
Nilai penting ini untuk
memberikan suatu gambaran mengenai pengaruh atau peranan suatu jenis mangrove
dalam ekosistem tersebut. Indeks nilai penting memiliki kisaran antara
0-300.
3.5.3.
Valuasi Ekonomi Hutan Mangrove
Penilaian ekonomi sumberdaya mangrove
dilakukan dengan menggunakan dua tahap pendekatan:
1. Identifikasi manfaat
dan fungsi-fungsi sumberdaya hutan mangrove.
2. Kuantifikasi seluruh
manfaat dan fungsi ke dalam nilai uang.
3.5.4.
Identifikasi Manfaat dan Fungsi yang terkait dengan Hutan Mangrove
Nilai ekonomi suatu
sumberdaya hutan mangrove dibagi menjadi nilai penggunaan dan nilai non
penggunaan. Nilai penggunaan dibagi menjadi dua, yaitu nilai langsung dan nilai
tidak langsung. Nilai non penggunaan yang meliputi nilai manfaat pilihan.
1. Nilai
manfaat langsung (direct use value)
Nilai
manfaat langsung adalah nilai yang dihasilkan dari pemanfaatan secara langsung
dari suatu sumberdaya. Manfaat langsung bisa diartikan manfaat yang dapat
dikonsumsi. Nilai manfaat langsung hutan mangrove dihitung dengan persamaan:
DUV
= ∑ DUV ......................... 8)
Dimana:
DUV = Direct use value
DUV 1 = manfaat kayu
DUV 2 = manfaat penangkapan ikan
DUV 3 = manfaat pengambilan daun nipah
DUV 4 = manfaat penangkapan kepiting
2. Nilai
manfaat tidak langsung (indirect use value)
Manfaat tidak langsung
adalah nilai manfaat dari suatu sumberdaya (mangrove) yang dimanfaatkan secara
tidak langsung oleh masyarakat. Manfaat tidak langsung hutan mangrove dapat
berupa manfaat fisik yaitu sebagai penahan abrasi air laut. Penilaian hutan
mangrove secara fisik dapat diestimasi dengan fungsi hutan mangrove sebagai
penahan abrasi.
3. Manfaat
pilihan (option value)
Manfaat pilihan untuk
hutan mangrove biasanya menggunakan metode benefit transfer, yaitu dengan cara
menilai perkiraan benefit dari tempat lain (dimana sumberdaya tersedia) lalu
benefit tersebut ditransfer untuk memperoleh perkiraan yang kasar mengenai
manfaat dari lingkungan. Metode tersebut didekati dengan cara menghitung
besarnya nilai keanekaragaman hayati yang ada pada ekosistem mangrove tersebut.
Menurut Rui tenbeek (1991) dalam Fahrudin (1996), hutan mangrove Indonesia
mempunyai nilai biodiversity sebesar US$1,500 per km2. Nilai ini dapat dipakai
di seluruh hutan mangrove yang ada di Indonesia apabila ekosistem hutan
mangrovenya secara ekologis penting dan tetap dipelihara secara alami. Nilai
manfaat pilihan ini diperoleh dengan persamaan:
OV = US$15 per ha x luas hutan mangrove .....9)
Dimana:
OV = option value
3.5.5
Kuantifikasi Manfaat ke dalam Nilai Uang
Setelah seluruh manfaat
dapat diidentifikasi, selanjutnya adalah mengkuantifikasi seluruh manfaat ke
dalam nilai uang dengan beberapa nilai yaitu:
1. Nilai pasar
Pendekatan nilai pasar
ini digunakan untuk menghitung nilai ekonomi dari komoditas– komoditas yang
langsung dapat dimanfaatkan dari sumberdaya mangrove.
2. Harga tidak langsung
Pendekatan ini digunakan
untuk menilai manfaat tidak langsung dari hutan mangrove.
3. Contingent
value method
Pendekatan CVM digunakan
untuk menghitung nilai dari suatu sumberdaya yang tidak dijual di pasaran,
contohnya nilai keberadaan.
4. Nilai
manfaat ekonomi total
Nilai manfaat total dari
hutan mangrove merupakan penjumlahan seluruh nilai ekonomi dari manfaat hutan
mangrove yang telah diidentifikasi dan dikuantifikasikan. Nilai manfaat total
tersebut menggunakan persamaan:
TEV = DV + IV + OV + EV ..........
11)
Dimana:
TEV = Total economic value
DV = Nilai manfaat langsung
IV = Nilai manfaat tidak langsung
OV = Nilai manfaat pilihan
EV = Nilai manfaat keberadaan
Komentar
Posting Komentar