Contoh Laporan Praktik Lapang Sedimen di Perairan Angsana


STUDI KARAKTERISTIK DAN SEBARAN SEDIMEN DI PERAIRAN ANGSANA KABUPATEN TANAH BUMBU





LAPORAN PRAKTEK SEDIMENTOLOGI LAUT






MUHAMAD ZAINUDIN
G1F115006










PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU

2019

 
KATA PENGANTAR
Tiada kata yang penting dan pantas kecuali puji syukur atas  limpahan rahmat dan karunia Allah SWT, yang berupa nikmat kesehatan, nikmat kemudahan dan kecerdasan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir semester ganjil. Yaitu berupa laporan hasil peraktek lapangan dengan judul“ Studi Karakteristik dan Sebaran Sedimen di Perairan Desa Angsana Kabupaten Tanah Bumbu ”yang telah dilakukan di Perairan Angsana Kecamatan Angsana, Kabupaten Tanah Bumbu.
Dalam laporan akan dibahas Untuk mengetahui analisis fraksi dan statistik sedimen, mengetahui cara analisis transport sedimen, mengetahui pola transport sedimen, menggambarkan pola sebaran sedimen yang ada di Desa Angsana. Penulisan laporan Sedimentologi ini sudah sangat maksimal dan sebaik mungkin, tetapi karena manusia tidak ada yang sempurna oleh karena itu, saya mengharapkan masukan, saran yang bersifat membangun untuk laporan ini dan semoga laporan ini bermanfaat. 


BAB 1. PENDAHULUAN
1.1.       Latar Belakang

            Sedimen adalah material atau pecahan dari batuan, mineral dan material organik yang melayang-layang di dalam air, udara, maupun yang dikumpulkan di dasar sungai atau laut oleh pembawa atau perantara alami lainnya. Sedimen pantai dapat berasal dari erosi pantai, dari daratan yang terbawa oleh sungai, dan dari laut dalam yang terbawa oleh arus ke daerah pantai. Perubahan garis pantai yang terjadi dikawasan pantai berupa pengikisan badan pantai (abrasi) dan penambahan badan pantai (sedimentasi).
Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya sedimentasi yakni :Terdapat sumber material sedimen, Terdapat lingkungan yang cocok untuk pengendapan (baik di darat, transisi, maupun laut), Terjadinya pengangkutan oleh angin, es maupun air terhadap sumber material (transport), Perbedaan arus atau gaya menyebabkan berlangsungnya pengendapan, Adanya replacement (penggantian) dan rekristalisasi (perubahan) material, Proses diagenesis atau perubahan yang terjadi ketika pengendapan berlangsung secara kimia dan fisika., Proses kompaksi, yakni berupa akibat dari gaya berat material sedimen yang memaksa volume lapisan sedimen berkurang, Lithifikasi yang terjadi karena kompaksi yang berlangsung terus menerus sehingga sedimen menjadi keras.
            Transportasi sedimen adalah Hasil pelapukan batuan dibawa oleh suatu media ke tempat lain dimana kemudian diendapkan. Pada umumnya pembawa hasil pelapukan ini dilakukan oleh suatu media yang berupa cairan, angin dan es. Akan tetapi beberapa transportasi hasil pelapukan dapat juga berlangsung tanpa bantuan suatu media, tapi hanya dengan tenaga gravitasi saja. Sifat-sifat transportasi sedimen berpengaruh terhadap sedimen itu sendiri yaitu mempengaruhi pembentukan struktur sedimen yang terbentuk. Hal ini penting untuk diketahui karena sebenarnya struktur sedimen merupakan suatu catatan (record) tentang proses yang terjadi sewaktu sedimen tersebut diendapkan. Umumnya proses itu merupakan hasil langsung dari gerakan media pengangkut. Namun demikian sifat fisik (ragam ukuran, bentuk dan berat jenis) butiran sedimen itu sendiri mempunyai pengaruh pada proses mulai dari erosi, transportasi sampai ke pengendapan.
          Perairan Angsana merupakan wilayah perairan terbuka yang menghadap langsung ke Laut Jawa, hal ini menjadikan wilayah perairan Angsana sangat dinamis atau berubah-ubah. Kondisi pantai Angsana terdiri dari hamparan pasir, muara sungai, tanjung yang terdapat singkapan batuan serta aktivitas pertambangan sehingga wilayah perairan pantai Angsana merupakan arus pelayaran kapal pengangkut batubara (atau yang disebut dengan Tongkang) Gelombang yang datang menuju pantai yang memiliki kekuatan untuk mengikis batuan di pantai, dan batuan tersebut dibawa oleh arus ke tempat lain yang akhirnya mengendap. Perairan Angsana yang memiliki topografi landai dan subtrat pasir berkerikil ini lah diperlukan adanya kajian khusus untuk mengetahui Untuk mengetahui ukuran butiran sedimen dan sebaran sedimen di wilayah Perairan Angsana maka dari itu perlu dilakukan analisis dengan berbagai macam metode. Untuk menganalisis fraksi sedimen maupun faktor-faktor yang mempengaruhi peroses sedimentasi di wilayah Angsana, dilakukan kajian lebih lanjut melalui peraktik lapang.
1.2.       Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan dari studi sedimentologi laut ini ialah:
1.        Untuk mengetahui analisis fraksi dan statistik sedimen
2.        Untuk mengetahui cara analisis transport sedimen
3.        Untuk mengetahui pola transport sedimen
4.        Untuk menggambarkan pola sebaran sedimen
1.3.       Ruang Lingkup
1.3.1.      Ruang Lingkup Wilayah
Ruang lingkup praktek lapang kali ini adalah mencakup lokasi perairan pesisir dan laut Desa Angsana Kecamatan Angsana Kabupaten Tanah Bumbu dimana di sekitar tempat tersebut merupakan wilayah pariwisata serta terdapat aktivitas pertambangan di bagian darat dan lokasi penelitian yang diteliti berada sekitar 4 mil dari pantai.
1.3.2.      Ruang Lingkup Materi
Ruang lingkup materi dalam praktikum sedimentologi meliputi:
1.    Oseanografi meliputi pengukuran gelombang dan arus.
2.    Ukuran butir sedimen meliputi pengambilan sampel sedimen pada 13 stasiun menggunakan alat grab sampler.
3.    Transpor sedimen meliputi pengukuran sedimen menggunakan sedimen trap dilakukan di 4 stasiun dengan 8 sedimen trap.
4.    Statistik sedimen di perairan Angsana

 

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian
            Sedimen adalah hasil proses erosi, baik berupa erosi permukaan, erosi parit, atau jenis erosi tanah lainnya. Sedimen umumnya mengendap dibagian bawah kaki bukit, di daerah genangan banjir, di saluran air, sungai, dan waduk. Hasil sedimen (sediment yield) adalah besarnya sedimen yang berasal dari erosi yang terjadi di daerah tangkapan air yang diukur pada periode waktu dan tempat tertentu (Asdak, 2007).
Sedimentasi adalah suatu proses pengendapan material yang ditransport oleh media air, angin, es, atau gletser di suatu cekungan.  Delta yang terdapat di mulut-mulut sungai adalah salah satu contoh hasil dan proses pengendapan material-material yang diangkut oleh air sungai, sedangkan bukit pasir (sand dunes) yang terdapat di gurun dan di tepi pantai adalah pengendapan dari material-material yang diangkut oleh angin (Adlien, 2011).
Abrasi pantai merupakan salah satu bencana yang sangat merugikan bagi kehidupan masyarakat khususnya yang berada di pesisir pantai. Abrasi pantai merupakan fenomena alam sehubungan dengan perubahan kenaikan permukaan air laut, iklim dan juga ekosistem yang sebagian besar dipengaruhi oleh aktivitas manusia yang merusak dan mengakibatkan banyak permasalahan yang ada di wilayah pesisir pantai (Desmond Ofosu Anim, 2013).
           
2.2. Jenis dan Sumber Sedimen
2.2.1.      Jenis – Jenis Sedimen
Sedimen dapat dibagi menjadi 2 yaitu Sedimen Terigen Pelagis dan Sedimen Biogenik pelagis (Widada, 2002)
a.    Sedimen biogenik pelagis
Dengan menggunakan mikroskop terlihat bahwa sedimen biogenik terdiri atas berbagai struktur halus dan kompleks. Kebanyakan sedimen itu berupa sisa-sisa fitoplankton dan zooplankton laut. Karena umur organisme plankton hannya satu atau dua minggu, terjadi suatu bentuk ‘hujan’ sisa-sisa organisme plankton yang perlahan, tetapi  kontinu di dalam kolam air untuk membentuk lapisan sedimen. Pembentukan sedimen ini tergantung pada beberapa faktor lokal seperti kimia air dan kedalaman serta jumlah produksi primer di permukaan air laut. Jadi,
keberadan mikrofil dalam sedimen laut dapat digunakan untuk menentukan kedalaman air dan produktifitas permukaan laut pada zaman dulu.

b.        Sedimen Terigen Pelagis
Hampir semua sedimen Terigen di lingkungan pelagis terdiri atas materi-materi yang berukuran sangat kecil. Ada dua cara materi tersebut sampai ke lingkungan pelagis. Pertama dengan bantuan arus turbiditas dan aliran grafitasi. Kedua melalui gerakan es yaitu materi glasial yang dibawa oleh bongkahan es ke laut lepas dan mencair. Bongkahan es besar yang mengapung, bongkahan es kecil dan pasir dapat ditemukan pada sedimen pelagis yang berjarak beberapa ratus kilometer dari daerah gletser atau tempat asalnya.
2.2.2.       Sumber Sedimen
Sedimen yang di jumpai di dasar lautan dapat berasal dari beberapa sumber yang menurut Kennet (1992) dibedakan menjadi empat yaitu :
a.       Lithougenus sedimen yaitu sedimen yang berasal dari erosi pantai dan material hasil erosi daerah up land. Material ini dapat sampai ke dasar laut melalui proses mekanik, yaitu tertransport oleh arus sungai dan atau arus laut dan akan terendapkan jika energi tertransforkan telah melemah.
b.      Biogeneuos sedimen yaitu sedimen yang bersumber dari sisa-sisa organisme yang hidup seperti cangkang dan rangka biota laut serta bahan-bahan organik yang mengalami dekomposisi.
c.       Hidreogenous sedimen yaitu sedimen yang terbentuk karena adanya reaksi kimia di dalam air laut dan membentuk partikel yang tidak larut dalam air laut sehingga akan tenggelam ke dasar laut, sebagai contoh dan sedimen jenis ini adalah magnetit, phosphorit dan glaukonit.
d.      Cosmogerous sedimen yaitu sedimen yang bersal dari berbagai sumber dan masuk ke laut melalui jalur media udara/angin. Sedimen jenis ini dapat bersumber dari luar angkasa, aktifitas gunung api atau berbagai partikel darat yang terbawa angin. Material yang bersal dari luar angkasa merupakan sisa-sisa meteorik yang meledak di atmosfir dan jatuh di laut. Sedimen yang bersal dari letusan gunung berapi dapat berukuran halus berupa debu volkanin, atau berupa fragmen-fragmen aglomerat. Sedangkan sedimen yang bersal dari partikel di darat dan terbawa angin banyak terjadi pada daerah kering dimana proses eolian dominan namun demikian dapat juga terjadi pada daerah sub tropis saat musim kering dan angin bertiup kuat. Dalam hal ini umumnya sedimen tidak dalam jumlah yang dominan dibandingkan sumber-sumber yang lain (Anonim 2013).
2.3. Berdasarkan Ukuran Butir
Berdasarkan ukuran/besar butir, maka sedimen dapat digolongkan/ diklasifikasi seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2.1

(Sumber: U.S. Army Corps of Engineers. 2003)
Analisis ukuran butir sedimen sesuai ayakan ASTM (American Society for Testing and Materials) menggunakan metode sieve net untuk ukuran sedimen kerikil dan pasir, dan metode pipet untuk ukuran lempung dan lanau (Faturahman dan Wahyu 1992). Prosedur analisis fisik sedimen di atas dianalisis dengan  menggunakan software GRADISTAT versi 11.0 (Blot 2000) dengan keluaran berupa parameter statistik sedimen  meliputi ukuran partikel sedimen, sorting, skewness, kurtosis dan persentase jenis sedimen. Persentase sedimen berdasarkan Segitiga Shepard dari pengelompokan klasifikasi menurut Skala Wenworth seperti disajikan pada Gambar 2.3, yakni percampuran kerikil, pasir dan lumpur.

2.4. Transport Sedimen
            Transpor sedimen pantai adalah gerakan sedimen pantai yang disebabkan oleh gelombang dan arus pembangkitnya. Transpor sedimen sepanjang pantai terdiri dari dua komponen utama yaitu, transpor sedimen dengn bentuk mata gergaji di garis pantai dan transpor sedimen sepanjang pantai di surf zone.Analisis imbangan sedimen dapat memperkirakan daerah pantai yang mengalami erosi atau akresi (sedimentasi). Sedimen yang masuk di daerah pantai yang ditinjau meliputi suplai sedimen dari sungai, material yang berasal dari erosi tebing, angkutan sedimen sepanjang pantai dan tegak lurus pantai (onshore transport). sedimen yang keluar adalah angkutan sedimen sepanjang pantai dan tegak lurus pantai (offshore transport) dan penambangan pasir (Triatmodjo, 1999).
          Transpor sedimen pantai banyak menimbulkan fenomena perubahan dasar perairan seperti pendangkalan muara sungai erosi pantai perubahan garis pantai dan sebagainya (Yuwono 1994 dalam http://wordpress.com). Fenomena ini biasanya merupakan permasalahan terutama pada daerah pelabuhan sehingga prediksinya sangat diperlukan dalam perencanaan ataupun penentuan metode penanggulangan.
          Pasir di laut biasa digerakkan oleh arus (yang dibangkitkan pasut, angin, gelombang atau secara umum terjadi oleh kombinasi antara arus dan gelombang. Pasir ditransportasikan oleh proses dasar “entrainment”, transportasi, dan deposisi. Entrainment terjadi sebagai hasil dari tegangan geser yang terjadi di dasar perairan oleh arus dan gelombang dengan turbulen diffuse yang kemungkinan mengangkat partikel naik ke dalam kondisi suspense. Transportasi terjadi oleh adanya rolling (partikel menggelinding), sliding (partikel tergelincir) dan hopping (partikel meloncat-loncat) sepanjang dasar perairan sebagai respon dari tegangan geser yang bekerja dan dasar yang miring dan gaya yang berat partikel. Transport semacam ini dinamakan transport secara bedload yang dominan terjadi pada kondisi arus/gelombang lemah atau terjadi pada partikel yang berukuran besar (Ukkas, dkk 2009).

2.5. Budget Sedimen
Konsep coastal cell (sediment budget) digunakan untuk mengetahui perubahan garis pantai sebagai akibat transpor sedimen dengan membagi garis pantai dalam bagian-bagian (profil) berdasarkan morfologi pantai. Interaksi antara energi (terutama gelombang) yang menyebabkan arus menyusur pantai dengan sedimen di daerah dekat pantai menyebabkan sedimen tersebut bergerak/terangkut dan diendapkan pada batas-batas tertentu. Ana­lisis budget sedimen pantai didasarkan pada hukum kontinuitas (kekekalan massa sedimen) sehingga diketahui daerah pantai yang mengalami erosi atau akresi (sedimentasi) dari aktifitas energi yang bekerja.
Besarnya budget sedimen bulanan dan pengukuran lapangan dapat ditentukan dari perhitungan besarnya laju transpor dari masing-masing profil berdasarkan volume dan arah pergerakan prediksi netto sediment transport bulanan dan pengukuran lapangan yang diperoleh dari perhitungan di atas. Budget sedimen adalah selisih antara sedimen yang masuk dengan yang keluar pada suatu profil pantai. Apabila nilai budget sedimennya nol maka pantai pada profil tersebut dalam kondisi seimbang, jika nilainya positif pantai mengalami akresi dan sebaliknya untuk nilai budget negatif pantai mengalami erosi.
Hasil analisis budget sedimen pada setiap sel/segmen tersebut untuk setiap bulannya sebagai dasar input kedalaman (perubahan kedalaman dengan penambahan dan pengurangan berdasarkan hasil budget) untuk prediksi pada bulan berikutnya. Berdasarkan hasil analisis tersebut (bulan Januari 1991 – Maret 2005) selanjutnya dibandingkan dengan hasil profil kedalaman dari pengukuran lapangan Maret – April 2005.
Konsep sederhana dari konservasi massa yang diaplikasikan untuk proses transpor sedimen pantai, secara umum melalui tiga tahapan yaitu: (1) teraduknya material kohesif dari dasar laut hingga tersuspensi atau lepasnya material non-kohesif dari dasar laut, (2) perpindahan material secara horizontal dan (3) pengendapan kembali partiket atau material sedimen tersebut. Ketiga tahapan tersebut sangat bergantung kepada gerakan fluida dan karakteristik sedimen yang terangkut. Proses perubahan sedimen pada suatu daerah dapat terjadi oleh karena berbagai sebab seperti yang ditunjukkan pada Gambar 6. Panah hitam menunjukkan pengurangan sedimen (outflow), sementara panah putih menunjukkan penambahan sedimen (inflow) pada daerah kontrol. L menunjukkan laju angkutan sedimen sejajar garis pantai, O adalah laju angkutan sedimen tegak-lurus garis pantai, B adalah tingkat angkutan sedimen akibat angin, R merupakan angkutan sedimen yang dibawa oleh aliran sungai dan Rc adalah angkutan sedimen yang dihasilkan dari erosi pantai berbatu. Apabila jumlah inflow < outflow, pantai akan tererosi dan sebaliknya jika inflow > outflow maka pantai akan terakresi (Horikawa 1988).

2.6.   Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sedimentasi
             Faktor-faktor yang mempengaruhi proses sedimentasi adalah sebagai berikut:
1.    Kecepatan Aliran Sungai
Kecepatan alian maksimal pada tengah alur sungai, bila sungai membelok maka kecepatan maksimal ada pada daerah cut of slope (terjadi erosi). Pengendapan terjadi bila kecepatan sungai menurun atau bahkan hilang.
2.    Gradien / kemiringan lereng sungai
Bila air mengalir dari sungai yang kemiringan lerengnya curam kedataran yang lebih rendah maka keceapatan air berkurang dan tiba-tiba hilang sehingga menyebabkan pengendapan pada dasar sungai.
3.    Bentuk alur sungai Aliran air akan mengerus bagian tepi dan dasar sungai.
Semakin besar gesekan yang terjadi maka air akan mengalir lebih lambat. Sungai yang dalam, sempit dan permukaan dasar tidak kasar, aliran airnya deras. Sungai yang lebar, dangkal dan permukaan dasarnya tidak kasar, atau sempit dalam tetapi permukaan dasarnya kasar, aliran airnya lambat.



BAB 3. METODE PRAKTIKUM
3.1. Waktu dan Tempat
Penelitian ni dilakukan selama 1 bulan meliputi pengambilan data lapangan pada tanggal 20 November - 23 November 2018 di Perairan Angsana, Kecamatan Angsana, Kabupaten Tanah Bumbu. Kalimantan Selatan, pengolahan dan analisis data dilakukan dilaboratorium Kualitas air dan laboratorium Oseanografi.
3.2. Alat dan Bahan
Alat dan Bahan yang digunakan dalam melakukan praktek sedimentologi dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Peralatan untuk pengambilan Data Lapangan
Peralatan
Kegunaan
Peralatan Pengambilan Data Primer (Lapangan)
1
GPS (Global Positioning System) (Garmin 60 CSx)
Penentuan titik koordinat lapangan
2
Kantong Sampel
Membawa sampel sedimen
3
Kapal/Perahu
Alat transportasi di lapangan
4
Grab sampler
Alat mengambil sampel sedimen
5
Stopwatch
Mengukur waktu
6
Kompas
Menentukan arah mata angin
7
Layang-layang arus
Mengukur arus permukaan perairan
8
Tiang Pasang Surut
Mengukur pasang surut
9
Tiang gelombang
Mengukur gelombang
10
Sekop
Mengambil sampel sedimen
11
Alat tulis (buku, pulpen, pensil, penghapus)
Mencatat data lapangan
Peralatan Analisis Data di Laboratorium
1
Unit computer / laptop
Pencatatan data
2
Kompor
Memanaskan oven (mengeringkan sedimen) 
3
Oven kompor
Mengeringkan sedimen
4
Satu set ayakan kering
Menganalisis sampel sedimen
5
Mortar dan stamper
Menghaluskan sedimen
6
Timbangan digital
Menimbang berat sampel sedimen
7
Beakers glass
Sebagai wadah sedimen pada saat ditimbang
8
Kuas, sikat, dan sendok
Membantu sedimen apabila kurang atau lebih
9
Spektrofotometer
Mengukur kualitas air / absorbansi
10
Pipet Tetes
Memindahkan sampel air
11
Preparat
Menempatkan sampel plankton
12
Tabung silinder
Mengukur volume sedimen
Perangkat Analisis Data
1
Gradistat 4.0
Analisis data sedimen
2
Sofware laptop (Ms. Excel, surfer, arcgis)
Pengolahan data sedimen

3.3.      Metode Pengambilan Data
3.3.1.   Oseanografi
a.    Gelombang
Pengukuran tinggi, periode dan arah gelombang dilakukan dengan menggunakan tiang skala, stopwatch, kompas dan alat tulis menulis. Pengukuran tinggi gelombang dilakukan dengan cara membaca pergerakan naik (puncak) dan turun (lembah) permukaan air laut pada tiang berskala yang ditancapkan di mintakat sebelum gelombang pecah sebanyak 20 pengulangan. Dari perbedaan pembacaan puncak dan lembah gelombang yang terukur, maka serangkaian tinggi gelombang dapat dihitung. Pengukuran perioda gelombang dilakukan dengan menggunakan stopwatch dengan cara menghitung banyaknya waktu yang diperlukan pada posisi puncak dan lembah gelombang bagi sejumlah gelombang datang. Arah datang gelombang di ukur dengan menggunakan kompas.
b.   Arus
Kecepatan arus diukur dengan menggunakan layang-layang arus, dengan terlebih dahulu menentukan arah arus dengan menggunakan kompas, yakni menentukan posisi titik awal layang-layang arus ketika dilepas sampai jarak terakhirnya.
3.3.2    Sedimen Dasar
Pengambilan contoh sedimen dasar menggunakan bottom grab sampler (peterson grab) pada beberapa stasiun yang posisinya dicatat.  Sampel sedimen yang diperoleh selanjutnya dianalisis (laboratorium) untuk penentuan besar ukuran butirnya menggunakan sieve net dan metode pipet serta beberapa analisis parameter fisik sedimen lainnya.
3.3.3.   Transport Sedimen
Pengukuran transport sedimen menggunakan Sedimen Trap yaitu :
a.    Menentukan posisi stasiun pengambilan sampel
b.    Meletakkan sedimen trap di dasar perairan pada suatu titik yang telah ditentukan dan mengarahkan tabung-tabungnya tepat ke keempat arah mata angin.
c.    Memberi tanda agar mudah ditemukan ketika ingin mengangkatnya kembali seperti pelampung.
d.    Setelah empat hari, sedimen yang ada di dalam tabung diambil secara perlahan agar tidak tercecer.
e.    Memasukkan masing-masing sampel sedimen tersebut ke dalam kantung sampel yang berbeda dan memberi tanda berdasarkan arah mata angin.
3.4.    Metode Analisis Data
3.4.1.   Oseanografi
A.  Gelombang
q  Analisis Data
Untuk menghitung tinggi dan periode gelombang dengan menggunakan metode CERC
B.  Arus
q Analisis Data
Untuk menghitung kecepatan arus dengan menggunakan persamaan :
                             Dimana;
      v = Kecepatan arus (meter/detik)
      s = Jarak (meter)
      t = Waktu tempuh (detik)
3.4.2.   Analisis Ukuran butir
Analisis data sedimen dengan metode megaskopis adalah dengan mengidentifikasi secara umum jenis sampel sedimen yang diperoleh dari lokasi penyelidikan.
Ø  Metode Ayakan Kering
Prosedur kerja metode ini adalah sebagai berikut:
1.    Sampel sedimen yang diperoleh di lapangan dikumpulkan sesuai dengan lokasi masing-masing sampel, kemudian dicuci dengan air tawar setelah itu di masukkan ke dalam beaker glass,
2.    Sampel sedimen dimasukkan ke dalam oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu sehingga sampel sedimen betul-betul kering,
3.    Sedimen kering tersebut diambil dan kemudian ditimbang untuk dianalisa seberat 50 gr sampai 100 gr sebagai berat awal,
4.    Sampel dimasukkan ke dalam ayakan untuk diguncang melalui mesin pengguncang saringan, sehingga didapatkan pemisahan ukuran masing-masing partikel sedimen berdasarkan ukuran ayakan,
5.    Sampel dipisahkan dari ayakan (untuk antisipasi tertinggalnya butiran pada ayakan disikat dengan perlahan), Hasilnya kembali ditimbang untuk  mendapatkan berapa gram hasil masing-masing tiap ukuran ayakan.
          Untuk penghitungan data ukuran butir sedimen menggunakan software gradistart ialah dengan menggunakan persemaan pada Tabel 3.2. – 3.6.
Tabel 3.2. Arithmetic Method of Moments
Mean
Standard Deviation
Skewness
Kurtosis

Tabel 3.3. Geometric Method of Moments
Mean
Standard Deviation
Skewness
Kurtosis

Tabel 3.4.  Logarithmic Method of Moments
Mean
Standard Deviation
Skewness
Kurtosis

Tabel 3.5.  Logarithmic (Original) Folk and Ward (1957) Graphical Measures
Mean
Standard Deviation
Skewness
Kurtosis
 
        
Tabel 3.6 Geometric Folk and Ward (1957) Graphical Measures
Mean
Standard Deviation

Skewness
Kurtosis
         
3.4.3.   Transport Sedimen
Menurut Grant (1943) dalam U.S. Army Corps of Engineers (2003) angkutan sedimen di pantai merupakan hasil kombinasi dari angkutan sedimen akibat gelombang dan angkutan sedimen akibat arus. Dalam penelitian ini, perhitungan angkutan sedimen yang digunakan adalah angkutan sedimen akibat gelombang dan angkutan sedimen akibat arus. Besar angkutan sedimen akibat gelombang dapat dihitung melalui persamaan :
Dimana:
rs     =   Massa jenis sedimen
r      =   Massa jenis air laut
gb     =   Indeks gelombang pecah
n      =   Porositas sedimen
ab      =   Sudut gelombang pecah
            
Dari hasil pengukuran volume masing-masing stasiun sedimen trap, maka dihitung volume transport sedimennya, dengan menggunakan persamaan berikut :
     
 ket :
Qx = volume transport sedimen sejajar pantai
Qy = volume transport sedimen egak lurus pantai
Vu = volum utara sedimen trab
Vs = volum selatan sedimen trab
Vt = volum timur sedimen trab
Vb = Volum barat sedimen trab
Untuk arah transpor sedimen menggunakan persamaan berikut :
Sedangkan untuk menghitung resultan transpor sedimen menggunakan persamaan :
r =

3.4.4.   Budget Sedimen
Konsep coastal cell (sediment budget) digunakan untuk mengetahui perubahan garis pantai sebagai akibat transpor sedimen dengan membagi garis pantai dalam bagian-bagian (profil) berdasarkan morfologi pantai. Interaksi antara energi (terutama gelombang) yang menyebabkan arus menyusur pantai dengan sedimen di daerah dekat pantai menyebabkan sedimen tersebut bergerak/terangkut dan diendapkan pada batas-batas tertentu. Ana­lisis budget sedimen pantai didasarkan pada hukum kontinuitas (kekekalan massa sedimen) sehingga diketahui daerah pantai yang mengalami erosi atau akresi (sedimentasi) dari aktifitas energi yang bekerja Besarnya budget sedimen bulanan dan pengukuran lapangan dapat ditentukan dari perhitungan besarnya laju transpor dari masing-masing profil berdasarkan volume dan arah pergerakan prediksi netto sediment transport bulanan dan pengukuran lapangan yang diperoleh dari perhitungan di atas. Budget sedimen adalah selisih antara sedimen yang masuk dengan yang keluar pada suatu profil pantai. Apabila nilai budget sedimennya nol maka pantai pada profil tersebut dalam kondisi seimbang, jika nilainya positif pantai mengalami akresi dan sebaliknya untuk nilai budget negatif pantai mengalami erosi.


BAB 4.  HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.  Ukuran dan Sebaran Butir Sedimen
Pesisir pantai Angsana membentuk garis pantai yang relatif lurus dan landai, kondisi Tongkang) Gelombang yang datang menuju pantai yang memiliki kekuatan oseanografi sangat berpengaruh terhadap sedimentasi ialah arus dan gelombang serta pengaruh dari jenis pasang surut yang terjadi pada perairan Angsana. Ketiga kondisi oseanografi tersebut saling berhubungan dalam memberikan pengaruh sedimentasi. Kondisi pantai Angsana terdiri dari hamparan pasir, muara sungai, tanjung yang terdapat singkapan batuan serta aktivitas pertambangan sehingga wilayah perairan pantai Angsana merupakan arus pelayaran kapal pengangkut batubara (atau yang disebut dengan untuk mengikis batuan di pantai, dan batuan tersebut dibawa oleh arus ke tempat lain yang akhirnya mengendap.
a.      Arus
Pengambilan data arus dilakukan pada jam yang sama dengan pengambilan data pasang surut. Kecepatan arus dipengaruhi oleh gelombang dan pasang surut air laut. Arus merupakan faktor oseanografi yang cukup berperan penting dalam membawa bahan partikel sedimen, bahan terlarut dan tersuspensi, yang dapat menimbulkan pendakalan sebuah perairan. Keadaan arus dapat dilihat dalam Gambar 4.1.
Pada saat air pasang arus datang dari arah selatan menuju ke utara, sedangkan pada saat kondisi surut arus datang dari utara menuju ke selatan (Lampiran 1). Berdasarkan gambar 6 dapat diketahui kecepatan arus paling tinggi ditandai dengan warna merah yaitu sebesar 0,12 m/s kemudian kecepatan terendahnya ditandai dengan warna biru, yaitu sebesar 0,005 m/s sedangkan rata-rata kecepatan arus di perairan Angsana berkisar 0,057 m/s. Kecepatan arus dipengaruhi oleh pasang surut dan gelombang. Pada saat pasang arus cenderung lebih cepat dibandingkan dengan saat surut.
Pengaruh arus terhadap sedimen ialah arus membawa sedimen menuju kearah pantai dan meninggalkan pantai dengan dipengaruhi oleh gelombang. Arus yang terjadi di Perairan Angsana juga dipengaruhi oleh topografi pantai yang landai dan mengarah ke laut sehingga kecepatan gelombang tinggi pada musim-musim tertentu dan membuat kecepatan arus juga relative tinggi sehingga sedimen yang dari dasar perairan akan terangkut oleh arus dan terbawa menuju pantai.
b.      Pasang Surut
Pasang surut secara tidak langsung mempengaruhi sedimentasi yang terjadi, karena pasang surut berpengaruh terhadap kecepatan arus, sehingga dengan kata lain berpengaruh terhadap transport sedimen. Hasil dari pengukuran pasang surut di gambarkan dalam Gambar 4.2.

Grafik di atas menunjukan gambaran pasang surut yang terjadi di perairan Angsana. Pengukuran ini dilakukan pada tanggal 20 November 2018 pukul 18:00 WITA dengan ketinggian muka air mencapai 96 cm dan berakhir pada tanggal 23 November 2018 pukul 7:30 WITA dengan ketinggian mencapai 63 cm. Pengukuran dilakukan setiap 30 menit sekali selama 62 jam. Berdasarkan grafik di atas dapat diketahui pasang tertinggi terjadi pada tanggal 22 November 2018 dari pukul 19:00 – 20:00 WITA dengan ketinggian mencapai 149 cm sedangkan surut terendah terjadi pada tanggal 22 November 2018 dari pukul 09:00 – 10:00 WITA dengan ketinggian mencapai 42 cm.
            Dari hasil analisis pasang surut di perairan Angsana dapat dikatakan tipe pasang surut campuran condong ke harian ganda (mixed tide prevailing semi diurnal). Dalam satu hari terjadi dua kali pasang dan dua kali surut, tetapi tinggi dan periodenya berbeda, dengan kata lain aktivitas sedimentasinya pun tinggi karena saat perairan pasang maka kecepatan arusnya lebih tinggi.
c. Prediksi Gelombang
No.
Musim
Arah
Hb (m)
αb
V
1
Barat (Desember – Februari)
B
0,453142
3,898394
0,089264
BD
1,031008
3,28753
0,113407
S
1,276362
1,15235
0,040495
T
0,605467
3,513495
0,093398
2
Peralihan 1 (Maret – Mei)
B
0,41286
3,825547
0,083684
BD
1,060863
3,148382
0,095352
BL
0,129779
3,838497
0,046088
S
1,225508
1,228085
0,041437
TG
1,135441
2,084385
0,073436
3
Timur (Juni – Agustus)
B
0,384553
3,780726
0,07939
BD
0,779229
3,08981
0,091305
BL
0,123684
3,898991
0,046316
S
1,282183
1,285217
0,047313
TG
1,303425
1,488189
0,058203
4
Peralihan 2 (September –November)
BD
0,388388
3,765589
0,079896
B
0,786485
3,161587
0,09576
BL
0,127174
3,80543
0,045831
S
1,284813
1,315316
0,051106
TG
1,301107
1,9255
0,06422
4.2. Ukuran dan Sebaran Butir Sedimen
Dari hasil analisis ukuran butir sedimen dengan mengunakan software Gradistat didapatkan nilai rata-rata (Mean) ukuran butir sedimen pada Desa Angsana. Ukuran butiran ditetapkan berdasarkan ukuran saringan (untuk butiran kasar) dan ukuran/diameter sedimentasi (untuk butiran halus).  Klasifikasi butiran dilakukan berdasarkan nilai diameter referensi (D50) dari material dasar. Berdasarkan nilai (D50) dengan rentang nilai antara 140 – 660 dari 13 stasiun.   Stasiun yang memiliki tekstur pasir sedikit kerikil (Slightly Gravelly Sand) terdapat pada stasiun 1, 2, 3, 5, 6, 10, 11, 12 dan 13. Sedangkan pada stasiun 4, 7, 8 dan 9 memiliki tekstur Pasir berkerikil (Gravelly Sand).  Maka dapat disimpulkan tekstur sedimen di perairan Angsana didominasi sedimen dasar pasir sedikit kerikil (Slightly Gravelly Sand).   Peta sebaran sedimen disajikan pada Gambar 4.3.


Gambar 4.3. Peta pola sebaran butir sedimen
Klasifikasi ukuran butiran yang digunakan adalah klasifikasi  dari  The Subcommittee on Sediment Terminology of AGU (American Geophysical Union). Ukuran butiran ditetapkan berdasarkan ukuran saringan (untuk butiran kasar) dan ukuran/diameter sedimentasi (untuk butiran halus).Klasifikasi butiran dilakukan berdasarkan nilai diameter referensi (D50) dari material dasar.
St
X
Y
D50
Bentuk
Tekstur
Persentase (%)
Gravel
Sand
Mud
1
345636
9580600
551,8
Pasir
Pasir sedikit kerikilan
0,3
99,7
0
2
345316
9581781
149,8
Pasir Halus
Pasir sedikit kerikilan
0,8
97,7
1,4
3
343954
9579799
160,8
Pasir Halus
Pasir sedikit kerikilan
0,3
99,2
0,5
4
344429
9580180
179,1
Pasir Halus
Pasir berkerikil
6,9
93,1
0,1
5
343699
9582405
164,4
Pasir Halus
Pasir sedikit kerikilan
1,7
92,7
5,5
6
342385
9580738
159
Pasir Halus
Pasir sedikit kerikilan
3,7
94,8
1,5
7
342454
9580055
171,3
Pasir Halus
Pasir berkerikil
9,1
88,9
2
8
342193
9579527
169,6
Pasir Halus
Pasir berkerikil
13,4
86,2
0,4
9
343699
9582405
274,6
Pasir
Pasir berkerikil
17,1
82,6
0,3
10
342080
9581340
165,7
Pasir Halus
Pasir sedikit kerikilan
4,6
95
0,4
11
343917
9581227
155,1
Pasir Halus
Pasir sedikit kerikilan
1,1
98,7
0,2
12
344778
9582835
297,1
Pasir
Pasir sedikit kerikilan
3,7
93
3,3
13
345046
9582306
172,7
Pasir Halus
Pasir sedikit kerikilan
3,6
95,9
0,5

4.3. Transport Sedimen dan Budget Sedimen
Dari hasil perhitungan volume transport sedimen, terdapat volume transpor sedimen sejajar pantai yang paling tinggi terdapat pada stasiun 1B dengan laju transpor mencapai 3.029 cm3/jam dengan arah sedimen menuju ke Timur sedangkan volume transpor terendah terdapat pada stasiun Muara A yaitu sekitar 0,06 cm3/jam dengan arah sedimen menuju ke Timur,  sedangkan nilai Q total atau resultan tertinggi terjadi pada stasiun 1A dengan nilai resultan mencapai 5.305 kemudian nilai resultan terendahnya terdapat pada stasiun Muara A yaitu mencapai 0.060.

.
Waktu (jam)
Sejajar Pantai Qx
Tegak Lurus Qy

Q
α
Resultan
Qtotal
Qtotal
/bulan
Qtotal
/tahun
U
S
T
B
Atas
1A
660
350
460
570
370
62
-1.774
-5.000
2.818
1240.846485
70.463
5.305
5.305
159.163
1909.961
1B
520
690
560
470
170
63.5
1.417
2.677
1.889
1404.31478
62.103
3.029
3.029
90.876
1090.510
2A
730
600
530
540
340
63.5
-0.157
-2.047
13.000
1432.236014
85.601
2.053
2.053
61.599
739.185
2B
30
90
115
65
19
62.5
0.800
0.960
1.200
221.542321
50.194
1.250
1.250
37.489
449.870
3A
728
590
750
690
690
63
0.952
-2.190
-2.300
1923.538406
-66.501
2.389
2.389
71.657
859.881
3B
590
660
740
670
490
63
1.111
1.111
1.000
1818.130908
45.000
1.571
1.571
47.140
565.685
Muara A
10
7
5
7
10
60.5
-0.033
-0.050
1.500
20.80865205
56.310
0.060
0.060
1.788
21.455
Muara B
420
630
550
470
600
60
1.333
3.500
2.625
1592.890454
69.146
3.745
3.745
112.361
1348.332

Tabel 4.4.  Budget Sedimen di Perairan Angsana
Tahun
Volume
Budget
Keterangan
Timur
Barat
1995
-75480,1
221930,9
146450,7
sedimentasi
1996
-19810,5
319303,8
299493,3
sedimentasi
1997
-69818,7
287096,8
217278,1
sedimentasi
1998
-33839,1
1202729
1168890
sedimentasi
1999
-2979,85
247138,2
244158,4
sedimentasi
2000
-35213,2
159714,5
124501,4
sedimentasi
2001
2630423
7006092
9636514
sedimentasi
2002
-35956,6
75687,68
39731,09
sedimentasi
2003
-7606,36
178999,1
171392,7
sedimentasi
2004
-172296
164939,5
-7356,06
abrasi
2005
-183025
162612,4
-20412, 7
abrasi


Dari hasil pengukuran volume transpor sedimen di Perairan Angsana dan prediksi transpor sedimen di Perairan Angsana dapat di simpulkan bahwa mengalami abrasi dan sedimentasi. Abrasi diduga karena Perairan tersebut berseberangan dengan Laut Jawa sehingga arahnya dominan Timur, Tenggara dan hasilnya minus, karaktersitik perairan Angsana landai dan dipengaruhi oleh gelombang, pasang surut, arus, sungai, hujan. Sedangkan sedimentasi diduga karena ada pengaruh dari hulu sungai, akan tetapi pengukuran budget sedimen di Perairan Angsana dan prediksi transpor sedimen di Perairan Angsana menghasilkan sedimentasi hal ini diduga karena sedimentasi lebih dominan daripada abrasi.
V.         PENUTUP
5.1.       Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang telah di dapat pada praktik lapang ini adalah sebagai berikut:
1.        Proses sedimentasi dan transport sedimen di suatu perairan sangat di pengaruhi pola arus dan golombang di perairan Angsana.
2.        Butiran sedimen di perairan Sarang Tiung dominan berupa pasir dan kerikil.
3.        Volume transport sedimen sejajar pantai yang paling tinggi terdapat pada stasiun 4 dengan laju transport mencapai 0,078 cm3/jam sedangkan volume transpor terendah terdapat pada stasiun 2 yaitu sekitar -0.002 cm3/jam. Untuk volume transport sedimen tegak lurus pantai yang paling tinggi terdapat pada stasiun 3 dengan nilai 0.459 cm3/jam, dan untuk volume terendahnya berada pada stasiun 5 dengan nilai volume -0.078 cm3/jam.

5.2.       Saran
          Sebaiknya dalam Pratik lapang dimanapun tempatnya harus mengutamakan persiapan terlebih dulu agar semuanya bisa berjalan dengan baik. Praktikan juga berharap agar pelaksanaan praktik tidak mendekati waktu  ujian, karena dapat mengganggu konsentrasi praktikan dalam penyusunan laporan dan persiapan menghadapi ujian.


DAFTAR PUSTAKA
Coastal Hydrolic Laboratory (CHL). 2006. Coastal Engineering Manual. Washington DC : Departement of Army. U.S. Army Corp of Engineering.

Folk, R.L., 1974. Petrology of Sedimentary Rocks. 3nd Edition Hemphill’s Bookstore, Austin.

Krumbein, W.C. & L.L., Sloss, 1983, Stratigraphy and Sedimentation, W.H.Freeman and Co., San Fransisco.

Pipkin, B.W. 1977. Laboratory Exercise in Oceanography. San Fransisco : W.H. Freeman and Company.

Sugeng, Widada, 2002, Modul Mata Kuliah. Universitas Diponegoro : Semarang.

Supriharyono. 2000. Pelestarian dan Pengelolaan Sumberdaya Alam di Wilayah Pesisir Tropis.

Triatmojo, B. 1999.  Teknik Pantai Edisi Kedua. Beta Offset. Yogyakarta.

Ukkas, M. 2009. Kajian Aspek Bioekologi Vegetasi Mangrove Alami dan Hasil Rehabilitasi de Kecamatan Keera Kab. Wajo Sulawesi Selatan. Hibah Penelitian. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Uniersitan Hasanuddin. Makassar.

U.S. Army. 2003. Engineering and design Coastal Engineering Manual. Departement of the Army. U. S. Army corps of Engineers. Washington, DC.

Wibisono,M.S.2011. Pengantar Ilmu Kelautan. Grasindo.Jakarta.

 


 



  



                













































 




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengertian Metode Storet dan Metode IP (Indeks Pencemaran)

Pengertian Gelombang Dan Transformasi Gelombang

Penertian Arus Dan Sirkulasi Laut Dunia