Pengertian pasang surut
Pasang
surut adalah gerakan naik turunnya muka air laut secara berirama yag disebabkan
oleh gaya tarik bulan dan matahari. Matahari mempunyai massa 27 juta kali lebih
besar dari massa bulan, tetapi jarak matahari sangat jauh dari bumi (rata-rata
149,6 juta km). Sedangkan bulan, jaraknya sangat dekat dari bumi (rata-rata
381.160 km). Dalam mekanika alam semesta, jarak lebih menentukan dari pada
massa. Oleh karenanya pula bulan mempunyai peranan yang lebih besar dari pada
matahari dalam menentukan pasang surut. Perhitungan-perhitungan matematis telah
menunjukkan bahwa gaya tarik bulan yang mempengaruhi pasang surut besarnya
kurang lebih 2,2 kali lebih kuat dari pada gaya terik matahari (Baharuddin,
2014).
Gaya
pembangkit pasang surut ditimbulkan oleh gaya tarik menarik antara bumi, bulan
dan matahari. Dimana penelitian terjadinya pasang surut dilakukan hanya dengan
memandang suatu sistem bumi-bulan; sedangkan untuk sistem bumi-matahari
penelitiannya adalah identik. Tinggi pasang surut adalah jarak vertikal antar
air tertinggi (puncak pasang) dan air terendah (lebah air surut) yang
berurutan. Periode pasang surut adalah waktu yang diperlukan dari posisi muka
air pada muka air rerata keposisi yang sama berikutnya. Periode pasang surut
bisa 12 jam 25 menit atau 24 jam 50 menit, yang tergantung pada tipe pasang
surut ( Triatmodjo, 1999).
Berikut
merupakan gambar mekanisme pasang surut yang di pengaruhi oleh gaya tarik
menarik antara bumi, bulan dan matahari :
. h
Faktor-faktor yang
menyebabkan terjadinya pasang surut berdasarkan
teori kesetimbangan adalah rotasi bumi pada sumbunya, revolusi bulan
terhadap matahari, revolusi bumi terhadap matahari. Sedangkan berdasarkan teori
dinamis adalah kedalaman dan luas perairan, pengaruh rotasi bumi (gaya
coriolis), dan gesekan dasar. Selain itu juga terdapat beberapa faktor lokal
yang dapat mempengaruhi pasut disuatu perairan seperti, topogafi dasar laut,
lebar selat, bentuk teluk, dan sebagainya, sehingga berbagai lokasi memiliki
ciri pasang surut yang berlainan (Wyrtki, 1961).
Secara diagramatis beberapa posisi matahari dan bulan terhadap bumi dalam
membangkitkan pasut dapat dilihat pada Gambar
2. Ketika posisi bumi, bulan dan matahari berada pada satu garis lurus
atau ketika bulan baru (new moon) maka gaya pembangkit pasut baik dari bulan dan matahari saling
menguatkan (reinforcement) sehingga kisaran pasang dan surut (tidal
range) pada saat ini besar, pasang tinggi lebih tinggi dan surut rendahnya
lebih rendah dari pasang dan surut rata-rata. Kondisi muka laut seperti itu
dikenal dengan istilah Spring tide. Spring tide juga terjadi
ketika posisi bulan, bumi dan matahari berada pada satu garis lurus atau
dikenal sebagai bulan purnama (full moon) (Baharuddin 2010).
Secara umum
pasang surut di berbagai daerah perairan Indonesia dapat dibedakan dalam empat
tipe yakni:
1.
Pasang
surut harian ganda (semi diurnal tide)
Dalam satu hari terjadi dua kali air
pasang dan dua kali air surut dengan tinggi yang hamper sama dan pasang surut
terjadi secara berurutan secara teratur. Periode pasang surut rata-rata adalah
12 jam 24 menit. Pasut jenis ini terdapat di Selat Malaka sampai Laut Andaman.
2. Pasang surut harian tunggal (diurnal tide)
Dalam satu
hari terjadi satu kali air pasang dan satu kali air surut. Periode pasang surut
adalah 24 jam 50 menit. Pasut ini terdapat di perairan Selat Karimata.
3. Pasang surut campuran condong ke
harian ganda (mixed tide prevailing semi
diurnal)
Dalam satu hari terjadi dua kali
pasang dan dua kali surut, tetapi tinggi dan periodenya berbeda. Pasut jenis
ini terdapat di perairan Indonesia bagian Timur.
4. Pasang surut campuran condong ke
harian tunggal (mixed tide prevailing
diurnal)
Pada tipe ini dalam satu
hari terjadi satu kali air pasang dan satu kali air surut, tetapi kadang-kadang
untuk sementara waktu terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dengan tinggi
dan periode yang berbeda. Pasut jenis ini terdapat di perairan utara Dangkalan
Sunda (Pariwono 1989 dalam Ongkosono dan Suyarso 1989; Triatmodjo, 1999).
Untuk menjelaskan terjadinya pasang surut maka
mula-mula dianggap bahwa bumi benar-benar bulat serta seluruh permukaannya
ditutupi oleh lapisan air laut yang sama tebalnya sehingga didalam hal ini
dapat diterapkan teori keseimbangan. Pada setiap titik dimuka bumi akan terjadi
pasang surut yang merupakan kombinasi dari beberapa komponen yang mempunyai
amplitudo dan kecepatan sudut yang tertentu sesuai dengan gaya pembangkitnya.
Pada keadaan sebenarnya bumi tidak semuanya ditutupi oleh air laut melainkan
sebagian merupakan daratan dan juga kedalaman laut berbeda beda. Sebagai konsekwensi
dari teori keseimbangan maka pasang surut akan terdiri dari beberapa komponen
yang mempunyai kecepatan amplitudo dan kecepatan sudut tertentu, sama besarnya
seperti yang diuraikan pada teori keseimbangan.
Komentar
Posting Komentar